25 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Rasio Dokter Spesialis Dibawah Standar WHO

Direktur Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Kemenkes RI Ir Doddy Izwardy MA PhD meminta masyarakat selalu dapat menjaga kesehatannya agar tidak sakit. Sebenarnya penyakit itu datang dari diri sendiri.

Kondisi ini penting. Sebab dengan jumlah penduduk yang besar, ahli ekonomi kesehatan ada kekhawatiran tidak terpenuhinya biaya-biaya pertolongan medis oleh BPJS apabila semakin banyak masyarakat yang sakit.

”Ini salah satu bentuk edukasi pada masyarakat untuk menjaga kesehatan. Bila kita punya motivasi kuat untuk tidak sakit, Insya Allah kita tidak sakit.

Edukasi kesehatan sebagai upaya promotif juga jadi perhatian Kemenkes,” kata Ir Doddy Izwardy MA PhD pada kuliah pakar bertema: Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mitra Husada Medan, awal pekan ini.

Ir Doddy Izwardy MA PhD mencontohkan agar masyarakat rajin berolahraga. Tatkala badan pegal-pegal merupakan salah satu ciri dari tubuh yang meminta kita untuk bergerak. ”Saat kita pusing-pusing, jangan pula minum kopi. Itu pasti kekurangan cairan,” imbuhnya.

Edukasi kesehatan, kata direktur, dilakukan melalui penguatan peran kader sebagai agen dan aktivis pemberdayaan kesehatan masyarakat dilingkungannya. Edukasi juga disertai penguatan kampanye dan gerakan kesehatan terutama untuk program prioritas secara mandiri maupun melalui civil society organization. Edukasi melalui platform digital dan tokoh masyarakat untuk menjangkau masyarakat luas.

Ir Doddy Izwardy MA PhD pada materi paparan berjudul: Peranan Profesi Perawat dan Profesi Bidan dalam Transformasi Sistem Kesehatan menegaskan bahwa Kemenkes saat ini melakukan perubahan besar. Mengubah cara kerja untuk transformasi kesehatan masyarakat. Transformasi internal untuk menciptakan dampak yang lebih baik dan cepat.

Kemenkes, kata Ir Doddy Izwardy MA PhD, berkomitmen untuk melakukan transformasi sistem kesehatan dengan enam pilar transformasi penopang kesehatan Indonesia. Pertama, tranformasi layanan primer mencakup edukasi kesehatan, pencegahan primer, pencegahan sekunder serta peningkatan kapasitas dan kapabilitas layanan primer. Kedua, tranformasi layanan rujukan berupa peningkatan akses dan mutu layanan sekunder & tersier.

Kemudian transformasi sistem ketahanan kesehatan berupa peningkatan ketahanan sektor farmasi dan alat kesehatan serta penguatan surveilans berbasis lab dan ketahanan tanggap darurat.

Tiga transformasi berikutnya adalah transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi sumber daya manusia kesehatan dan transformasi teknologi8 kesehatan.

Pada pilar kelima transformasi kesehatan SDM kesehatan dengan jumlah cukup dan merata diseluruh Indonesia. Tantangan utama dalam pengelolaan SDM kesehatan di Indonesia mencakup kekurangan jumlah tenaga kesehatan secara nasional.

”671 (6,47%) Puskesmas tidak ada dokter, 5.644 (54,45%) Puskesmas belum memiliki sembilan jenis tenaga kesehatan secara lengkap dan 155 (24,26%) RSUD kabupaten/kota belum terpenuhi dengan tujuh dokter spesialis. Rasio dokter 0,67/1.000 penduduk dan rasio dokter spesialis 0,15/1.000 penduduk. Rasio standar WHO adalah 1, rata-rata Asia 20 adalah 1,2 dan rata-rata OECD 3,2,” kata Ir Doddy Izwardy MA PhD.

Tantangan berikut adalah distribusi SDM kesehatan tidak merata. Kurangnya dokter di Puskesmas Indonesia Timur, sementara dibeberapa daerah over supply. Ada juga tantangan kurangnya pelatihan berbasis kompetensi. ”Rendahnya retensi nakes di daerah, insentif ‘kurang menarik’ dan pola karir tidak jelas. Pemerintah (pusat) memiliki kewenangan terbatas melakukan redistribusi nakes di Faskes milik pemerintah daerah,” katanya.

Dirincikan pula, revitalisasi struktur dan jaringan layanan kesehatan primer serta laboratorium kesehatan masyarakat. Target jangkauan dari lima tingkatan fasilitas layanan primer yakni rumah sakit (514 kabupaten/kota), Puskesmas (7.230 kecamatan), Posyandu prima (85 ribu desa), kegiatan Posyandu (300 ribu dusun dan RT/RW) serta kunjungan rumah (273,5 juta penduduk).

Ada juga lima tingkatan Labkesmas merujuk pada standar WHO. Jumlah laboratorium saat ini: satu laboratorium nasional, 25 laboratorium regional, 28 Labkesda provinsi, 234 Labkesda kabupaten/kota dan 10.292 laboratorium Puskesmas.

Saat ini perawat dan bidan didominasi gen z dan milenial. Tujuh ciri generasi z yakni phiygital (gabungan fisik dan digital), hiper kustomisasi, realistis, fear of missing put (Fomo), weconomist, Do It Yourself (DIY) dan kompetitif. ”Profesi perawat dan bidan mengambil peran disetiap tingkatan sesuai standar kompetensi kerja,” kata direktur.

Berkaitan dengan peningkatan mutu sumber daya manusia kesehatan dilakukan melalui pelatihan peningkatan kompetensi. ”Meningkatkan kinerja, profesionalisme, dan/atau menunjang pengembangan karir tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsi,” katanya.

Merangkum materi kuliahnya, Ir Doddy Izwardy MA PhD kepada Sumut Pos menegaskan bahwa mutu perawat dan bidan harus memenuhi standar kompetensi kerja. Saat mahasiswa dididik di STIKes Mitra Husada, berbicara bagaimana mereka masuk kedunia kerja. Ada keahlian dan ada keterampilan.

Dari dialog dengan pimpinan perguruan tinggi dan mahasiswa, Direktur Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Kemenkes mengapresiasi kualitas pendidikan di STIKes Mitra Husada.

”Saya melihat pertanyaan mahasiswa STIKes Mitra Husada tadi sangat berbobot. Itu artinya civitas akademika STIKes Mitra Husada telah diajak cara mengelola berpikir. Saya juga melihat mereka adalah kelompok generasi Z atau M yang disentuh dengan kemajuan teknologi,” pujinya.

Ketua Pengurus Yayasan STIKes Mitra Husada Dr Imran Saputra Surbakti MM dan Ketua STIKes Mitra Husada Dr Siti Nurmawan Sinaga MKes berterima kasih atas kuliah pakar yang disampaikan direktur Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Kemenkes RI kepada mahasiswa yang beberapa diantaranya telah bekerja di rumah sakit dan memiliki klinik.

Dijelaskan pula bahwa STIKes Mitra Husada saat ini terus melakukan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas lulusan yang siap bersaing secara global. Keduanya berharap kedepan terus dapat ditingkatkan mutu lulusan dari STIKes Mitra Husada saat mengaplikasikan ilmu sehingga dalam kompetensi perjuangan diera industri 4.0 dan 5.0 ditengah-tengah masyarakat. (dmp)

Direktur Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Kemenkes RI Ir Doddy Izwardy MA PhD meminta masyarakat selalu dapat menjaga kesehatannya agar tidak sakit. Sebenarnya penyakit itu datang dari diri sendiri.

Kondisi ini penting. Sebab dengan jumlah penduduk yang besar, ahli ekonomi kesehatan ada kekhawatiran tidak terpenuhinya biaya-biaya pertolongan medis oleh BPJS apabila semakin banyak masyarakat yang sakit.

”Ini salah satu bentuk edukasi pada masyarakat untuk menjaga kesehatan. Bila kita punya motivasi kuat untuk tidak sakit, Insya Allah kita tidak sakit.

Edukasi kesehatan sebagai upaya promotif juga jadi perhatian Kemenkes,” kata Ir Doddy Izwardy MA PhD pada kuliah pakar bertema: Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mitra Husada Medan, awal pekan ini.

Ir Doddy Izwardy MA PhD mencontohkan agar masyarakat rajin berolahraga. Tatkala badan pegal-pegal merupakan salah satu ciri dari tubuh yang meminta kita untuk bergerak. ”Saat kita pusing-pusing, jangan pula minum kopi. Itu pasti kekurangan cairan,” imbuhnya.

Edukasi kesehatan, kata direktur, dilakukan melalui penguatan peran kader sebagai agen dan aktivis pemberdayaan kesehatan masyarakat dilingkungannya. Edukasi juga disertai penguatan kampanye dan gerakan kesehatan terutama untuk program prioritas secara mandiri maupun melalui civil society organization. Edukasi melalui platform digital dan tokoh masyarakat untuk menjangkau masyarakat luas.

Ir Doddy Izwardy MA PhD pada materi paparan berjudul: Peranan Profesi Perawat dan Profesi Bidan dalam Transformasi Sistem Kesehatan menegaskan bahwa Kemenkes saat ini melakukan perubahan besar. Mengubah cara kerja untuk transformasi kesehatan masyarakat. Transformasi internal untuk menciptakan dampak yang lebih baik dan cepat.

Kemenkes, kata Ir Doddy Izwardy MA PhD, berkomitmen untuk melakukan transformasi sistem kesehatan dengan enam pilar transformasi penopang kesehatan Indonesia. Pertama, tranformasi layanan primer mencakup edukasi kesehatan, pencegahan primer, pencegahan sekunder serta peningkatan kapasitas dan kapabilitas layanan primer. Kedua, tranformasi layanan rujukan berupa peningkatan akses dan mutu layanan sekunder & tersier.

Kemudian transformasi sistem ketahanan kesehatan berupa peningkatan ketahanan sektor farmasi dan alat kesehatan serta penguatan surveilans berbasis lab dan ketahanan tanggap darurat.

Tiga transformasi berikutnya adalah transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi sumber daya manusia kesehatan dan transformasi teknologi8 kesehatan.

Pada pilar kelima transformasi kesehatan SDM kesehatan dengan jumlah cukup dan merata diseluruh Indonesia. Tantangan utama dalam pengelolaan SDM kesehatan di Indonesia mencakup kekurangan jumlah tenaga kesehatan secara nasional.

”671 (6,47%) Puskesmas tidak ada dokter, 5.644 (54,45%) Puskesmas belum memiliki sembilan jenis tenaga kesehatan secara lengkap dan 155 (24,26%) RSUD kabupaten/kota belum terpenuhi dengan tujuh dokter spesialis. Rasio dokter 0,67/1.000 penduduk dan rasio dokter spesialis 0,15/1.000 penduduk. Rasio standar WHO adalah 1, rata-rata Asia 20 adalah 1,2 dan rata-rata OECD 3,2,” kata Ir Doddy Izwardy MA PhD.

Tantangan berikut adalah distribusi SDM kesehatan tidak merata. Kurangnya dokter di Puskesmas Indonesia Timur, sementara dibeberapa daerah over supply. Ada juga tantangan kurangnya pelatihan berbasis kompetensi. ”Rendahnya retensi nakes di daerah, insentif ‘kurang menarik’ dan pola karir tidak jelas. Pemerintah (pusat) memiliki kewenangan terbatas melakukan redistribusi nakes di Faskes milik pemerintah daerah,” katanya.

Dirincikan pula, revitalisasi struktur dan jaringan layanan kesehatan primer serta laboratorium kesehatan masyarakat. Target jangkauan dari lima tingkatan fasilitas layanan primer yakni rumah sakit (514 kabupaten/kota), Puskesmas (7.230 kecamatan), Posyandu prima (85 ribu desa), kegiatan Posyandu (300 ribu dusun dan RT/RW) serta kunjungan rumah (273,5 juta penduduk).

Ada juga lima tingkatan Labkesmas merujuk pada standar WHO. Jumlah laboratorium saat ini: satu laboratorium nasional, 25 laboratorium regional, 28 Labkesda provinsi, 234 Labkesda kabupaten/kota dan 10.292 laboratorium Puskesmas.

Saat ini perawat dan bidan didominasi gen z dan milenial. Tujuh ciri generasi z yakni phiygital (gabungan fisik dan digital), hiper kustomisasi, realistis, fear of missing put (Fomo), weconomist, Do It Yourself (DIY) dan kompetitif. ”Profesi perawat dan bidan mengambil peran disetiap tingkatan sesuai standar kompetensi kerja,” kata direktur.

Berkaitan dengan peningkatan mutu sumber daya manusia kesehatan dilakukan melalui pelatihan peningkatan kompetensi. ”Meningkatkan kinerja, profesionalisme, dan/atau menunjang pengembangan karir tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsi,” katanya.

Merangkum materi kuliahnya, Ir Doddy Izwardy MA PhD kepada Sumut Pos menegaskan bahwa mutu perawat dan bidan harus memenuhi standar kompetensi kerja. Saat mahasiswa dididik di STIKes Mitra Husada, berbicara bagaimana mereka masuk kedunia kerja. Ada keahlian dan ada keterampilan.

Dari dialog dengan pimpinan perguruan tinggi dan mahasiswa, Direktur Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Kemenkes mengapresiasi kualitas pendidikan di STIKes Mitra Husada.

”Saya melihat pertanyaan mahasiswa STIKes Mitra Husada tadi sangat berbobot. Itu artinya civitas akademika STIKes Mitra Husada telah diajak cara mengelola berpikir. Saya juga melihat mereka adalah kelompok generasi Z atau M yang disentuh dengan kemajuan teknologi,” pujinya.

Ketua Pengurus Yayasan STIKes Mitra Husada Dr Imran Saputra Surbakti MM dan Ketua STIKes Mitra Husada Dr Siti Nurmawan Sinaga MKes berterima kasih atas kuliah pakar yang disampaikan direktur Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Kemenkes RI kepada mahasiswa yang beberapa diantaranya telah bekerja di rumah sakit dan memiliki klinik.

Dijelaskan pula bahwa STIKes Mitra Husada saat ini terus melakukan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas lulusan yang siap bersaing secara global. Keduanya berharap kedepan terus dapat ditingkatkan mutu lulusan dari STIKes Mitra Husada saat mengaplikasikan ilmu sehingga dalam kompetensi perjuangan diera industri 4.0 dan 5.0 ditengah-tengah masyarakat. (dmp)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/