25.6 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Pemerintah dan Ulama Harus Bersinergi

200 Ulama di Sumut Bertemu di Berastagi

MEDAN- Pemerintah dan ulama harus bersinergi dalam membangun keumatan, juga memahami peran dan fungsinya masing-masing.
“Nahdlatul Ulama sepenuhnya harus kembali ke khittah, yakni kepemimpinan dikembalikan kepada ulama,” kata Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nadhlatul Ulama (PWNU) Sumatera Utara, H Ashari Tambunan, dalam rapat koordinasi persiapan pertemuan ulama se Sumut, Kamis (12/5) di Medan.

Dikatakan Ashari Tambunan, bagi warga Nahdliyin, alim ulama merupakan maqam yang tertinggi, karena dipandang memiliki otoritas keagamaan  melanjutkan misi kerasulan. Namun, peran alim ulama sebagai kelompok elit sosial yang menjadi panutan umat dalam membentengi nilai-nilai moral di masyarakat, seolah-olah tidak berdaya menghadapi keadaan.

Menyadari kondisi ini, NU sebagai organisasi sosial keagamaan (jamiyah diniyah ijtima’iyah) merasa terpanggil dan memiliki tanggujawab moral, bagaimana peran ulama kembali ditempatkan pada posisinya. “Bagaimana ulama menjalankan siar Islam sekaligus menjalankan urusan akhirat dan kesejahteraan lahir dan bantin dapat berjalan dengan baik,” kata Ashari.

Hadir dalam pertemuan itu, unsur pengurus PWNU Sumut diantaranya wakil ketua Afifuddin Lubis, Marahalim, Hamdan Yazid, Rois Suriya Prof Dr Pagar Hasibuan MA, Ketua Pengarah Musaddad Lubis, Khairuddin Hutasuhut, Ketua Panitia H Abdullah Nasution, Sekretaris Emir El Zuhdi Batubara, dan unsur pengurus lainnya.

Disebutkan Ashari, dalam pertemuan ulama se Sumut ini akan dirumuskan bagaimana peran ulama dalam mensikapi masalah keumatan.
“Pokok-pokok pikiran yang akan dirumuskan salah satunya adalah bagaimana ulama sebagai pemimpin umat dan Nahdlatul Ulama untuk bersama-sama menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada umat. Silaturahmi ini juga diharapkan agar benang merah antara ulama dengan NU benar-benar terkuatkan,” ujar Ashari Tambunan.

Ketua Pengarah acara silaturahmi ulama, Musaddad Lubis mengatakan, acara itu diperkirakan dihadiri 200 ulama dari 33 kabupaten/kota se Sumatera Utara. Acarayang dikemas “Silaturahim Alim Ulama dan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Sumatera Utara”, di gelar pada 20 hingga 22 Mei 2011  digelar di Berastagi Cottage, Kota Berastagi .

Dijelaskan Musaddad, kegiatan ini bertujuan agar ulama yang berhimpun di Nahdlatul Ulama benar-benar berperan sebagai  pewaris nabi (waratsatul anbiya), dan pembimbing umat dalam koridor ahlussunnah wal jamaah. Selain itu, bagaimana NU akan lebih dekat lagi dengan ulama, demikian juga sebaliknya.

Dalam kegiatan yang didominasi para ulama itu, nantinya juga akan mengkaji  bahtsul masail diniyyah waqi’iyyah dibidang istinbat hukum di lingkungan NU dan maudlu’iyyah yang berkaitan dengan sistem penyelenggaraan zakat, penentuan arah kiblat, penetapan jadwal salat, jadwal ramadhan, dan lainnya yang sasarannya adalah mendorong para alim ulama  menyikapi berbagai persoalan umat yang berkembang dari waktu ke waktu melalui wadah bahtsul masail diniyah.

“Forum inilah yang menjadikan Nahdlatul Ulama memiliki dinamika dalam hal fatwa,” kata Musaddad Lubis. (*/ari)

200 Ulama di Sumut Bertemu di Berastagi

MEDAN- Pemerintah dan ulama harus bersinergi dalam membangun keumatan, juga memahami peran dan fungsinya masing-masing.
“Nahdlatul Ulama sepenuhnya harus kembali ke khittah, yakni kepemimpinan dikembalikan kepada ulama,” kata Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nadhlatul Ulama (PWNU) Sumatera Utara, H Ashari Tambunan, dalam rapat koordinasi persiapan pertemuan ulama se Sumut, Kamis (12/5) di Medan.

Dikatakan Ashari Tambunan, bagi warga Nahdliyin, alim ulama merupakan maqam yang tertinggi, karena dipandang memiliki otoritas keagamaan  melanjutkan misi kerasulan. Namun, peran alim ulama sebagai kelompok elit sosial yang menjadi panutan umat dalam membentengi nilai-nilai moral di masyarakat, seolah-olah tidak berdaya menghadapi keadaan.

Menyadari kondisi ini, NU sebagai organisasi sosial keagamaan (jamiyah diniyah ijtima’iyah) merasa terpanggil dan memiliki tanggujawab moral, bagaimana peran ulama kembali ditempatkan pada posisinya. “Bagaimana ulama menjalankan siar Islam sekaligus menjalankan urusan akhirat dan kesejahteraan lahir dan bantin dapat berjalan dengan baik,” kata Ashari.

Hadir dalam pertemuan itu, unsur pengurus PWNU Sumut diantaranya wakil ketua Afifuddin Lubis, Marahalim, Hamdan Yazid, Rois Suriya Prof Dr Pagar Hasibuan MA, Ketua Pengarah Musaddad Lubis, Khairuddin Hutasuhut, Ketua Panitia H Abdullah Nasution, Sekretaris Emir El Zuhdi Batubara, dan unsur pengurus lainnya.

Disebutkan Ashari, dalam pertemuan ulama se Sumut ini akan dirumuskan bagaimana peran ulama dalam mensikapi masalah keumatan.
“Pokok-pokok pikiran yang akan dirumuskan salah satunya adalah bagaimana ulama sebagai pemimpin umat dan Nahdlatul Ulama untuk bersama-sama menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada umat. Silaturahmi ini juga diharapkan agar benang merah antara ulama dengan NU benar-benar terkuatkan,” ujar Ashari Tambunan.

Ketua Pengarah acara silaturahmi ulama, Musaddad Lubis mengatakan, acara itu diperkirakan dihadiri 200 ulama dari 33 kabupaten/kota se Sumatera Utara. Acarayang dikemas “Silaturahim Alim Ulama dan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Sumatera Utara”, di gelar pada 20 hingga 22 Mei 2011  digelar di Berastagi Cottage, Kota Berastagi .

Dijelaskan Musaddad, kegiatan ini bertujuan agar ulama yang berhimpun di Nahdlatul Ulama benar-benar berperan sebagai  pewaris nabi (waratsatul anbiya), dan pembimbing umat dalam koridor ahlussunnah wal jamaah. Selain itu, bagaimana NU akan lebih dekat lagi dengan ulama, demikian juga sebaliknya.

Dalam kegiatan yang didominasi para ulama itu, nantinya juga akan mengkaji  bahtsul masail diniyyah waqi’iyyah dibidang istinbat hukum di lingkungan NU dan maudlu’iyyah yang berkaitan dengan sistem penyelenggaraan zakat, penentuan arah kiblat, penetapan jadwal salat, jadwal ramadhan, dan lainnya yang sasarannya adalah mendorong para alim ulama  menyikapi berbagai persoalan umat yang berkembang dari waktu ke waktu melalui wadah bahtsul masail diniyah.

“Forum inilah yang menjadikan Nahdlatul Ulama memiliki dinamika dalam hal fatwa,” kata Musaddad Lubis. (*/ari)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/