26 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Dai Harus Menjadi Pemersatu Umat

Para dai diminta untuk meninggalkan sikap iri dan dengki diantara sesama umat muslim. Karena apabila dai masih menggunakan sikap tersebut, maka umat akan terpecah-pecah.

Pernyataan tersebut disampaikan pakai sirah/cendikiawan Yordania, Dr H Qaldun  As Salamah didampingi Ketua IKADI Sumut, Ustadz Shakira Zandi dalam acara muzakarah Du’at Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Sumut dalam tema pesan duat dalam memajukan umat Islam, Jumat (15/7) di Hotel Madani Medan. Dalam kegiatan itu dipandu Ustadz Sairin.

Dia menyebutkan, sebelum benci melihat orang lain, ada baiknya selalu melihat diri sendiri. Seperti ketika bertemu dengan seorang yang lebih tua, kita harus menyatakan orang itu lebih baik dari kita karena pahalanya lebih banyak, kemudian ketika ketemu dengan seseorang lebih muda dari kita, nyatakan bahwa orang itu lebih baik dari kita karena dosanya baru sedikit. Tapi, ketika bertemu dengan orang yang sebaya dan melihat apa yang telah dilakukannya berbau dosa, sebaiknya katakan ini diakibatkan kesalahan kita melihatnya.

“Itu seperti apa yang disebutkan Imam Ghazali dalam kitabnya, jadi sekarang ini ada Al Washliyah, Muhamadiyah dan NU. Sebenarnya ulamanya tak boleh terpecah-pecah, sebaiknya berjalan sesuai dengan paham masing-masing,” sebutnya.

Qaldun memaparkan, bila beberapa waktu lalu didengarnya ada masjid yang dirubuhkan, sebaiknya kita membersihkan diri sendiri untuk menyatukan Islam agar tetap satu dan menghidupkan masjid tanpa satu hari pun dikosongkan. Pada prinsipnya perubuhan masjid memang diakibatkan beberapa hal, ada kaitannya para pemodal dan alas tanah yang tak mendukung.

Lebih lanjut, dia bercerita tentang dampak terpecahnya, diumpamakannnya ada seekor singa buas yang berkenginan menyantap tiga sapi merah, hitam dan putih. Ketika itu datang singa dengan wajah lapar, tiga ekor sapi itu langsung lari meninggalkan singa.

Tapi, ucapnya singa tak kehabisan akal. Singa akhirnya datang kembali menemui sapi di padang rumput yang sedang makan, kedatangan singa kali ini membawa bendera putih, spontan tiga ekor sapi itu melihat. Sapi hitam akhirnya datang menanyakan maksud kedatangan singa. Ketika itu, singa menyebutkan kedatangannya untuk berdamai dan tak ada niat memangsa sapi. Akhirnya sapi hitam dan merah bersedia berteman.

Dalam pembicaraan antara singa dan sapi itu, singa menyatakan bahwa itu sapi putih mau menjadi ketua diantara kalian. Makanya, sapi putih tetap makan sendiri tak mau bertemu. Mulailah singa menyatakan niatnya menyantap sapi putih, akhirnya sapi merah dan hitam membolehkan.

Setelah sapi putih habis disantap, sapi hitam akhirnya memberikan sapi merah untuk disantap, sehingga sapi hitam bisa hidup sendiri dan menjadi ketua sapi. Setelah sapi merah habis, sapi hitam juga disantap.
“Itulah cerita tentang kehidupan yang terpecah-pecah, akhirnya habis seluruhnya. Jadi umat Islam harus bersatu dan tak boleh terpecah-pecah,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, para peserta juga diberikan kesempatan bertanya langsung. Sesi tanya jawab yang disediakan sekitar satu jam oleh moderator ternyata tak cukup, para peserta terus mengajukan pertanyaan tentang sikap iri dan dengki. (*/ril)

Para dai diminta untuk meninggalkan sikap iri dan dengki diantara sesama umat muslim. Karena apabila dai masih menggunakan sikap tersebut, maka umat akan terpecah-pecah.

Pernyataan tersebut disampaikan pakai sirah/cendikiawan Yordania, Dr H Qaldun  As Salamah didampingi Ketua IKADI Sumut, Ustadz Shakira Zandi dalam acara muzakarah Du’at Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Sumut dalam tema pesan duat dalam memajukan umat Islam, Jumat (15/7) di Hotel Madani Medan. Dalam kegiatan itu dipandu Ustadz Sairin.

Dia menyebutkan, sebelum benci melihat orang lain, ada baiknya selalu melihat diri sendiri. Seperti ketika bertemu dengan seorang yang lebih tua, kita harus menyatakan orang itu lebih baik dari kita karena pahalanya lebih banyak, kemudian ketika ketemu dengan seseorang lebih muda dari kita, nyatakan bahwa orang itu lebih baik dari kita karena dosanya baru sedikit. Tapi, ketika bertemu dengan orang yang sebaya dan melihat apa yang telah dilakukannya berbau dosa, sebaiknya katakan ini diakibatkan kesalahan kita melihatnya.

“Itu seperti apa yang disebutkan Imam Ghazali dalam kitabnya, jadi sekarang ini ada Al Washliyah, Muhamadiyah dan NU. Sebenarnya ulamanya tak boleh terpecah-pecah, sebaiknya berjalan sesuai dengan paham masing-masing,” sebutnya.

Qaldun memaparkan, bila beberapa waktu lalu didengarnya ada masjid yang dirubuhkan, sebaiknya kita membersihkan diri sendiri untuk menyatukan Islam agar tetap satu dan menghidupkan masjid tanpa satu hari pun dikosongkan. Pada prinsipnya perubuhan masjid memang diakibatkan beberapa hal, ada kaitannya para pemodal dan alas tanah yang tak mendukung.

Lebih lanjut, dia bercerita tentang dampak terpecahnya, diumpamakannnya ada seekor singa buas yang berkenginan menyantap tiga sapi merah, hitam dan putih. Ketika itu datang singa dengan wajah lapar, tiga ekor sapi itu langsung lari meninggalkan singa.

Tapi, ucapnya singa tak kehabisan akal. Singa akhirnya datang kembali menemui sapi di padang rumput yang sedang makan, kedatangan singa kali ini membawa bendera putih, spontan tiga ekor sapi itu melihat. Sapi hitam akhirnya datang menanyakan maksud kedatangan singa. Ketika itu, singa menyebutkan kedatangannya untuk berdamai dan tak ada niat memangsa sapi. Akhirnya sapi hitam dan merah bersedia berteman.

Dalam pembicaraan antara singa dan sapi itu, singa menyatakan bahwa itu sapi putih mau menjadi ketua diantara kalian. Makanya, sapi putih tetap makan sendiri tak mau bertemu. Mulailah singa menyatakan niatnya menyantap sapi putih, akhirnya sapi merah dan hitam membolehkan.

Setelah sapi putih habis disantap, sapi hitam akhirnya memberikan sapi merah untuk disantap, sehingga sapi hitam bisa hidup sendiri dan menjadi ketua sapi. Setelah sapi merah habis, sapi hitam juga disantap.
“Itulah cerita tentang kehidupan yang terpecah-pecah, akhirnya habis seluruhnya. Jadi umat Islam harus bersatu dan tak boleh terpecah-pecah,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, para peserta juga diberikan kesempatan bertanya langsung. Sesi tanya jawab yang disediakan sekitar satu jam oleh moderator ternyata tak cukup, para peserta terus mengajukan pertanyaan tentang sikap iri dan dengki. (*/ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/