26 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Tanamkan Jiwa Bisnis kepada Anak

Belly Simanjuntak SH, Komisaris Bells Advertising

Pasca ‘pensiun’ dari DPRD Sumut tahun 2009, Belly Simanjuntak kembali ke habitatnya sebagai pebisnis advertising.  Kata dia, berbisnis sudah menjadi darahnya. Bahkan bakat bisnis itu berusaha ditularkan kepada anak-anaknya. Kini usaha yang digeluti Belly, sejak 23 tahun silam ini dikendalikan putra keduanya Johan Roberto Simanjuntak, sementara Belly menjabat sebagai komisaris.

Belly Simanjuntak SH, Komisaris Bells Advertising
Belly Simanjuntak SH, Komisaris Bells Advertising

Bagi Belly, berbisnis adalah usaha yang dapat membuat hidup seseorang menjadi sejahtera. Tidak diatur, hidup bebas mengelola usaha sendiri, memenejemen keuangan dengan baik dan lain sebagainya.

Meskipun kakek empat cucu ini sudah menjadi komisaris di Bells Advertising, namun perhatiannya  masih tetapdicurahkannya demi  kemajuan usaha.

Maklum jiwa seni yang dimiliki Belly masih kental, sehingga melahirkan ide-ide baru yang menarik dan layak untuk ‘dijual’.
Untuk mengetahui asam garam Belly dalam mengelola Bells Advertising , berikut petikan wawancara wartawan koran ini Adi Candra di workshop Bells Advertising Jalan Bunga Wijaya Kesuma XIII, Jumat (1/2).

Kenapa Anda memilih bisnis advertising?

Hal ini tidak terlepas dari jiwa seni yang saya miliki sejak kecil. Berbisnis di bidang advertising pada dasarnya membutuhkan jiwa seni, terutama dalam hal mendesain sebuah produk agar menjadi perhatian masyarakat. Singkatnya bisnis ini bisa dikatakan sebagai bisnis yang menjual hasil karya seni.

Sejak kapan jiwa seni Anda itu muncul?

Begitu saya tamat SMA saya langsung melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi USU, namun tidak selesai. Kemudian saya mencoba untuk mencari kerja hingga akhirnya saya diterima di Yayasan Medan Fair. Dari sinilah jiwa seni saya mulai muncul, sebab di Yayasan Medan Fair ini saya selalu dihadapkan dengan pekerjaan seni, semisal mendesain sebuah faviliun pameran, desain produk dan lain sebagainya. Bakat seni ini muncul dengan sendirinya hingga akhirnya bakat itu saya kembangkan dan terjun ke dunia bisnis advertising.

Kepuasan apa yang Anda rasakan dalam berbisnis advertising  ini?

Tidak dapat dipungkiri yang namanya bisnis ,pastilah mengejar keuntungan sebanyak mungkin. Namun di sisi lain dengan bisnis advertising ini, ada  kepuasan tersendiri yang kita dapatkan. Salah satunya bakat seni kita bisa tersalur . Yang paling istimewa lagi, karya seni itu kadang kala nilainya tidak disangka-sangka. Misalkan saja hasil desain sebuah produk yang kita buat dinilai orang bagus. Kemudian upah yang kita terima dari hasil karya itu juga besar. Dalam bisnis advertising ini soal harga relatif, bisa mahal dan bisa murah, tergantung seseorang atau perusahaan yang memanfaatkan produk advertising tersebut. Atas dasar ini pulalah saya beranggapan bisnis di bidang advertising adalah bisnis yang tidak ada matinya dan resiko untuk bangkrut juga sangat kecil.

Lantas kenapa Anda sekarang duduk sebagai komisaris di Bells Advertising?

Betul. Soalnya saya ingin mewariskan bisnis advertising ini kepada anak-anak saya. Dalam keluarga saya dan istri punya prinsip anak-anak jangan ada yang menjadi pegawai negeri  sipil (PNS) terutama anak laki-laki. Kalau pun ada yang bercita-cita menjadi  PNS cukuplah menantu saja, jangan anak laki-laki.  Saya ingin anak-anak saya harus jadi pebisnis sehingga bisa hidup layak dan sejahtera. Untuk melatih jiwa bisnis ini, sejak kecil mereka (anak-anak Red) sudah diajarkan bisnis. Ikut mendesain produk dan pekerjaan advertising lainnya.

Sekarang apakah anak Anda mengikuti saran ini?

Syukurnya, sampai saat ini semua anak-anak masih terarah dan selalu mendengarkan nasihat orang tuanya. Anak sulung saya perempuan dan kebetulan bekerja sebagai pegawai BUMN. Sementara anak kedua dan ketiga laki-laki. Anak kedua menjadi pimpinan di Bells Advertising, sedangkan anak bungsu saya laki-laki  ikut membantu di Bells Advetising. Namun saya masih mengontrol kerja mereka.

Tahun 2004 lalu Anda menyeberang ke dunia politik, apa motivasinya?

Betul. Setelah bisnis advertising ini berjalan dengan baik, maka ada dorongan dari tokoh-tokoh masyarakat di Taput, Tobasa, Samosir, Tapteng, Sibolga dan Humbahas untuk maju dalam Pemilu 2004. Atas dukungan masyarakat akhirnya saya dipercaya sebagai wakil rakyat dari Partai Demokrat. Namun amanah itu hanya berlangsung satu periode. Kemudian, karena kalah dalam Pemilu 2009 maka saya kembali  kehabitat saya menjadi pengusaha advertising.

Apa perbedaan yang Anda rasakan saat menjadi wakil rakyat dengan seorang pengusaha?

Tentu beda. Kalau pengusaha orientasinya jelas yakni mencari keuntungan sebesar-besarnya. Namun ketika duduk di  lembaga legislatif,  kita harus banyak memberi.  Intinya jiwa sosial seseorang harus tinggi di samping fungsi-fungsi legislatif secara umum.Namun semuanya penuh dinamika, dan saya sendiri menerapkan prinsip selama diberi kepercayaan oleh masyarakat, maka kita harus bisa menjaga kepercayaan itu dengan sebaik-baiknya.

Selama Anda tidak duduk di legislatif , apakah Anda masih sering ‘bergaul’ dengan konstituen?

Masih. Saya orang pegaul. Artinya suka bergaul dengan siap saja. Makanya meskipun saya tidak duduk di DPRD Sumut lagi, hubungan emosional saya dengan konstituen di Taput, Tobasa, Samosir, Tapteng, Sibolga dan Humbahas masih terjalin dengan baik.  Terakhir kegiatan-kegiatan keagamaan semisal natal bersama selalu saya hadiri. Selain tokoh gereja, tokoh masyarakat semisal karang taruna, KBPP juga aktif mengundang saya untuk menghadiri acara mereka. (*)

Hobi Nyanyi

Jiwa seni yang dimiliki Belly Simanjuntak ternyata meluas ke seni tari suara. Makanya untuk menyalurkan hobinya itu, suami Rosmida Tampubolon BA ini selalu karoke dan nyanyi di berbagai kegiatan.  “Kalau diundang untuk nyanyi saya selalu tampil di atas panggung,” ungkap Belly.  Ketika ada acara Belly selalu didaulat naik ke atas pentas untuk membawakan tembang pilihannya.

Beberapa lagu yang sering dilantunkan Belly adalah Cinta dan Permata, Gereja Tua, Aku Bukan Pintu dan beberapa lagu nostalgia lainnya.

Belly mengaku dengan bernyanyi maka pikiran yang stres akan tenang. “Ya itu tadi setiap hobi yang sudah tersalur pasti pikiran akan tenang,” ungkap Belly. (dra)

[table caption=”Biodata” delimiter=”:” trim=”1″]

Nama    :     Belly Simanjuntak SH
Kelahiran    :     Labuhan Bilik, 3 Juni 1953
Istri    :     Rosmida Tampubolon BA
Jabatan    :     Komisaris Bells Advertising
Anak    :    3 Orang~~
1. Maria Katrin Simanjuntak ~~
2. Johan Roberto Simanjuntak ~~
3. Josep Novrianto Simanjuntak~~

[/table]

Belly Simanjuntak SH, Komisaris Bells Advertising

Pasca ‘pensiun’ dari DPRD Sumut tahun 2009, Belly Simanjuntak kembali ke habitatnya sebagai pebisnis advertising.  Kata dia, berbisnis sudah menjadi darahnya. Bahkan bakat bisnis itu berusaha ditularkan kepada anak-anaknya. Kini usaha yang digeluti Belly, sejak 23 tahun silam ini dikendalikan putra keduanya Johan Roberto Simanjuntak, sementara Belly menjabat sebagai komisaris.

Belly Simanjuntak SH, Komisaris Bells Advertising
Belly Simanjuntak SH, Komisaris Bells Advertising

Bagi Belly, berbisnis adalah usaha yang dapat membuat hidup seseorang menjadi sejahtera. Tidak diatur, hidup bebas mengelola usaha sendiri, memenejemen keuangan dengan baik dan lain sebagainya.

Meskipun kakek empat cucu ini sudah menjadi komisaris di Bells Advertising, namun perhatiannya  masih tetapdicurahkannya demi  kemajuan usaha.

Maklum jiwa seni yang dimiliki Belly masih kental, sehingga melahirkan ide-ide baru yang menarik dan layak untuk ‘dijual’.
Untuk mengetahui asam garam Belly dalam mengelola Bells Advertising , berikut petikan wawancara wartawan koran ini Adi Candra di workshop Bells Advertising Jalan Bunga Wijaya Kesuma XIII, Jumat (1/2).

Kenapa Anda memilih bisnis advertising?

Hal ini tidak terlepas dari jiwa seni yang saya miliki sejak kecil. Berbisnis di bidang advertising pada dasarnya membutuhkan jiwa seni, terutama dalam hal mendesain sebuah produk agar menjadi perhatian masyarakat. Singkatnya bisnis ini bisa dikatakan sebagai bisnis yang menjual hasil karya seni.

Sejak kapan jiwa seni Anda itu muncul?

Begitu saya tamat SMA saya langsung melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi USU, namun tidak selesai. Kemudian saya mencoba untuk mencari kerja hingga akhirnya saya diterima di Yayasan Medan Fair. Dari sinilah jiwa seni saya mulai muncul, sebab di Yayasan Medan Fair ini saya selalu dihadapkan dengan pekerjaan seni, semisal mendesain sebuah faviliun pameran, desain produk dan lain sebagainya. Bakat seni ini muncul dengan sendirinya hingga akhirnya bakat itu saya kembangkan dan terjun ke dunia bisnis advertising.

Kepuasan apa yang Anda rasakan dalam berbisnis advertising  ini?

Tidak dapat dipungkiri yang namanya bisnis ,pastilah mengejar keuntungan sebanyak mungkin. Namun di sisi lain dengan bisnis advertising ini, ada  kepuasan tersendiri yang kita dapatkan. Salah satunya bakat seni kita bisa tersalur . Yang paling istimewa lagi, karya seni itu kadang kala nilainya tidak disangka-sangka. Misalkan saja hasil desain sebuah produk yang kita buat dinilai orang bagus. Kemudian upah yang kita terima dari hasil karya itu juga besar. Dalam bisnis advertising ini soal harga relatif, bisa mahal dan bisa murah, tergantung seseorang atau perusahaan yang memanfaatkan produk advertising tersebut. Atas dasar ini pulalah saya beranggapan bisnis di bidang advertising adalah bisnis yang tidak ada matinya dan resiko untuk bangkrut juga sangat kecil.

Lantas kenapa Anda sekarang duduk sebagai komisaris di Bells Advertising?

Betul. Soalnya saya ingin mewariskan bisnis advertising ini kepada anak-anak saya. Dalam keluarga saya dan istri punya prinsip anak-anak jangan ada yang menjadi pegawai negeri  sipil (PNS) terutama anak laki-laki. Kalau pun ada yang bercita-cita menjadi  PNS cukuplah menantu saja, jangan anak laki-laki.  Saya ingin anak-anak saya harus jadi pebisnis sehingga bisa hidup layak dan sejahtera. Untuk melatih jiwa bisnis ini, sejak kecil mereka (anak-anak Red) sudah diajarkan bisnis. Ikut mendesain produk dan pekerjaan advertising lainnya.

Sekarang apakah anak Anda mengikuti saran ini?

Syukurnya, sampai saat ini semua anak-anak masih terarah dan selalu mendengarkan nasihat orang tuanya. Anak sulung saya perempuan dan kebetulan bekerja sebagai pegawai BUMN. Sementara anak kedua dan ketiga laki-laki. Anak kedua menjadi pimpinan di Bells Advertising, sedangkan anak bungsu saya laki-laki  ikut membantu di Bells Advetising. Namun saya masih mengontrol kerja mereka.

Tahun 2004 lalu Anda menyeberang ke dunia politik, apa motivasinya?

Betul. Setelah bisnis advertising ini berjalan dengan baik, maka ada dorongan dari tokoh-tokoh masyarakat di Taput, Tobasa, Samosir, Tapteng, Sibolga dan Humbahas untuk maju dalam Pemilu 2004. Atas dukungan masyarakat akhirnya saya dipercaya sebagai wakil rakyat dari Partai Demokrat. Namun amanah itu hanya berlangsung satu periode. Kemudian, karena kalah dalam Pemilu 2009 maka saya kembali  kehabitat saya menjadi pengusaha advertising.

Apa perbedaan yang Anda rasakan saat menjadi wakil rakyat dengan seorang pengusaha?

Tentu beda. Kalau pengusaha orientasinya jelas yakni mencari keuntungan sebesar-besarnya. Namun ketika duduk di  lembaga legislatif,  kita harus banyak memberi.  Intinya jiwa sosial seseorang harus tinggi di samping fungsi-fungsi legislatif secara umum.Namun semuanya penuh dinamika, dan saya sendiri menerapkan prinsip selama diberi kepercayaan oleh masyarakat, maka kita harus bisa menjaga kepercayaan itu dengan sebaik-baiknya.

Selama Anda tidak duduk di legislatif , apakah Anda masih sering ‘bergaul’ dengan konstituen?

Masih. Saya orang pegaul. Artinya suka bergaul dengan siap saja. Makanya meskipun saya tidak duduk di DPRD Sumut lagi, hubungan emosional saya dengan konstituen di Taput, Tobasa, Samosir, Tapteng, Sibolga dan Humbahas masih terjalin dengan baik.  Terakhir kegiatan-kegiatan keagamaan semisal natal bersama selalu saya hadiri. Selain tokoh gereja, tokoh masyarakat semisal karang taruna, KBPP juga aktif mengundang saya untuk menghadiri acara mereka. (*)

Hobi Nyanyi

Jiwa seni yang dimiliki Belly Simanjuntak ternyata meluas ke seni tari suara. Makanya untuk menyalurkan hobinya itu, suami Rosmida Tampubolon BA ini selalu karoke dan nyanyi di berbagai kegiatan.  “Kalau diundang untuk nyanyi saya selalu tampil di atas panggung,” ungkap Belly.  Ketika ada acara Belly selalu didaulat naik ke atas pentas untuk membawakan tembang pilihannya.

Beberapa lagu yang sering dilantunkan Belly adalah Cinta dan Permata, Gereja Tua, Aku Bukan Pintu dan beberapa lagu nostalgia lainnya.

Belly mengaku dengan bernyanyi maka pikiran yang stres akan tenang. “Ya itu tadi setiap hobi yang sudah tersalur pasti pikiran akan tenang,” ungkap Belly. (dra)

[table caption=”Biodata” delimiter=”:” trim=”1″]

Nama    :     Belly Simanjuntak SH
Kelahiran    :     Labuhan Bilik, 3 Juni 1953
Istri    :     Rosmida Tampubolon BA
Jabatan    :     Komisaris Bells Advertising
Anak    :    3 Orang~~
1. Maria Katrin Simanjuntak ~~
2. Johan Roberto Simanjuntak ~~
3. Josep Novrianto Simanjuntak~~

[/table]

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/