Jonas Hudaya MBA
Materi itu tidak akan cukup untuk untuk memenuhi segala keinginan seseorang. Karena keinginan manusia itu cenderung egois dan berambisi. Jadi lebih baik mensyukuri apa yang ada dan menghargai berkat-berkat yang sudah kita terima.
KALIMAT di atas adalah penggalan perbincangan tim Sumut Pos dengan Jonas Hudaya MBA di kantornya di pabrik sirup Kurnia di Jalan Kebun Sayur/Medan-Tanjungmorawa Km 14,5, Jumat, 13 Januari 2012. Kalima itu untuk menggambarkan filosopi hidupnya, ‘bersyukur dan memberi’. “Ya, saya ingin menjadi saluran berkat bagi sesama,” ujar Direktur PT Kurnia Aneka Gemilang ini.
Siapakah dia? Bagi masyarakat awam, figur Jonas mungkin kalah populer dibandingkan pengusaha lainnya. Tetapi di kalangan pekerja sosial, dia bukan so sok yang asing. Namanya tercatat sebagai pengurus di berbagai organisasi sosial. “Beliau ini rendah hati tetapi produktif,” ujar Ir Erliyanto Harahap AMaKA, di awal-awal perbincangan itu.
Ir Erliyanto adalah Ketua Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Sumatera Utara, dimana Jonas duduk sebagai penasehat.
Mengenakan batik dan jeans cokelat dipadu sepatu kulit hitam, penampilan Jonas memang terlihat sederhana. “Saya pakai batik, pakaian nasional,” katanya menanggapi komentar kami.
“Beliau memang orangnya sederhana. Padahal dia pengusaha sukses,” puji Erliyanto.
Pria itu lantas memperkenalkan Jonas sebagai orang yang sering menyumbang untuk panti asuhan maupun pembangunan rumah ibadah dan kegiatan sosial lain. “Kalau menyumbang, selalu bilang; ‘ini titipan teman saya’. Padahal kita tahu, itu sumbangan beliau,” ungkap Erliyanto, yang ditanggapi senyuman oleh Jonas.
Dalam perbincangan yang lebih intens, Jonas kemudian membeber keterlibatannya di usaha sirup yang dirintis almarhum ayahnya, Elias Hudaya. Berdiri pada 1969, ia melanjutkan mengembangkan usaha keluarga tersebut sejak 1994/1995.
Di tangannya, pemasaran sirup dengan gambar patung liberty itu diperluas.
“Sekarang kita sudah punya kantor distribusi di kota-kota besar Sumatera dan di Jawa,” jelasnya.
Perbincangan kemudian mengalir ke banyak hal. Termasuk beragam kegiatan sosial yang selama ini dilakoninya. Sempat diceritakan, bagaimana dia dan masyarakat di sebuah lokasi di kota Medan bersama membangun rumah ibadah. “Saya membeli lahan, mereka yang membangun fasilitas sosial. Tapi nggak usah ditulislah detailnya,” pinta nya.
Dari Erliyanto diketahui, ternyata Jonas juga menjadi pengurus di beberapa panti sosial. Meski awalnya enggan menceritakannya, Jonas akhirnya mau membeberkan.
“Saya pengurus di Panti Asuhan Yayasan Betlehem Bandar Baru dan Pengurus Panti Jompo Perkumpulan Karya Kasih di Jalan Monginsidi Medan. Bagi Jonas, membantu anak yatim piatu dan kaum jompo, memberi kebahagiaan tersendiri. Dalam beberapa kesempatan, ia pun membawa anak dan istrinya me ngunjungi panti-panti sosial. “Saya kagumi dengan anak-anak di panti asuhan.
Mereka bekerja lebih rapi dan mandiri dibanding anak-anak yang hidup bersama keluarganya. Suatu berkat yang luar biasa melihat mereka. Di situ timbul kasih sayang yang luar biasa,” bebernya.
Suatu kali, ia pernah membawa anak-anak panti asuhan ke pusat perbelanjaan. Di sana anak-anak dibawa melihat- lihat, dibawa makan dan ditawarkan belanja mainan.
Tentu dengan suka cita mereka memilih.
Di antara mereka lantas bertanya, boleh nggak ambil mainan untuk teman yang tidak ikut.
“Kesetiakawanan anak-anak itu juga sangat tinggi,” ujarnya lagi.
Bagi aktivis sosial lintas agama dan budaya ini, membantu sesama berarti turut membantu Indonesia ke arah yang lebih baik. Memberi kesempatan anak yatim piatu meraih masa depan yang lebih baik, membantu anak meraih kesejahteraan yang lebih baik dan me ngurangi tingkat kejahatan. Dikatakannya.
Tetapi kalau kebutuhan sudah terpenuhi, orang yang kebutuhannya terpenuhi tidak akan berpikir dan melakukan yang anehaneh.
Bagi Jonas dan keluarga, bisa berkumpul dan berbagi dengan sesama merupakan hal yang sangat membahagiakan.(tms)
Hobi Makan, Bugar dengan Buah
WISATA kuliner adalah hobi Jonas Hudaya. Selalu ada waktu khusus yang disediakan untuk berburu makanan. Dari menu tradisional Indonesia hingga makanan internasional. “Saya serin menjamu tamu dari luar kota dengan makanan lokal,” ujarnya tersenyum.
Bagi pengusaha sirup ini, menemukan kekhasan makanan sama artinya dengan mengenal dan memahami kekayaan budaya.
Karena sering ‘berpindah’ lokasi daerah makan, pria yang juga suka memasak ini pun menemukan perbedaan kekhasan makanan di setiap daerah.
Secara pribadi, tampaknya Jonas lebih suka menikmati bebek daripada ayam. Ia dan keluarganya mengaku sering menyantap bebek goreng. Olahan bebek dengan sambal pedasnya selalu membuatnya ketagihan.
Meski suka berpetualang mencari makanan enak, makanan favorit Jonas ternyata Soto.
Ada yang khas dari penamilan Jonas. Meski hobi makan, posturnya yang tidak terlalu tinggi, tubuhnya tetap terlihat bugar dan ideal. Tidak gemuk dan tetap segar.
Mengaku tidak mengkonsumsi obat khusus usai bersantap, Jonas punya tips agar tetap sehat.
“Sederhana. Pilih makanan yang sehat dan makan secukupnya.
Ikuti pola makan sehat dan selalu makan buah,” katanya mantap.
Soal jenis buah, pria ini lebih senang mengkonsumsi hasil dari ladang-ladang petani lokal dibanding buah impor. “Lebih segar, lebih murah dan banyak tersedia,” ujarnya.
Pagi hari, Jonas memilih mengkonsumsi jeruk. Sedangkan buah favoritnya adalah pepaya. “Sangat baik untuk pencernaan,” katanya memberi penjelasan.(tms)
Didik Anak Sesuai Talenta
MENJADI ayah yang baik untuk tiga anaknya, merupakan tantangan tersendiri yang mengasyikkan bagi Jonas Hudaya. Ia sadar, sikap, tindakan dan cara berbicara dalam kesehariannya akan dicontoh anak-anaknya.
“Kalau bicara orangtua tidak baik dan berkelakuan tidak benar , maka akan dilihat dan ditiru oleh sang anak. Kalau kita memperlihatkan contoh yang baik, mudah-mudahan anak meniru perbuatan baik orangtuanya,” sebutnya.
Jonas tentu saja berusaha memperlihatkan berkarakter pergaulan komunikasi dan bertatakrama yang baik. “Ini masalah moral,” ujarnya berfilosofi.
Dalam mendidik anak, pria yang menyelesaikan master bisnisnya ini memberi pengarahan sesuai talenta dan keinginan anak. “Tidak usah dipaksakan dan disesuaikan dengan talenta masing-masing anak. Kita monitor saja. Sesuatu yang dipaksakan, hasilnya malah merusak kehidupan anak kelak dan tidak baik.” Ia berpandangan perlunya mengajarkan anak untuk memiliki kepekaan rasa, menikmati dan mensyukuri apa yang ada. “Kalau bisa seperi itu, akan menimbulkan motivasi untuk berkembang secara kreatif,” ujarnya yakin.
Saat ini anak tertua Jonas, Christopher Hew, akan menyelesaikan bangku SMA. Jonas mengaku tidak memaksakan anak untuk mengambil disiplin ilmu tertentu di universitas tertentu. “Yah tergantung nilai, kemauan dan kemauan anak.
Apa yang dipilihnya, itu yang menjadi landasan masa depannya. Sebagai orangtua, saya dan ibunya hanya bisa mendukung dan memberikan advice (masukan) lah,” ujarnya. (tms)