
Mantan Mentri BUMN Dahlan Iskan foto bersama dengan para pemenang Al-Ahmadi Award katagori Agri Inovatif pada acara puncak acara Al Ahmadi Award 2015 se-Sumatera dan Seminar dan Bisnis Matching 3 Negara di Hotel Harmoni One Batamcenter, Minggu (6/12).
Oleh Dahlan Iskan
DALAM tiga hari saja saya sudah berbicara kepada lebih 5.000 anak muda yang tertarik memulai bisnis: di IPB Bogor pekan lalu, di ITS Surabaya hari Sabtu (5/12), dan Minggu kemarin (6/12) di Batam. Kian banyak saja mahasiswa, sambil terus kuliah, yang sudah terjun ke bisnis. Kecil-kecilan. Jenis bisnisnya pun begitu beraneka. Mulai membuat virgin oil dari kelapa, goreng bawang, keripik bayam, sampai teknologi tinggi.
Dengan demikian, begitu mereka nanti lulus dari perguruan tinggi, dua hal mereka dapat: kesarjanaan secara ilmu dan kematangan secara kejiwaan. Mereka memiliki nilai plus karena sudah mengalami rasanya ditipu, bertengkar, bangkrut kecil-kecilan, dan gagal membuat produk yang disukai konsumen.
Di antara puluhan mahasiswa yang saya minta naik panggung, lebih dari separo berhasil memulai usaha tanpa modal. Hampir 100 persen pernah ditipu, bahkan ada yang berkali-kali. Yang membanggakan, tidak ada yang setelah tertipu merasa kapok untuk bangkit lagi. Doktrin โcalon pengusaha sukses adalah yang kalau jatuh selalu berani bangkitโ rupanya sudah diyakini secara luas.
Di Jawa Pos Group sendiri ada yang mendirikan institut bisnis: lembaga setengah formal untuk menggairahkan munculnya pengusaha muda dan pengusaha pemula. Entrepreneur School. Dibuat Batam Pos di Batam, tapi wilayah kerjanya se-Sumatera. Mulai kursus-kursus, kuliah umum, monitoring, konsultasi bisnis, sampai penghargaan bisnis bagi mahasiswa dan pemula yang sukses.
โPak, dua tahun lalu saya berjanji kepada Bapak tidak akan bertemu Bapak kalau omzet saya belum naik,โ ujar seorang perempuan muda yang mendekati kursi saya di Batam kemarin. Dia mulai usaha keripik singkong. โSudah naik berapa?โ tanya saya. โWaktu itu satu hari saya hanya berhasil menjual 10 kilogram,โ katanya. โSekarang sudah 80 kilogram.โ
Saya ingin menciumnya untuk menunjukkan rasa haru saya. Tapi, yang antre ingin melapor (dan minta foto bersama) terlalu banyak. Ada yang mengadu mendapat fitnah. Dia jualan es puter. โEs saya diisukan mengandung bahan tidak halal,โ ungkapnya. โSaya menangis,โ tambahnya. Itu empat bulan lalu. Dia minta saran apa yang harus dia lakukan. โApakah sekarang jualan es Anda merosot?โ tanya saya. โTidak, Pak. Justru tambah laris,โ katanya.
Maka saya pun tidak perlu memberi nasihat. Saya kemukakan bahwa orang itu, untuk bisa lebih maju, kadang harus difitnah dulu. Saya yakin, sejak menerima fitnah itu, hatinya sakit. Dendam. Berontak. Lalu kerja lebih keras. Cari akal lebih kreatif.