26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Antre Semen sebelum Menyalip di Tikungan (1)

Dahlan Iskan

Saya berdiri di atas dermaga pelabuhan yang jauh menjorok ke laut. Saya hitung ada 13 kapal yang mengapung buang sauh di kejauhan sana. Kapal-kapal itu menunggu giliran dipanggil merapat ke dermaga untuk mengisi semen. Mereka antre semen. Kapal-kapal itu lama sekali menunggu dan menunggu di tengah laut Ada yang sampai mengapung di tengah laut dua minggu.

Tidak jauh dari pelabuhan itu sebuah proyek baru lagi dikebut penyelesaiannya. Itulah proyek pembangunan pabrik semen unit 5 PT Semen Tonasa di Sulawesi Selatan. Antrean kapal seperti itu masih terus terjadi sampai pabrik baru tersebut bisa berproduksi. Lima bulan lagi. Dengan pabrik baru ini Semen Tonasa bisa menambah kapasitas 3 juta ton lagi per tahun. Meski selama ini Semen Tonasa sudah mampu berproduksi 4 juta ton per tahun, rupanya belum mampu mengimbangi melonjaknya keperluan semen di Indonesia Timur.

Antrean kapal yang panjang itu memang menggambarkan banyak hal. Terjadi kekurangan semen yang luar biasa. Ini karena ekonomi lagi sangat baik. Di mana-mana orang membangun. Harga semen pun naik terus. Antrean kapal yang sampai dua minggu itu saja sudah menggambarkan bahwa biaya angkutan pasti meningkat.

Kalau pabrik baru Semen Tonasa sudah beroperasi, bisa dibayangkan sendiri: pembangunan akan semakin cepat di wilayah timur. Apalagi, banyak sekali pembangkit listrik ukuran besar (untuk ukuran Indonesia Timur) selesai pada 2012 ini: 2 x 50 MW di Barru, 2 x 100 MW di Jeneponto, 150 MW PLTA di Poso, dan beberapa lagi. Dua bahan baku utama pembangunan, semen dan listrik, tidak akan menjadi penghambat lagi.

Pabrik Semen Tonasa memang akan menjadi salah satu andalan pembangunan di wilayah timur. Setelah pabrik kelima ini beroperasi, harus segera diputuskan untuk membangun pabrik keenam. Cadangan bahan baku di Tonasa seperti tidak terbatas. Pabrik itu terletak di bibir gunung kapur yang menjadi bahan bakunya. Tidak perlu biaya pengangkutan sama sekali. “Bahan baku di sini bisa untuk keperluan ratusan tahun,” ujar M Sattar Taba, Dirut PT Semen Tonasa.

Penambahan kapasitas tidak hanya terjadi di Tonasa. Di Tuban, Jatim, Semen Gresik juga membangun pabrik baru. Bahkan, sudah hampir beroperasi. Insya Allah bulan depan. Pemasangan mesin-mesin dan komisioning sudah selesai.

Kamis minggu lalu saya ke Tuban untuk menyaksikan penyalaan api pertama pabrik baru itu. Berarti dari Tuban akan ada tambahan semen tiga juta ton lagi per tahun. Total menjadi 13 juta ton semen diproduksi di Tuban.

Sebagai rasa syukur atas selesainya pembangunan pabrik unit 4 di Tuban ini, Dirut Semen Gresik Group Dwi Soetjipto mengadakan acara doa khusus. Dwi mengajak seluruh orang Tuban yang hafal Alquran (hufadz) berkumpul di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Desa Jarorejo, untuk khataman. Di pesantren pimpinan KH Ashari inilah saya ikut acara khataman itu.

Grup Semen Gresik memang sedang berekspansi di segala penjuru Indonesia. Tidak hanya di Tuban dan Tonasa, tapi juga di Sumatera. Perencanaan ekspansi di Padang sudah selesai. Dana sudah siap. Tinggal penyelesaian masalah-masalah di daerah. Kalaupun ekspansi di Padang ini terhambat, bisa saja dialihkan ke Aceh. Pokoknya, harus di Sumatera. Ini untuk mendukung percepatan pembangunan di Sumatera yang sangat kaya tersebut. Penentuan lokasi itu sudah harus diputuskan pertengahan tahun ini. Dana triliunan rupiah yang sudah disiapkan sayang kalau tidak diinvestasikan.

Investasi BUMN tidak boleh ditunda, apalagi dibatalkan. Ini untuk mengemban misi negara dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang harus terus meningkat. Di saat banyak negara mengalami kesulitan ekonomi, saatnyalah Indonesia siap-siap menyalip di tikungan. Dengan investasi baru di Tuban dan Tonasa itu saja, Grup Semen Gresik sudah akan menjadi pabrik semen terbesar di Asia Tenggara.

Thailand sudah akan kita kalahkan beberapa bulan lagi. Siam Cement (Thailand) dengan kapasitas 25 juta ton per tahun sudah akan disalip Semen Gresik dengan kapasitas 26 juta ton per tahun. Apalagi, kalau proyek Semen Padang atau Aceh bisa dilakukan.

Grup Semen Gresik memang punya kemampuan luar biasa untuk melakukan ekspansi. Unit 4 Semen Tuban itu, misalnya, sama sekali tidak menggunakan dana dari bank. Semua menggunakan dana sendiri. Unit 5 Semen Tonasa yang semula direncanakan 70 persen dana perbankan, tidak jadi dipakai seluruhnya.

Dengan terus berinvestasi seperti itu, di segala bidang, pertumbuhan ekonomi akan terjaga. Ekonomi Indonesia harus terus berkembang di saat ekonomi dunia melesu. Kepercayaan diri kita sudah kuat untuk bisa satu per satu menyusul negara-negara lain dan bahkan melewatinya.

Apalagi, ekonomi kita mulai kebal terhadap gejolak politik. Heboh-heboh politik ternyata sangat kecil pengaruhnya. Pada saat seru-serunya demo BBM lalu, harga saham di pasar modal justru naik. Kalau investasi bisa terus dilakukan, target pertumbuhan ekonomi 6,5 persen akan tercapai. Ibarat balapan mobil, di saat pesaing lagi punya problem, Indonesia harus menginjak gas lebih dalam.

Ekspansi pabrik semen di Sumatera bukan hanya dilakukan Grup Semen Gresik (kelak berganti nama menjadi Grup Semen Garuda). Tapi, juga oleh BUMN lain: PT Semen Baturaja di Sumatera Selatan. PT Semen Baturaja tahun ini go public. PT ini punya kemampuan untuk ekspansi.

Semen Baturaja akan membangun pabrik kedua dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun. Pembangunannya harus dimulai tahun ini juga. Ini untuk mendorong perkembangan ekonomi Sumatera yang akan terus berkibar-kibar.

Apalagi, tahun depan banyak sekali pembangkit listrik yang sudah jadi. Dua hambatan dasar terbesar untuk pembangunan teratasi. Jalan tol pun mulai dibangun di Sumatera. Semua itu akan membuat pembangunan di Sumatera tidak bisa tertahan lagi.

Grup Semen Gresik memang sudah bisa menjadi contoh BUMN yang berkelas dunia. Bukan saja segera menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, tapi juga punya kesiapan berkembang di segala bidang. Bahkan, mampu membangun pabrik modern dengan cara swakelola. Tidak perlu BOT, BOO, ataupun EPC.
Unit 4 Semen Tuban dan unit 5 Semen Tonasa yang termodern itu, misalnya, dibangun sendiri oleh orang-orang Grup Semen Gresik. Untuk mencapai tahap ini, BUMN seperti Pertamina atau PLN pun masih tertinggal jauh.

Tak ayal bila harga saham Semen Gresik, heemmm, terus melejit. Rekor baru terus dipecahkan. Terakhir mencapai rekor Rp 12.500 minggu lalu. Ini setara dengan Rp 120.000 per lembar seandainya lembar sahamnya tidak dipecah-pecah menjadi 10 lembar beberapa waktu lalu.
Tiga-empat tahun lagi, rasanya, banyak BUMN yang mencapai tingkatan itu. Karena itu, kalau selama ini kita dikenal sebagai negara yang “jual-jual-jual” BUMN ke asing, bisa jadi segera berubah menjadi “beli-beli-beli” di luar negeri. Tidak akan terjadi lagi privatisasi dengan cara lama: mencari strategic partner dari luar negeri. Kalaupun akan dilakukan strategic sale, pembeli strategisnya adalah BUMN sendiri!

Tentu kita tidak boleh terlalu menyalah-nyalahkan mengapa dulu kita melakukan “jual-jual-jual”. Kala itu negara kita memang lagi sangat lemah. Krisis ekonomi yang berat pada 1998 membuat pemerintah tidak memiliki anggaran untuk menjalankan roda pemerintahan. Negara dalam keadaan terancam. Seluruh APBN kita, waktu itu, hanya Rp300 triliun. Alangkah kecilnya. Hanya sama dengan anggaran pendidikan kita pada 2012 sekarang ini. Atau hanya sedikit lebih tinggi daripada anggaran subsidi yang kita hebohkan dua minggu lalu.

Kini dengan kemampuan pemerintah yang begitu kuat (tahun lalu ekonomi Indonesia sudah mengalahkan ekonomi Belanda), dengan APBN yang sudah Rp 1.500 triliun, dengan aset BUMN yang Rp3.000 triliun, privatisasi BUMN hanya boleh dilakukan melalui pasar modal.

Saya pun akan terus mendorong BUMN untuk masuk pasar modal. Agar pengelolaan BUMN lebih transparan, lebih terbuka, lebih akuntabel. Siapa tahu, dengan cara ini, kapitalisasi pasar modal kita pun tidak lama lagi sudah bisa mengalahkan Singapura! Kalau bisa, paling lambat tahun depan!
Sekarang ini kita tinggal kalah sedikiiiit lagi. Saatnya, di sektor ini pun kita menyalip di tikungan. Kalau kapitalisasi pasar modal kita sudah bisa mengalahkan Singapura tahun depan, sejarah akan terus berbalik. Satu per satu. Tidak bisa ditahan lagi. Ekonomi Indonesia berlari kencang. Lupakan politik. Kita kejar harga diri kita!

Kejadian 13 kapal yang antre semen telah berbicara banyak mengenai gambaran negara kita ke depan! (*)

* Penulis adalah Menteri BUMN

Dahlan Iskan

Saya berdiri di atas dermaga pelabuhan yang jauh menjorok ke laut. Saya hitung ada 13 kapal yang mengapung buang sauh di kejauhan sana. Kapal-kapal itu menunggu giliran dipanggil merapat ke dermaga untuk mengisi semen. Mereka antre semen. Kapal-kapal itu lama sekali menunggu dan menunggu di tengah laut Ada yang sampai mengapung di tengah laut dua minggu.

Tidak jauh dari pelabuhan itu sebuah proyek baru lagi dikebut penyelesaiannya. Itulah proyek pembangunan pabrik semen unit 5 PT Semen Tonasa di Sulawesi Selatan. Antrean kapal seperti itu masih terus terjadi sampai pabrik baru tersebut bisa berproduksi. Lima bulan lagi. Dengan pabrik baru ini Semen Tonasa bisa menambah kapasitas 3 juta ton lagi per tahun. Meski selama ini Semen Tonasa sudah mampu berproduksi 4 juta ton per tahun, rupanya belum mampu mengimbangi melonjaknya keperluan semen di Indonesia Timur.

Antrean kapal yang panjang itu memang menggambarkan banyak hal. Terjadi kekurangan semen yang luar biasa. Ini karena ekonomi lagi sangat baik. Di mana-mana orang membangun. Harga semen pun naik terus. Antrean kapal yang sampai dua minggu itu saja sudah menggambarkan bahwa biaya angkutan pasti meningkat.

Kalau pabrik baru Semen Tonasa sudah beroperasi, bisa dibayangkan sendiri: pembangunan akan semakin cepat di wilayah timur. Apalagi, banyak sekali pembangkit listrik ukuran besar (untuk ukuran Indonesia Timur) selesai pada 2012 ini: 2 x 50 MW di Barru, 2 x 100 MW di Jeneponto, 150 MW PLTA di Poso, dan beberapa lagi. Dua bahan baku utama pembangunan, semen dan listrik, tidak akan menjadi penghambat lagi.

Pabrik Semen Tonasa memang akan menjadi salah satu andalan pembangunan di wilayah timur. Setelah pabrik kelima ini beroperasi, harus segera diputuskan untuk membangun pabrik keenam. Cadangan bahan baku di Tonasa seperti tidak terbatas. Pabrik itu terletak di bibir gunung kapur yang menjadi bahan bakunya. Tidak perlu biaya pengangkutan sama sekali. “Bahan baku di sini bisa untuk keperluan ratusan tahun,” ujar M Sattar Taba, Dirut PT Semen Tonasa.

Penambahan kapasitas tidak hanya terjadi di Tonasa. Di Tuban, Jatim, Semen Gresik juga membangun pabrik baru. Bahkan, sudah hampir beroperasi. Insya Allah bulan depan. Pemasangan mesin-mesin dan komisioning sudah selesai.

Kamis minggu lalu saya ke Tuban untuk menyaksikan penyalaan api pertama pabrik baru itu. Berarti dari Tuban akan ada tambahan semen tiga juta ton lagi per tahun. Total menjadi 13 juta ton semen diproduksi di Tuban.

Sebagai rasa syukur atas selesainya pembangunan pabrik unit 4 di Tuban ini, Dirut Semen Gresik Group Dwi Soetjipto mengadakan acara doa khusus. Dwi mengajak seluruh orang Tuban yang hafal Alquran (hufadz) berkumpul di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Desa Jarorejo, untuk khataman. Di pesantren pimpinan KH Ashari inilah saya ikut acara khataman itu.

Grup Semen Gresik memang sedang berekspansi di segala penjuru Indonesia. Tidak hanya di Tuban dan Tonasa, tapi juga di Sumatera. Perencanaan ekspansi di Padang sudah selesai. Dana sudah siap. Tinggal penyelesaian masalah-masalah di daerah. Kalaupun ekspansi di Padang ini terhambat, bisa saja dialihkan ke Aceh. Pokoknya, harus di Sumatera. Ini untuk mendukung percepatan pembangunan di Sumatera yang sangat kaya tersebut. Penentuan lokasi itu sudah harus diputuskan pertengahan tahun ini. Dana triliunan rupiah yang sudah disiapkan sayang kalau tidak diinvestasikan.

Investasi BUMN tidak boleh ditunda, apalagi dibatalkan. Ini untuk mengemban misi negara dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang harus terus meningkat. Di saat banyak negara mengalami kesulitan ekonomi, saatnyalah Indonesia siap-siap menyalip di tikungan. Dengan investasi baru di Tuban dan Tonasa itu saja, Grup Semen Gresik sudah akan menjadi pabrik semen terbesar di Asia Tenggara.

Thailand sudah akan kita kalahkan beberapa bulan lagi. Siam Cement (Thailand) dengan kapasitas 25 juta ton per tahun sudah akan disalip Semen Gresik dengan kapasitas 26 juta ton per tahun. Apalagi, kalau proyek Semen Padang atau Aceh bisa dilakukan.

Grup Semen Gresik memang punya kemampuan luar biasa untuk melakukan ekspansi. Unit 4 Semen Tuban itu, misalnya, sama sekali tidak menggunakan dana dari bank. Semua menggunakan dana sendiri. Unit 5 Semen Tonasa yang semula direncanakan 70 persen dana perbankan, tidak jadi dipakai seluruhnya.

Dengan terus berinvestasi seperti itu, di segala bidang, pertumbuhan ekonomi akan terjaga. Ekonomi Indonesia harus terus berkembang di saat ekonomi dunia melesu. Kepercayaan diri kita sudah kuat untuk bisa satu per satu menyusul negara-negara lain dan bahkan melewatinya.

Apalagi, ekonomi kita mulai kebal terhadap gejolak politik. Heboh-heboh politik ternyata sangat kecil pengaruhnya. Pada saat seru-serunya demo BBM lalu, harga saham di pasar modal justru naik. Kalau investasi bisa terus dilakukan, target pertumbuhan ekonomi 6,5 persen akan tercapai. Ibarat balapan mobil, di saat pesaing lagi punya problem, Indonesia harus menginjak gas lebih dalam.

Ekspansi pabrik semen di Sumatera bukan hanya dilakukan Grup Semen Gresik (kelak berganti nama menjadi Grup Semen Garuda). Tapi, juga oleh BUMN lain: PT Semen Baturaja di Sumatera Selatan. PT Semen Baturaja tahun ini go public. PT ini punya kemampuan untuk ekspansi.

Semen Baturaja akan membangun pabrik kedua dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun. Pembangunannya harus dimulai tahun ini juga. Ini untuk mendorong perkembangan ekonomi Sumatera yang akan terus berkibar-kibar.

Apalagi, tahun depan banyak sekali pembangkit listrik yang sudah jadi. Dua hambatan dasar terbesar untuk pembangunan teratasi. Jalan tol pun mulai dibangun di Sumatera. Semua itu akan membuat pembangunan di Sumatera tidak bisa tertahan lagi.

Grup Semen Gresik memang sudah bisa menjadi contoh BUMN yang berkelas dunia. Bukan saja segera menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, tapi juga punya kesiapan berkembang di segala bidang. Bahkan, mampu membangun pabrik modern dengan cara swakelola. Tidak perlu BOT, BOO, ataupun EPC.
Unit 4 Semen Tuban dan unit 5 Semen Tonasa yang termodern itu, misalnya, dibangun sendiri oleh orang-orang Grup Semen Gresik. Untuk mencapai tahap ini, BUMN seperti Pertamina atau PLN pun masih tertinggal jauh.

Tak ayal bila harga saham Semen Gresik, heemmm, terus melejit. Rekor baru terus dipecahkan. Terakhir mencapai rekor Rp 12.500 minggu lalu. Ini setara dengan Rp 120.000 per lembar seandainya lembar sahamnya tidak dipecah-pecah menjadi 10 lembar beberapa waktu lalu.
Tiga-empat tahun lagi, rasanya, banyak BUMN yang mencapai tingkatan itu. Karena itu, kalau selama ini kita dikenal sebagai negara yang “jual-jual-jual” BUMN ke asing, bisa jadi segera berubah menjadi “beli-beli-beli” di luar negeri. Tidak akan terjadi lagi privatisasi dengan cara lama: mencari strategic partner dari luar negeri. Kalaupun akan dilakukan strategic sale, pembeli strategisnya adalah BUMN sendiri!

Tentu kita tidak boleh terlalu menyalah-nyalahkan mengapa dulu kita melakukan “jual-jual-jual”. Kala itu negara kita memang lagi sangat lemah. Krisis ekonomi yang berat pada 1998 membuat pemerintah tidak memiliki anggaran untuk menjalankan roda pemerintahan. Negara dalam keadaan terancam. Seluruh APBN kita, waktu itu, hanya Rp300 triliun. Alangkah kecilnya. Hanya sama dengan anggaran pendidikan kita pada 2012 sekarang ini. Atau hanya sedikit lebih tinggi daripada anggaran subsidi yang kita hebohkan dua minggu lalu.

Kini dengan kemampuan pemerintah yang begitu kuat (tahun lalu ekonomi Indonesia sudah mengalahkan ekonomi Belanda), dengan APBN yang sudah Rp 1.500 triliun, dengan aset BUMN yang Rp3.000 triliun, privatisasi BUMN hanya boleh dilakukan melalui pasar modal.

Saya pun akan terus mendorong BUMN untuk masuk pasar modal. Agar pengelolaan BUMN lebih transparan, lebih terbuka, lebih akuntabel. Siapa tahu, dengan cara ini, kapitalisasi pasar modal kita pun tidak lama lagi sudah bisa mengalahkan Singapura! Kalau bisa, paling lambat tahun depan!
Sekarang ini kita tinggal kalah sedikiiiit lagi. Saatnya, di sektor ini pun kita menyalip di tikungan. Kalau kapitalisasi pasar modal kita sudah bisa mengalahkan Singapura tahun depan, sejarah akan terus berbalik. Satu per satu. Tidak bisa ditahan lagi. Ekonomi Indonesia berlari kencang. Lupakan politik. Kita kejar harga diri kita!

Kejadian 13 kapal yang antre semen telah berbicara banyak mengenai gambaran negara kita ke depan! (*)

* Penulis adalah Menteri BUMN

Artikel Terkait

Debat

Kisah Ikan Eka

Guo Nian

Sarah’s Bag Itu

Freeport

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/