Tentu Amerika punya analisa seperti ini: kalau satelit-satelit AS itu dilumpuhkan bagaimana? Amerika akan ikut lumpuh.
Siapa yang punya kemampuan melumpuhkan satelit itu?
Jelas: Tiongkok. Yang sekarang mengembangkan senjata laser. Untuk melumpuhkan serangan pesawat tempur. Atau untuk menghancurkan sinyal kapal selam.
Maka perang tidak boleh hanya di caviar atau kedelai.
Rusia juga jadi ancaman. Terutama karena kemampuan di masa lalunya.
Padahal mungkin saja satelit itu juga bisa dilumpuhkan oleh seorang anak SMA. Dari sebuah desa di Sumba. Siapa tahu.
Saya pernah kedatangan tamu. Dulu. Yang mengusulkan ini: agar kita meluncurkan satelit sendiri. Jangan satelit kita diluncurkan negara lain.
”Lokasi peluncuran satelit terbaik di dunia ada di negara kita,” katanya.
Ia lantas menunjukkan nama daerah itu. Minta dirahasiakan. ”Biaya peluncurannya lebih murah,” katanya.
Putra Jogja ini mungkin paling ahli satelit. Di negara kita. Ialah yang bisa memindah-mindah satelit. Dari satu kapling ke kapling lain.
Ia tidak perlu datang ke luar angkasa. Ia pindah-pindahkan satelit itu dari ruang kerjanya. Berkat orang seperti ialah bisnis satelit bekas menjadi hidup.
Banyak yang menjual satelit bekas. Dengan syarat satelitnya dipindah. Kapling itu akan digunakan lagi. Untuk satelit yang lebih baru.
Stars war tiba-tiba akan menjadi kuno. Kita tidak perlu membayar lagi untuk menontonnya. Cukup malam-malam ke pantai. Tiduran di atas pasir. Wajah menatap langit. Lihatlah: ada stars war beneran di sana. Angkatan Luar Angkasa Trump lagi dilaser oleh panda dengan kungfunya. Gemerlapan di langit.
Bangkai-bangkai mengawang di atas orbit. Tanpa perlu kuburan. (dahlan iskan)