Dari sini, saya bangga kepada generasi baru di Jawa Pos Group. Yang saya ikuti sari grup WA mereka. Yang begitu yakinnya bahwa koran tetap akan jaya. Asal manajemennya bagus. Dan isinya menyesuaikan dengan keinginan dasar pembacanya.
Setiap kali ada koran yang mati dengan malu-malu (dengan alasan pindah ke edisi online yang lebih modern), generasi baru di Jawa Pos Group (JPG) mengkajinya dengan kritis: Itu mati karena zaman, karena manajemen, karena SDM, karena kreativitas, atau karena nasib.
Apalagi, generasi baru di JPG juga terus mengikuti perkembangan terkini di negara maju. Bahwa koran online ternyata kian sulit juga: tidak menghasilkan uang. Tidak cukup untuk membiayai perbaikan mutu jurnalistiknya. Saya bersyukur bukan hanya karena itu. Tapi, koran ternyata menjadi media yang dibaca lintas suku, lintas aliran, dan lintas grup.
Justru pada zaman menjamurnya grup WA atau BBM ini peran koran menjadi beda: menjadi clearinghouse informasi. Koran bisa meng-clear-kan berbagai informasi yang tidak clear. (*)