30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Manfaat Medis Ganja Belum Terbukti

CEO Klub Cannabis Alaska Charlo Greene menghisap sebuah lentingan ganja di sebuah apotik mariyuana di Anchorage, Alaska. Alaska adalah salah satu negara bagian di AS yang melegalkan mariyuana.
CEO Klub Cannabis Alaska Charlo Greene menghisap sebuah lentingan ganja di sebuah apotik mariyuana di Anchorage, Alaska. Alaska adalah salah satu negara bagian di AS yang melegalkan mariyuana.

SUMUTPOS.CO – Mariyuana untuk kepentingan medis tidak terbukti dapat membantu dengan sejumlah penyakit, menurut analisis komprehensif pertama mengenai potensi manfaat ganja.

Peneliti menemukan bukti kuat bahwa ganja dapat membantu mengurangi rasa sakit yang kronis dan melemaskan otot yang kaku. Namun tidak ada bukti cukup bahwa ganja dapat membantu sejumlah kondisi, seperti kegelisahan, gangguan tidur, dan sindrom Tourette, sehingga peneliti merekomendasikan studi lebih lanjut untuk menetapkan manfaat ganja untuk membantu penyakit-penyakit tersebut. Peneliti mengevalusi 79 studi yang melibatkan 6.000 pasien.

Analisis ini diterbitkan di Journal of the American Medical Association. Dalam edisi yang sama, sebuah artikel lainnya mengangkat studi yang menemukan bahwa berbagai merek produk makanan dari mariyuana tidak mencantumkan dengan akurat daftar bahan aktifnya. Lebih dari separuh di antara mereka ternyata mengandung ganja dalam kadar lebih rendah dari yang tertera di label, yang berarti konsumen tidak akan merasakan efek ganja di dalamnya.

Para ilmuwan yang terlibat dalam analisis ini mengumpulkan hasil dari studi-studi yang menguji mariyuana dan membandingkannya dengan plasebo, perawatan tanpa ganja dan tanpa perawatan sama sekali – jenis metode yang paling ketat. Kebanyakan studi tidak menemukan bukti yang konklusif akan adanya manfaat ganja, selain efek samping yang umum seperti rasa pusing, mulut yang kering dan rasa kantuk. Peninjuan terhadap riset yang lebih sederhana juga menunjukkan hasil serupa.

Masih ada kemungkinan mariyuana benar-benar memiliki banyak manfaat, tapi bukti kuat dari studi berkualitas tinggi masih kurang, menurut penulis kedua artikel.

“Ini bukan obat ajaib tapi pastinya punya sejumlah potensi,” kata Dr. Robert Wolff, salah seorang penulis dan peneliti dari Kleijnen Systematic Reviews Ltd., sebuah badan riset di York, Inggris.

Pengujian independen di laboratorium terhadap 47 merek produk makanan dan minuman mengandung mariyuana yang diperoleh dari apotik Los Angeles, San Francisco dan Seattle, menemukan pencantuman kandungan THC yang tidak akurat pada 13 dari 75 produk. THC adalah bahan aktif utama mariyuana. Hampir 25 persen di antaranya mengandung kadar THC yang lebih tinggi dari yang tertera di label, yang dapat menyebabkan efek samping. Sebagian besar memiliki kandungan THC yang lebih rendah. Demikian pula halnya dengan kandungan bahan aktif lainnya. Penelitan tidak menyebut nama-nama merek tersebut. (ap/voa)

CEO Klub Cannabis Alaska Charlo Greene menghisap sebuah lentingan ganja di sebuah apotik mariyuana di Anchorage, Alaska. Alaska adalah salah satu negara bagian di AS yang melegalkan mariyuana.
CEO Klub Cannabis Alaska Charlo Greene menghisap sebuah lentingan ganja di sebuah apotik mariyuana di Anchorage, Alaska. Alaska adalah salah satu negara bagian di AS yang melegalkan mariyuana.

SUMUTPOS.CO – Mariyuana untuk kepentingan medis tidak terbukti dapat membantu dengan sejumlah penyakit, menurut analisis komprehensif pertama mengenai potensi manfaat ganja.

Peneliti menemukan bukti kuat bahwa ganja dapat membantu mengurangi rasa sakit yang kronis dan melemaskan otot yang kaku. Namun tidak ada bukti cukup bahwa ganja dapat membantu sejumlah kondisi, seperti kegelisahan, gangguan tidur, dan sindrom Tourette, sehingga peneliti merekomendasikan studi lebih lanjut untuk menetapkan manfaat ganja untuk membantu penyakit-penyakit tersebut. Peneliti mengevalusi 79 studi yang melibatkan 6.000 pasien.

Analisis ini diterbitkan di Journal of the American Medical Association. Dalam edisi yang sama, sebuah artikel lainnya mengangkat studi yang menemukan bahwa berbagai merek produk makanan dari mariyuana tidak mencantumkan dengan akurat daftar bahan aktifnya. Lebih dari separuh di antara mereka ternyata mengandung ganja dalam kadar lebih rendah dari yang tertera di label, yang berarti konsumen tidak akan merasakan efek ganja di dalamnya.

Para ilmuwan yang terlibat dalam analisis ini mengumpulkan hasil dari studi-studi yang menguji mariyuana dan membandingkannya dengan plasebo, perawatan tanpa ganja dan tanpa perawatan sama sekali – jenis metode yang paling ketat. Kebanyakan studi tidak menemukan bukti yang konklusif akan adanya manfaat ganja, selain efek samping yang umum seperti rasa pusing, mulut yang kering dan rasa kantuk. Peninjuan terhadap riset yang lebih sederhana juga menunjukkan hasil serupa.

Masih ada kemungkinan mariyuana benar-benar memiliki banyak manfaat, tapi bukti kuat dari studi berkualitas tinggi masih kurang, menurut penulis kedua artikel.

“Ini bukan obat ajaib tapi pastinya punya sejumlah potensi,” kata Dr. Robert Wolff, salah seorang penulis dan peneliti dari Kleijnen Systematic Reviews Ltd., sebuah badan riset di York, Inggris.

Pengujian independen di laboratorium terhadap 47 merek produk makanan dan minuman mengandung mariyuana yang diperoleh dari apotik Los Angeles, San Francisco dan Seattle, menemukan pencantuman kandungan THC yang tidak akurat pada 13 dari 75 produk. THC adalah bahan aktif utama mariyuana. Hampir 25 persen di antaranya mengandung kadar THC yang lebih tinggi dari yang tertera di label, yang dapat menyebabkan efek samping. Sebagian besar memiliki kandungan THC yang lebih rendah. Demikian pula halnya dengan kandungan bahan aktif lainnya. Penelitan tidak menyebut nama-nama merek tersebut. (ap/voa)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/