28 C
Medan
Thursday, June 27, 2024

Batik, Fashion yang Kian Booming

Pada awalnya, batik hanya dapat dipakai oleh seseorang yang memiliki tingkat sosial di masyarakat. Bahkan, motif yang terdapat pada batik juga tidak dapat digunakan oleh sembarangan orang.

Atau dengan kata lain, motif tertentu hanya dapat dipakai oleh orang tertentu juga untuk menunjukkan tingkat sosial orang tersebut. Jadi tidak heran bila batik tak bisa dipakai sembarang orang. Tapi, itu dulu. Sekarang zaman sudah berubah.

Sejak batik diangkat menjadi pakaian nasional, zaman keemasan batik kembali. Bukan hanya suku Jawa yang menyukai, tetapi seluruh masyarakat yang berbeda suku dan etnis mulai memakai pakaian yang memiliki nilai seni ini. Bahkan batikpun kita membooming dengan inovasi yang lebih modren dan trendy.

Memang, seiring perkembang zaman, motif dan warna kain batik juga mulai berkembang. Bahkan motif pada batik bukan hanya yang memiliki makna tertentu, tetapi juga motif tatoo mulai digunakan. Hal ini jugalah yang mengilhami beberapa pengusaha batik untuk mengangkat motif lain.

Irwan, salah satu penjual batik di Medan Fair Plaza mengatakan, motif yang diberikan beraneka ragam, malah terkadang lari dari aliran motif batik sesungguhnya. “Tapi karena zaman telah berubah, pengguna batik tidak lagi mengandalkan arti dari motif batik sebenarnya, tapi lebih kepada inovasi modelnya,” kata Irwan.

Bila diperhatikan, motif antara tatoo dan batik tidak memiliki perbedaan karena ke duanya memiliki nilai dasar, yaitu seni. “Karena sama, jadi tidak dapat dibedakan antara motif batik dan motif tatoo,” lanjut Irwan.

Walaupun begitu, masih banyak juga penjual batik yang masih memegang motif batik, misalnya, Batik Semar yang masih memegang motif batik Solo. Dibeberapa kesempatan, corak batik juga dapat kita temukan di berbagai baju untuk anak remaja. Misalnya saja seperti celana jeans, rompi, kemeja dan baju kaos.

Dado, salah satu pengguna batik mengatakan, bila seseorang memakai baju batik kesannya lebih terlihat rapi dan berciri. “Pakai baju batik lebih terlihat rapi dan lebih berciri khas,” kata dia.

Hal senada dikatakan Putri, karyawati Gerai Batik Semar di Plaza Medan Fair. “Batik itu dulunya terkesan formil dan bahkan kesannya hanya dipakai orangtua saja, tapi sekarang berbea. Batik banyak dipakai semua kalangan umur karena batik telah berevolusi dengan inofasi yang lebih moderen,” kata Putri.

Sementara itu, Afif, Pengamat Mode dari KM Studio, mengatakan, batik dianggap formal bila dipadu padakan dengan celana bahan dan sepatu pantofel. Tetapi untuk anak muda, hal ini tidak berlaku lagi, walau menggunakan padupadan tersebut. “Tetapi model rambut yang digunakan anak remaja memberikan kesan santai. Formalnya tidak kelihatan, karena biasanya remaja bermain dengan rambut,”. ujar Afif berpendapat.

Menurutnya, kesan mewah yang ditampilkan batik dapat dilihat melalui tinta, corak dan bahan batiknya. Batik terlihat lebih mewah bila dari bahan sutera dan motif tulis. “Kalau batik tulis lebih lama pembuatannya, jadi lebih mahal karena nilai seni yang tinggi,” kata afif.

Dikatakan Afif, memakai batik akan terkesan lebih simple dan tidak ribet. Sebab, bila mengenakan baju batik, tidak perlu menggunakan aksesoris yang berlebihan, seperti kalung, misalnya. Karena motif batik sudah terkesan ramai.
Sementara itu, Dosen Tetap USU Komunikasi Psikologi, Emilia Ramadhani, mengatakan, paham batik sebagai pakaian formal tidak berlaku lagi bagi anak muda. Karena pada umumnya anak muda sudah memadumadakan batik dengan aneka ragam perlengkapan aksesoris yang akan terlihat lebih modis. “Untuk saat ini, batik mengikuti trend, bukan untuk menunjukkan tingkatan sosial. Kita patut bangga, batik kini semakin membooming tak hanya sebagai pakaian wajib di hari Jumat bagi pekerja kantoran dan pegawai, tapi juga sebagai tren fashion,” ujar Emil. (mag-9)

Pada awalnya, batik hanya dapat dipakai oleh seseorang yang memiliki tingkat sosial di masyarakat. Bahkan, motif yang terdapat pada batik juga tidak dapat digunakan oleh sembarangan orang.

Atau dengan kata lain, motif tertentu hanya dapat dipakai oleh orang tertentu juga untuk menunjukkan tingkat sosial orang tersebut. Jadi tidak heran bila batik tak bisa dipakai sembarang orang. Tapi, itu dulu. Sekarang zaman sudah berubah.

Sejak batik diangkat menjadi pakaian nasional, zaman keemasan batik kembali. Bukan hanya suku Jawa yang menyukai, tetapi seluruh masyarakat yang berbeda suku dan etnis mulai memakai pakaian yang memiliki nilai seni ini. Bahkan batikpun kita membooming dengan inovasi yang lebih modren dan trendy.

Memang, seiring perkembang zaman, motif dan warna kain batik juga mulai berkembang. Bahkan motif pada batik bukan hanya yang memiliki makna tertentu, tetapi juga motif tatoo mulai digunakan. Hal ini jugalah yang mengilhami beberapa pengusaha batik untuk mengangkat motif lain.

Irwan, salah satu penjual batik di Medan Fair Plaza mengatakan, motif yang diberikan beraneka ragam, malah terkadang lari dari aliran motif batik sesungguhnya. “Tapi karena zaman telah berubah, pengguna batik tidak lagi mengandalkan arti dari motif batik sebenarnya, tapi lebih kepada inovasi modelnya,” kata Irwan.

Bila diperhatikan, motif antara tatoo dan batik tidak memiliki perbedaan karena ke duanya memiliki nilai dasar, yaitu seni. “Karena sama, jadi tidak dapat dibedakan antara motif batik dan motif tatoo,” lanjut Irwan.

Walaupun begitu, masih banyak juga penjual batik yang masih memegang motif batik, misalnya, Batik Semar yang masih memegang motif batik Solo. Dibeberapa kesempatan, corak batik juga dapat kita temukan di berbagai baju untuk anak remaja. Misalnya saja seperti celana jeans, rompi, kemeja dan baju kaos.

Dado, salah satu pengguna batik mengatakan, bila seseorang memakai baju batik kesannya lebih terlihat rapi dan berciri. “Pakai baju batik lebih terlihat rapi dan lebih berciri khas,” kata dia.

Hal senada dikatakan Putri, karyawati Gerai Batik Semar di Plaza Medan Fair. “Batik itu dulunya terkesan formil dan bahkan kesannya hanya dipakai orangtua saja, tapi sekarang berbea. Batik banyak dipakai semua kalangan umur karena batik telah berevolusi dengan inofasi yang lebih moderen,” kata Putri.

Sementara itu, Afif, Pengamat Mode dari KM Studio, mengatakan, batik dianggap formal bila dipadu padakan dengan celana bahan dan sepatu pantofel. Tetapi untuk anak muda, hal ini tidak berlaku lagi, walau menggunakan padupadan tersebut. “Tetapi model rambut yang digunakan anak remaja memberikan kesan santai. Formalnya tidak kelihatan, karena biasanya remaja bermain dengan rambut,”. ujar Afif berpendapat.

Menurutnya, kesan mewah yang ditampilkan batik dapat dilihat melalui tinta, corak dan bahan batiknya. Batik terlihat lebih mewah bila dari bahan sutera dan motif tulis. “Kalau batik tulis lebih lama pembuatannya, jadi lebih mahal karena nilai seni yang tinggi,” kata afif.

Dikatakan Afif, memakai batik akan terkesan lebih simple dan tidak ribet. Sebab, bila mengenakan baju batik, tidak perlu menggunakan aksesoris yang berlebihan, seperti kalung, misalnya. Karena motif batik sudah terkesan ramai.
Sementara itu, Dosen Tetap USU Komunikasi Psikologi, Emilia Ramadhani, mengatakan, paham batik sebagai pakaian formal tidak berlaku lagi bagi anak muda. Karena pada umumnya anak muda sudah memadumadakan batik dengan aneka ragam perlengkapan aksesoris yang akan terlihat lebih modis. “Untuk saat ini, batik mengikuti trend, bukan untuk menunjukkan tingkatan sosial. Kita patut bangga, batik kini semakin membooming tak hanya sebagai pakaian wajib di hari Jumat bagi pekerja kantoran dan pegawai, tapi juga sebagai tren fashion,” ujar Emil. (mag-9)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/