LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Destinasi wisata nan eksotis, ditemukan di Langkat. Dinamai Situs Goa Kembar. Objek wisata sejarah ini terletak di Dusun III Tambak Pajok, Desa Adin Tengah, Kecamatan Selapian, Kabupaten Langkat. Di sana, terdapat sepasang goa yang terbentuk alami di antara hutan dan perbukitan kawasan Bukit Barisan.
Pada dinding goa dan sisi dalamnya, terdapat 10 arca atau patung kuno dan beberapa ukiran batu. Patung dan ukiran ini diduga bagian dari kebutuhan prosesi adat dan peribadatan masyarakat Karo di masa lalu.
Untuk menuju Situs Goa Kembar, wisatawan dapat melalui perjalanan darat selama kurang dari tiga jam dari Kota Medan. Selanjutnya melintasi Jalan Lintas Langkat-Karo menuju Objek Wisata Pemandian Alam Desa Lau Kulap, Kecamatan Kuala.
Alternatif lainnya, wisatawan dapat mengunjungi Situs Goa Kembar dengan mengawali perjalanan darat dari Kota Binjai menuju Kecamatan Salapian. Dari Salapian, melewati Jalan Lintas Binjai-Bukit Lawang, yang ditempuh dalam waktu kurang dari dua jam.
Ketua Program Studi Magister Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Suprayitno MHum, Kamis (5/9), mengatakan Situs Goa Kembar kemungkinan dibangun oleh para pendiri kampung sejak awal abad ke-19 Masehi.
“Berdasarkan beberapa sumber sejarah dan dokumen yang kita dapat, ada kemungkinan arca-arca, ukiran, dan beberapa artefak di sini dibuat oleh Toga Sembiring Brahmana. Dia adalah pendiri Kampung Tambak Pajok (Bendungan Kokoh),” ucapnya.
Meskipun demikian, Suprayitno belum dapat memastikan fungsi pembangunan Situs Goa Kembar di masa lalu. Termasuk kebudayaan apa yang melatarbelakangi pembangunan seluruh artefak di tempat tersebut.
“Sejauh ini belum dapat kita pastikan, apakah arca di sini bagian dari sarana peribadatan masyarakat Karo yang beragama Budha, atau sebagai pusat pelaksanaan ritual pada sistem kepercayaan Pamena,” terangnya.
Untuk memastikan usia artefak pada Situs Goa Kembar, pihaknya akan melalukan uji laboratorium terhadap arca dan ukiran batu yang ada. “Kita cari tahu juga, apakah ini ada kaitanya dengan temuan tulang-belulang manusia di dalam Goa Kembar. Tulang belulang itu saat ini sedang menjalani proses uji laboratorium,” ujarnya.
Sebelumnya, Parwoto —cucu pendiri Kampung Tambak Pajok, Toga Sembiring Brahmana—, menyatakan Situs Goa Kembar saat ini kondisinya cukup memprihatinkan dan telah banyak mengalami perubahan. Banyak artefak yang mengalami pengikisan akibat air hujan, rusak karena faktor usia, dan hilang akibat aksi pencurian dan ulah jahil pihak yang datang berkunjung ke tempat itu.
“Sekirar 30 tahun lalu, sebenarnya masih banyak kami temukan artefak kuno di Goa Kembar. Misalnya ukiran batu, terompet, kursi, dan tahta batu, gong Karo, gendang, dan perabotan rumah tangga,” jelasnya.
Sayangnya, saat ini sebagian besar benda bersejarah itu telah hilang. Hanya tersisa arca dan ukiran pada dinding goa. Bahkan salah satu arca di tempat tersebut telah hilang bagian kepalanya, diduga akibat aksi pencurian.
“Kami sendiri tidak tahu, kenapa sebagian besar artefak dan kepala salah satu arca itu bisa menghilang. Sebab kami pun sudah puluhan tahun tidak pernah datang dan berkunjung ke Situs Goa Kembar,” terang Parwoto.
Chandra Jaya Ginting, salah satu warga setempat, mengaku sempat singgah ke Situs Goa Kembar pada 1988 silam, guna menelusuri jalan setapak dari Desa Adin Tengah, Kabuparen Langkat, menuju Desa Penampean, Kabupaten Karo.
Hanya saja jalur alternatif tersebut sulit diakses akibat terhambat berbagai terkendala teknis. Salah satunya kendalanya, jalur perempatan Goa Kembar dipenuhi semak-belukar dan kotoran kelelawar (guano).
“Mengenai siapa pihak yang membuat arca, terus terang saya tidak tahu. Namun informasi yang saya terima dari mulut ke mulut, Situs Goa Kembar ini pertama kali ditemukan Bapak Toga Sembiring Brahmana, tahun 1971 silam,” pungkasnya.
Chandra mengakui keberadaan Situs Goa Kembar dan jalur setapak Adin Tengah-Penampean telah dimanfaatkan masyarakat setempat sejak lama. Baik sebagai jalur perdagangan maupun jalur lalu-lalang pada masa revolusi kemerdekaan Republik Indonesia.
“Selain dimanfaatkan sebagai jalur alternatif lalu-lalang masyarakat, Situs Goa Kembar dulu sering dijadikan sebagai tempat bermusyawarah bagi masyarakat kampung. Namun karena ada akses lain yang lebih bagus, jalur ini perlahan ditinggalkan,” terangnya.
Harapan besar dilontarkan Ketua DPD Pemuda Marga Silima (PMS) Kabupaten Langkat, Muhammad Taufik Bangun, saat berkunjung ke Situs Goa Kembar. Dia meminta Pemerintah Kabupaten Langkat optimal melindungi keberadaan Situs Goa Kembar, dan mendaftarkannya sebagai salah satu benda cagar budaya.
Menurutnya, Situs Goa Kembar sangat potensial dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah yang menarik bagi para wisatawan. Sekaligus sarana edukasi bagi generasi muda untuk memahami sejarah dan nilai kearifan lokal di Kabupaten Langkat.
“Ke depannya, kita siap bekerja sama dengan masyarakat untuk.menjaga dan melestarikan kekayaan budaya dan sumber daya alam di Kabupaten Langkat. Apalagi Situs Goa Kembar merupakan bagian dari warisan budaya masyarakat Karo,” seru Taufik. (bam)