SIMALUNGUN, SUMUTPOS.CO – Pelaksanaan Festival Danau Toba (FDT) ke-7 tahun 2019 yang digelar di Parapat, Kabupaten Simalungun, ternyata belum mampu menarik wisatawan datang berkunjung. Bahkan, event lomba Solu Bolon atau perahu besar (perahu naga) yang harusnya bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan, khususnya mancanegara, tenryata sepi pengunjung.
Peserta yang mengikuti perlombaan ini juga cuma diikuti 9 tim yang berasal dari berbagai kabupaten di Sumut, memperebutkan hadiah jutaan rupiah. Lomba Solu Bolon yang sarat tradisi itu pun minim penonton, hanya beberapa warga lokal dan pengunjung saja yang datang.
Bukan itu saja, pihak panitia juga hanya menyediakan dua Solu Bolon untuk bertanding. Sehingga peserta harus bergantian memakai solu yang sama.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, Ria Nofida Telaumbanua kepada wartawan mengatakan, pihaknya telah melakukan persiapan yang maksimal dalam even ini. Dia pun berharap, perlombaan Solu Bolon ini mampu menjadi salah satu daya tarik wisatawan. “Sebelumnya di Balige juga pernah dilakukan Solu Bolon (tradisi). Nah, di sini kita buatkan Solu Bolon (dragon) inikan rame,” kata Ria kepada wartawan di Parapat, Kabupaten Simalungun, Selasa (10/12).
Ria menjelaskan, sesuai aturan, setiap tim itu ada 12 orang, dua orang cadangan. Pastinya, perlombaan ini menjunjung tinggi sportivitas dan kekompakan tim. “Sebenarnya peminatnya besar, Balige mau kirim (peserta). Tapi persiapannya kurang, karena stamina harus fit mempergunakan tenaga yang kuat, harus cek kesehatan, sanggup enggak dia mengikuti lomba ini. Jangan nanti (terjadi hal tak diinginkan), di danau itukan resikonya berat, apalagi inikan dilihat luar negeri,” ungkap Ria.
Menurutnya, 9 tim jadi peserta yang bertanding itu bukan hasil seleksi, namun memang sudah siap secara fisik untuk bertanding. Perlombaan ini, menunjukan kegiatan FDT digelar secara meriah. “Kalau untuk Solu Bolon inikan saya rasa terbatas orangnya, tidak semua bisa. Karena secara fisik kan orangnya harus siap. Apalagi inikan kelompok juga. Secara fisik dan tim juga diperlukan. Karena kegiatan kita di Danau Toba, jadi harus seimbang kegiatannya di darat dan di air,” sebutnya.
Ke depan, lanjutnya, ini menjadi tolok ukur Pemprov Sumut untuk lebih baik lagi. Akan lebih banyak lagi kegiatannya dan persiapannya dan lebih matang. “Banyak yang datang, bukan hanya warga di sekitar kita, dari luar kota juga bisa datang,” harapnya.
Soal pengunjung atau penonton yang sepi setiap kegiatan, Ria menampiknya. “Kalau penonton atau pengunjung, inikan karena hari kerja atau sekolah. Tapi nanti kalau sore bisa masuk pengunjungnya,” bebernya.
Kordinator Pelaksana Solu Bolon, Terbit Tarigan menambahkan Solu Bolon ini merupakan tradisi yang sudah dilakukan nenek moyang yang digunakan untuk mencari ikan.
“Nah saat ini ada permainan di Festival Danau Toba (FDT), makanya kita buat yang di air. Tahun depan akan ada lomba lainnya lagi seperti cari koin dalam air untuk anak-anak, karena tujuan kita kan salah satunya menarik wisatawan khususnya mancanegara yang ditargetkan pusat 1 juta namun pak Gubernur bilang jangan muluk-muluk sama bu Kadis, 500 ribu aja sudah bagus,” pungkasnya.(gus)