25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Indonesia-Belanda Kerja Sama Bangun Pariwisata Danau Toba

BERFOTO: Raja dan Ratu Belanda saat di Bukit Singgolom, Kabupaten Toba, Kamis (12/3)
BERFOTO: Raja dan Ratu Belanda saat di Bukit Singgolom, Kabupaten Toba, Kamis (12/3)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Indonesia menggalakkan sejumlah destinasi pariwisa baru agar tak kalah ramai dengan Bali. Di antaranya adalah pariwisata di Danau Toba, Sumatera Utara.

Untuk mempercepat pembangunan wisata di Danau Toba, Indonesia menjalin kerja sama dengan Belanda. Kerja sama itu dilakukan oleh Pusat Keunggulan Belanda dalam bidang Hiburan, Pariwisata, dan Perhotelan (CELT) dengan Institut Teknologi DEL Sumatera Utara.

Bentuk kerja samanya adalah pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan dan tangguh melalui konsep Living Lab. Fase awal Living Lab akan dikerjakan dalam tiga tahun ke depan. Program ini mendapat dukungan dari Pemprov Sumatera Utara, Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, Konsulat Belanda di Medan, Nuffic Neso Indonesia, IT DEL, CELTH dan mitranya lembaga universitas, serta Wise Steps Foundation.

Perwakilan Nuffic Neso Indonesia Inty Dienasari mengatakan, program Living Lab itu sejalan dengan rencana pemerintah Indonesia untuk menciptakan destinasi wisata baru.

Konsep Living Lab menggabungkan kekuatan dari lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian dari kedua negara untuk bekerja sama dengan komunitas lokal, pengusaha dan pemerintah.

Guna mendukung pengembangan Danau Toba, Living Lab memiliki fokus jangka panjang dengan pembelajaran yang berorientasi pada tindakan. “Kemudian juga berdasarkan eksperimen yang diambil dari kehidupan nyata,” katanya di Jakarta, Jumat (13/3).

Sebagai kick-off dari Living Lab, pekan ini diselenggarakan workshop di Tuktuk, Danau Toba yang difasilitasi oleh CELTH. CELTH merupakan kerja sama antara tiga kampus ilmu terapan di Belanda. Yaitu Universitas Ilmu Terapan Breda, Universitas Ilmu Terapan NHL Stenden, dan Universitas Ilmu Terapan HZ.

“Ketiga universitas tersebut bergabung untuk melakukan penelitian kolaboratif dengan universitas riset di Belanda,” katanya. Adapun tiga universitas itu adalah Universitas Wageningen, Universitas Groningen, dan Universitas Tilburg.

Dalam workshop itu, pemangku kepentingan dari kelompok masyarakat, komunitas maupun individu serta pemerintah daerah membahas skenario masa depan untuk Danau Toba sebagai tujuan wisata berkelanjutan. Selain itu, kebutuhan lokal mengenai pengembangan pengetahuan dan keterampilan diidentifikasi. Selanjutnya akan berfungsi sebagai masukan untuk agenda Living Lab di tahun-tahun mendatang.

2021, Bus Air Beroperasi di Danau Toba

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah membangun bus air pariwisata dan akan beroperasi di perairan Danau Toba pada 2021 mendatang. Bus air ini akan menjadi salah satu fasilitas wisata air untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke danau terbesar di Asia Tenggara itu.

“Rencana Kemenhub, pengadaan kapal akan selesai tahun 2020 ini. Dan bisa beroperasi tahun depan,” ungkap Direktur Utama (Dirut) Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba (BOPDT), Arie Prasetyo kepada wartawan, Jumat (13/3).

Arie menjelaskan, nantinya akan beroperasi bus air pariwisata di Danau Toba sebanyak 2 unit. Dengan kapasitas penumpang mencapai 150 penumpang. Kemudian, kapal yang mewah ini akan menjadi contoh pelayaran yang baik dan sesuai operasional prosedur. “Ada dua unit yang dibuat pemerintah sementara ini. Kita sedang mencari investor yang mau berinvestasi,” ungkap Arie.

Dengan pengembangan fasilitas air di Danau Toba , kata Arie, akan memberikan daya tarik khusus bagi wisatawan yang datang ke sana. Apalagi, pariwisata Danau Toba identik dengan air. “Bus air ini adalah prototype dari Kemenhub yang harapannya kalau ini berhasil bisa diikuti pihak swasta dengan membuat kapal yang sama, supaya membantu kepariwisataan di Danau Toba,” jelas Arie.

Dia juga mengungkapkan, kunjungan Raja dan Ratu Belanda pada Kamis (12/3) kemarin, memberikan dampak positif berupa promosi industri pariwisata di Danau Toba. “Untuk memperlihatkan destinasi super prioritas. Momen ini akan kita manfaatkam untuk mempromosikan Danau Toba yang memiliki potensi besar,” katanya.

Arie berharap, ratusan investor yang diboyong Raja dan Ratu dari Negeri Kincir Angin itu dapat melirik Danau Toba sebagai lokasi investasi pengembangan usaha di bidang pariwisata internasional. “Di Jakarta sudah berdiskusi degan 100 pengusaha dari Belanda. Untuk berdiskusi dengan beberapa Kementerian untuk investasi,” pungkasnya.(jpg/gus)

BERFOTO: Raja dan Ratu Belanda saat di Bukit Singgolom, Kabupaten Toba, Kamis (12/3)
BERFOTO: Raja dan Ratu Belanda saat di Bukit Singgolom, Kabupaten Toba, Kamis (12/3)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Indonesia menggalakkan sejumlah destinasi pariwisa baru agar tak kalah ramai dengan Bali. Di antaranya adalah pariwisata di Danau Toba, Sumatera Utara.

Untuk mempercepat pembangunan wisata di Danau Toba, Indonesia menjalin kerja sama dengan Belanda. Kerja sama itu dilakukan oleh Pusat Keunggulan Belanda dalam bidang Hiburan, Pariwisata, dan Perhotelan (CELT) dengan Institut Teknologi DEL Sumatera Utara.

Bentuk kerja samanya adalah pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan dan tangguh melalui konsep Living Lab. Fase awal Living Lab akan dikerjakan dalam tiga tahun ke depan. Program ini mendapat dukungan dari Pemprov Sumatera Utara, Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, Konsulat Belanda di Medan, Nuffic Neso Indonesia, IT DEL, CELTH dan mitranya lembaga universitas, serta Wise Steps Foundation.

Perwakilan Nuffic Neso Indonesia Inty Dienasari mengatakan, program Living Lab itu sejalan dengan rencana pemerintah Indonesia untuk menciptakan destinasi wisata baru.

Konsep Living Lab menggabungkan kekuatan dari lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian dari kedua negara untuk bekerja sama dengan komunitas lokal, pengusaha dan pemerintah.

Guna mendukung pengembangan Danau Toba, Living Lab memiliki fokus jangka panjang dengan pembelajaran yang berorientasi pada tindakan. “Kemudian juga berdasarkan eksperimen yang diambil dari kehidupan nyata,” katanya di Jakarta, Jumat (13/3).

Sebagai kick-off dari Living Lab, pekan ini diselenggarakan workshop di Tuktuk, Danau Toba yang difasilitasi oleh CELTH. CELTH merupakan kerja sama antara tiga kampus ilmu terapan di Belanda. Yaitu Universitas Ilmu Terapan Breda, Universitas Ilmu Terapan NHL Stenden, dan Universitas Ilmu Terapan HZ.

“Ketiga universitas tersebut bergabung untuk melakukan penelitian kolaboratif dengan universitas riset di Belanda,” katanya. Adapun tiga universitas itu adalah Universitas Wageningen, Universitas Groningen, dan Universitas Tilburg.

Dalam workshop itu, pemangku kepentingan dari kelompok masyarakat, komunitas maupun individu serta pemerintah daerah membahas skenario masa depan untuk Danau Toba sebagai tujuan wisata berkelanjutan. Selain itu, kebutuhan lokal mengenai pengembangan pengetahuan dan keterampilan diidentifikasi. Selanjutnya akan berfungsi sebagai masukan untuk agenda Living Lab di tahun-tahun mendatang.

2021, Bus Air Beroperasi di Danau Toba

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah membangun bus air pariwisata dan akan beroperasi di perairan Danau Toba pada 2021 mendatang. Bus air ini akan menjadi salah satu fasilitas wisata air untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke danau terbesar di Asia Tenggara itu.

“Rencana Kemenhub, pengadaan kapal akan selesai tahun 2020 ini. Dan bisa beroperasi tahun depan,” ungkap Direktur Utama (Dirut) Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba (BOPDT), Arie Prasetyo kepada wartawan, Jumat (13/3).

Arie menjelaskan, nantinya akan beroperasi bus air pariwisata di Danau Toba sebanyak 2 unit. Dengan kapasitas penumpang mencapai 150 penumpang. Kemudian, kapal yang mewah ini akan menjadi contoh pelayaran yang baik dan sesuai operasional prosedur. “Ada dua unit yang dibuat pemerintah sementara ini. Kita sedang mencari investor yang mau berinvestasi,” ungkap Arie.

Dengan pengembangan fasilitas air di Danau Toba , kata Arie, akan memberikan daya tarik khusus bagi wisatawan yang datang ke sana. Apalagi, pariwisata Danau Toba identik dengan air. “Bus air ini adalah prototype dari Kemenhub yang harapannya kalau ini berhasil bisa diikuti pihak swasta dengan membuat kapal yang sama, supaya membantu kepariwisataan di Danau Toba,” jelas Arie.

Dia juga mengungkapkan, kunjungan Raja dan Ratu Belanda pada Kamis (12/3) kemarin, memberikan dampak positif berupa promosi industri pariwisata di Danau Toba. “Untuk memperlihatkan destinasi super prioritas. Momen ini akan kita manfaatkam untuk mempromosikan Danau Toba yang memiliki potensi besar,” katanya.

Arie berharap, ratusan investor yang diboyong Raja dan Ratu dari Negeri Kincir Angin itu dapat melirik Danau Toba sebagai lokasi investasi pengembangan usaha di bidang pariwisata internasional. “Di Jakarta sudah berdiskusi degan 100 pengusaha dari Belanda. Untuk berdiskusi dengan beberapa Kementerian untuk investasi,” pungkasnya.(jpg/gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/