YANGON atau Rangoon. Sebutan yang berbeda menandakan masa yang berbeda pula antara kedua nama tersebut. Rangoon sebutan bagi ibukota Myanmar pada zaman kolonial Inggris, sedangkan Yangon pada era kemerdekaannya. Namun, baik Yangon atau Rangoon tetap sama, kota dengan untaian bangunan tua dan bersejarah.
KEMIL AU sinar mentari pagi menambah kemilau deretan bangunan tua yang berada di daerah Strand Road, Downtown, Yangon. Menyandang kata tua, tidak berarti bangunannya kusam dan tidak terawat. Deretan bangunan tua di pinggiran Sungai Yangon itu menyajikan pengalaman tersendiri bagi penikmatnya.
Strand Road sendiri merupakan jalanan utama di kawasan Downtown, Yangon. Jalan ini menjadi semacam batas antara barat dan timur, yang membujur berdampingan dengan Sungai Yangon. Di daerah ini, terdapat berbagai macam bangunann tua, mulai dari gedung pemerintah, termasuk salah satunya bangunan Ministry of Trade, pengadilan, dan kedutaan Inggris.
Perombakan kawasan ini terjadi dua tahun silam, ketika Asia World bekerjasama dengan pihak Yangon City Development Committee. Yang paling mencolok adalah pembangunan dobel trek kereta api sepanjang 9 km dari Botahtaung Township ke Kyeemyindaing Townships. Konon, ada 182 bangunan, termasuk apartemen, kantor pemerintahan, dan perdagangan yang digusur.
Rata-rata, bangunan-bangunan tersebut berdiri sejak awal era 1900-an. Selain bangunan milik pemerintah, ada juga hotel yang menggunakan bangunan tua, Salah satu yang paling terkenal adalah The Strand Hotel. Bangunan hotel berbintang lima ini konon sudah dibangun sejak tahun 1901. Sebagai pelengkap sensasi menikmati bangunan tua itu, pengunjung bisa menapaki trotoar yang ada di Strand Road. Kesan bersih dan tertata membuat pengunjung yang berjalan serasa bukan ada di tengah kota. Berjalan menyusuri kawasan kota tua lainnya di sekitaran Downtown pun tak akan melelahkan.
Terawatnya bangunan di sekitar Strand Road menjadi alasan kenapa kawasan pusat kota Yangon ini tetap terjaga. The Strand Hotel misalnya. Sekalipun dari bentuk hotelnya nyaris tidak berubah dari zaman ke zaman, bangunan hotel ini sebenarnya banyak mengalami perbaikan. Perbaikan yang paling besar terjadi tahun 1993.
Menurut Sales Executive The Strand Hotel, Pyae Phyo Han, pihaknya sengaja tetap membiarkan bentuk bangunan hotel tetap seperti pada era kolonial silam. “Itulah yang membuat banyak tamu kami hampir 70 persen berasal dari negara-negara Eropa, karena mereka merasa homey berada di sini, berada di tempat yang mirip dengan negara mereka,” ujar wanita berwajah manis itu.
Pun demikian dengan bangunan kedutaan besar Inggris dan Australia yang menyatu dengan bangunan Yangon Post Office. Zaw Htet Aung, salah satu petugas pengaman di kedutaan Inggris mengatakan, sejak dirinya bekerja di situ sepuluh tahun silam, nyaris tidak ada perubahan yang signifikan. “Mungkin hanya di pengamanannya saja yang diubah, lainnya tidak,” sebutnya.
Strand Road sebenarnya hanya satu bagian dari kawasan Downtown yang bernuansakan kota tua. Bergeser sedikit, masih banyak bangunan tua yang terhampar di kawasan dengan penduduknya bertotal 10 juta jiwa (tahun 2012) itu. Bangunan di sekitaran Mahabandoola Park juga banyak yang bersejarah. Mirip dengan Tugu Pahlawan di Surabaya, di sini juga ada tugu yang dinamai The Independence Monument. Di sekitarnya, dikelilingi bangunan tua mulai dari Yangon City Hall, Yangon High Court, dan beberapa perkantoran lainnya.
Hanya memang, rata-rata bangunan tua yang berbau kawasan pemerintahan atau perdagangan di jaman kolonial lebih banyak di Downtown. Sedangkan di daerah lain, masih banyak bangunan tua yang merupakan milik perorangan. Bangunan-bangunan itu tetap kokoh di tengah upaya modernisasi yang digalakkan pemerintah Myanmar. Tertarik mengunjungi kota tua Yangon ini” Silakan saja datang ke Myanmar. (ren/dra/jpnn)