30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bupati Gunung Mas Digelandang Hanya Pakai Celana Pendek

DITANGKAPNYA Bupati Gunung Mas Hambit Bintih oleh KPK dengan dugaan terlibat kasus penyuapan terhadap Ketua MK Akil Mukhtar mengagetkan banyak kalangan, tak terkecuali Wakil Bupati Arthon S Dohon.

Pasalnya, orang nomor dua di kabupaten ini, ternyata juga menginap di Hotel Redtop Jakarta. Lantas bagaimana kesaksiannya? Berikut penuturan Arthon S Dohong saat diwawancarai wartawan di lapangan udara Gunung Mas, Kamis (3/10).

Keberadaan Arthon S Dohong di Jakarta sejak Minggu (29/10) lalu. Bersama beberapa pejabat dan staf di Pemkab Gunung Mas, rencananya mereka hendak menyaksikan jalannya persidangan sengketa Pemilukada di Mahkamah Konstitusi (MK).

“Sebenarnya Pak Hambit hendak menghadiri persidangan yang rencananya digelar hari ini (Kamis,Red). Setelah beliau di sini saya kembali ke Gunung Mas. Jadi kami berdua  gantian,” ujar Arthon S Dohong yang mendampingi Gubernur Teras Narang SH melakukan kunjungan mendadak ke Gunung Mas.

Dikatakan Arthon, beberapa saat sebelum ditangkap, Hambit Bintih baru saja tiba di Jakarta. Dari Palangka Raya, Hambit menumpang penerbangan pada sore hari sekitar pukul 17.00.

Kedatangan Hambit di Jakarta ini dijemput oleh Dani Halim (DH). Pengusaha ini sendiri yang menyopiri hingga ke hotel. “Saya sempat mengobrol sebentar dengan Pak Hambit. Setelah mau mandi barulah  saya masuk ke dalam kamar dan meninggalkannya bersama DH,”ujar Arthon.

Di hotel yang beralamat di kawasan Pecenongan Jakarta ini, posisi kamar Hambit Bintih dan Arthon S Dohong terbilang berdekatan. Arthon mengaku sempat menengkok dari balik pintu saat ada beberapa orang yang mengetok kamar Habit Bintih.

“Beberapa orang itu kira-kira berjumlah tiga orang. Yang saya dengar mereka sempat menanyakan apakah benar Bapak Hambit Bintih,”ungkap Arthon.

Lantaran tak berpikiran macam-macam terhadap tamu yang datang, Arthon pun melanjutkan niatnya untuk mandi.

Usai mandi sebenarnya Arthon sempat berupaya menemui Hambit di dalam kamarnya. Tetapi saat itu kamarnya sudah tertutup rapat. “Setelah ditanyakan ke recepcionist barulah saya curiga kalau yang datang tadi adalah tim KPK. Karena waktu itu informasi dari recepcionist, keduanya dibawa ke Kuningan,”ujar Arthon seraya menyebut saat dibawa tim dari KPK Hambit Bintih masih mengenakan celana pendek dan baju kaos.

Lebih lanjut Arthon mengatakan, dalam kasus suap Hakim MK Akil Mukhtar ini Bupati Gunung Mas Hambit Bintih, sama-sekali tidak tertangkap tangan. Penangkapan ini semata-mata pengembangan dari tertangkap tangannya Chairun Nisa di rumah jabatan Ketua MK itu.

“Terus terang sepengetahuan saya sama-sekali tidak pernah ada pembicaraan tentang itu (suap-menyuap, red),”ujar Arthon yang pada Pemilukada Gumas 2013 ini diusung oleh PDI Perjuangan berpasangan dengan Hambit Bintih.

Sementara itu, masyarakat Kalteng mendukung penuh operasi tangkap tangkap (OTT) yang dilakukan oleh tim KPK terhadap dua pejabat asal Kalteng Bupati Gunung Mas Hambit Bintih dan anggota DPR RI asal Kalteng Chairun Nisa.

“Kita mengapresiasi penuh apa yang dilakukan oleh KPK. Kejadian ini hendaknya dapat menjadi pembelajaran bagi seluruh pejabat dan penegak hukum di Kalteng agar tidak main-main dengan permasalahan korupsi,”ujar Sugi Santoso SH MH salah seorang advokat asal Kalteng kepada Kalteng Pos, Kamis (3/10) malam.

Menurut dia, dampak dari praktik-praktik korupsi yang dilakukan oleh para pejabat itu telah menyengsarakan masyarakat. “Saya sangat mendukung apabila para pejabat yang melakukan korupsi itu divonis berat agar mereka jera, jangan justru divonis ringan seperti banyak kasus-kasus korupsi di Kalteng ini,”ujar Sugi Santoso.

Ditambahkan dia, penangkapan terhadap Chairun Nisa itu membuktikan bahwa selama ini Politisi Partai Golkar tersebut  sama-sekali tidak pernah benar-benar memperjuangkan nasib Kalteng.

“Kecurigaan saya terhadap sepak terjangnya yang terkesan santun dan anggun ternyata benar. Apa sih yang telah benar-benar-benar diperjuangakannya selama 10 tahun ini untuk kepentingan masyarakat Kalteng, yang ada justru kepentingannya sendiri diperjuangkan,”ujar Sugi Santoso. (DIDIN RAKHMADIN, Gunung Mas
———–diperkaya oleh Maturidi/*)

DITANGKAPNYA Bupati Gunung Mas Hambit Bintih oleh KPK dengan dugaan terlibat kasus penyuapan terhadap Ketua MK Akil Mukhtar mengagetkan banyak kalangan, tak terkecuali Wakil Bupati Arthon S Dohon.

Pasalnya, orang nomor dua di kabupaten ini, ternyata juga menginap di Hotel Redtop Jakarta. Lantas bagaimana kesaksiannya? Berikut penuturan Arthon S Dohong saat diwawancarai wartawan di lapangan udara Gunung Mas, Kamis (3/10).

Keberadaan Arthon S Dohong di Jakarta sejak Minggu (29/10) lalu. Bersama beberapa pejabat dan staf di Pemkab Gunung Mas, rencananya mereka hendak menyaksikan jalannya persidangan sengketa Pemilukada di Mahkamah Konstitusi (MK).

“Sebenarnya Pak Hambit hendak menghadiri persidangan yang rencananya digelar hari ini (Kamis,Red). Setelah beliau di sini saya kembali ke Gunung Mas. Jadi kami berdua  gantian,” ujar Arthon S Dohong yang mendampingi Gubernur Teras Narang SH melakukan kunjungan mendadak ke Gunung Mas.

Dikatakan Arthon, beberapa saat sebelum ditangkap, Hambit Bintih baru saja tiba di Jakarta. Dari Palangka Raya, Hambit menumpang penerbangan pada sore hari sekitar pukul 17.00.

Kedatangan Hambit di Jakarta ini dijemput oleh Dani Halim (DH). Pengusaha ini sendiri yang menyopiri hingga ke hotel. “Saya sempat mengobrol sebentar dengan Pak Hambit. Setelah mau mandi barulah  saya masuk ke dalam kamar dan meninggalkannya bersama DH,”ujar Arthon.

Di hotel yang beralamat di kawasan Pecenongan Jakarta ini, posisi kamar Hambit Bintih dan Arthon S Dohong terbilang berdekatan. Arthon mengaku sempat menengkok dari balik pintu saat ada beberapa orang yang mengetok kamar Habit Bintih.

“Beberapa orang itu kira-kira berjumlah tiga orang. Yang saya dengar mereka sempat menanyakan apakah benar Bapak Hambit Bintih,”ungkap Arthon.

Lantaran tak berpikiran macam-macam terhadap tamu yang datang, Arthon pun melanjutkan niatnya untuk mandi.

Usai mandi sebenarnya Arthon sempat berupaya menemui Hambit di dalam kamarnya. Tetapi saat itu kamarnya sudah tertutup rapat. “Setelah ditanyakan ke recepcionist barulah saya curiga kalau yang datang tadi adalah tim KPK. Karena waktu itu informasi dari recepcionist, keduanya dibawa ke Kuningan,”ujar Arthon seraya menyebut saat dibawa tim dari KPK Hambit Bintih masih mengenakan celana pendek dan baju kaos.

Lebih lanjut Arthon mengatakan, dalam kasus suap Hakim MK Akil Mukhtar ini Bupati Gunung Mas Hambit Bintih, sama-sekali tidak tertangkap tangan. Penangkapan ini semata-mata pengembangan dari tertangkap tangannya Chairun Nisa di rumah jabatan Ketua MK itu.

“Terus terang sepengetahuan saya sama-sekali tidak pernah ada pembicaraan tentang itu (suap-menyuap, red),”ujar Arthon yang pada Pemilukada Gumas 2013 ini diusung oleh PDI Perjuangan berpasangan dengan Hambit Bintih.

Sementara itu, masyarakat Kalteng mendukung penuh operasi tangkap tangkap (OTT) yang dilakukan oleh tim KPK terhadap dua pejabat asal Kalteng Bupati Gunung Mas Hambit Bintih dan anggota DPR RI asal Kalteng Chairun Nisa.

“Kita mengapresiasi penuh apa yang dilakukan oleh KPK. Kejadian ini hendaknya dapat menjadi pembelajaran bagi seluruh pejabat dan penegak hukum di Kalteng agar tidak main-main dengan permasalahan korupsi,”ujar Sugi Santoso SH MH salah seorang advokat asal Kalteng kepada Kalteng Pos, Kamis (3/10) malam.

Menurut dia, dampak dari praktik-praktik korupsi yang dilakukan oleh para pejabat itu telah menyengsarakan masyarakat. “Saya sangat mendukung apabila para pejabat yang melakukan korupsi itu divonis berat agar mereka jera, jangan justru divonis ringan seperti banyak kasus-kasus korupsi di Kalteng ini,”ujar Sugi Santoso.

Ditambahkan dia, penangkapan terhadap Chairun Nisa itu membuktikan bahwa selama ini Politisi Partai Golkar tersebut  sama-sekali tidak pernah benar-benar memperjuangkan nasib Kalteng.

“Kecurigaan saya terhadap sepak terjangnya yang terkesan santun dan anggun ternyata benar. Apa sih yang telah benar-benar-benar diperjuangakannya selama 10 tahun ini untuk kepentingan masyarakat Kalteng, yang ada justru kepentingannya sendiri diperjuangkan,”ujar Sugi Santoso. (DIDIN RAKHMADIN, Gunung Mas
———–diperkaya oleh Maturidi/*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/