26 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Kami Pikir Camara Fode Berikan Gaji…

KOMISI disiplin (komdis) PSSI menghukum tegas dua tim peserta play off, Bontang FC  dan PSLS Lhokseumawe dengan sanksi berat. Pasalnya, kedua tim ini bersalah melakukan pengaturan skor (match fixing)  di babak play off IPL. Kiper Bontang FC, Bayu Anggara menjadi satu-satunya anggota tim yang terkena sanksi.

Bayu Anggara
Bayu Anggara

Berikut petikan wawancara Sumut Pos, M Sahbainy Nasution dengan Bayu  Anggara melalui telepon seluler

Bagaimana awalnya ceritanya sampai anda dipanggil  oleh Komdis ?

Awalnya saya dipanggil pak Hinca (Ketua Komdis PSSI, Red), terus ditanya tentang masalah uang itu karena terkait kasus pengaturan skor. Komdis bilang sudah ada bukti yang didapat PSSI. Terus saya tidak tahu tentang masalah itu (match fixing). Terpenting bagi saya mengikuti manajemen saja untuk mengikuti play off di Jepara, apalagi kami di janjikan akan diberi gaji.

Siapa saja yang dipanggil oleh Komdis ?

Komdis memanggil pelatih, pelatih kiper,Ridwasyah (kapten) Usman, Sudirman, Arbadin, Tirta Bayu dan saya. Tapi, Sudirman tak datang karena rumahnya jauh dari kota, sedangkan Usman saat itu anaknya sedang sakit. Jadinya tinggal kami berempat dengan pihak manajemen.

Apa saja yang ditanyakan Komdis ?

Saat itu, pak Hinca menanyakan kenapa tidak main melawan Lhokseumawe dan mainnya seperti ini? Ya saya jawab tidak tahu. Itu keputusan dari pelatih. Kalau pemain siap saja untuk diturunkan kapan saja. Selain itu saya banyak ditanya saat melawan Pro Duta (kalah 0-6,Red) karena saya yang main. Saya jawab apa adanya saja saat turnamen itu.

Selain menanyakan tentang berlaga di play off IPL kemarin, apakah juga ada terkait gaji ?

Memang sebelum kami bertolak ke Persijap Jepara kami sudah di janjikan akan diberikan gaji. Terus sampai di sana Camara Fode (Manajer Bontang, Red) memberikan setengah gaji saya berserta teman-teman untuk satu bulan. Ya sebagai pemain menerima sajalah.

Berapa anda dibayar oleh Camara Fode ?

Kalau itu saya tak bisa memberitahu. yang pasti dia (Camara,red) memberikan uang itu dari manajemen karena sudah janji mereka.Ya saya tidak tau, karena kami menganggap itu gaji kami pastinya itukan hak kami sebagai pemain. Apalagi saya menganggap ini hak saya karena sudah lima bulan tak diberikan gaji oleh pihak manajemen.

Adanya pengaturan skor yang dilakukan oleh Bontang FC, apakah anda sudah mencium itu ?

Ya kalau itu saya tidak tahu, terpenting kami saat mau ke Jepara sudah dijanjikan akan diberikan gaji. Memang sebelum play off IPL itu bergulir, di Bontang sudah kacau sekali, karena makan kami pun terancam sampai beli sendiri dan katringan sudah tak ada lagi. Selain itu, tempat latihan kami dipakai pemerintah setempat untuk mengadakan acara turnamen.

Belum keluarnya sanksi pengaturan  skor, apa tanggapan anda ?

Ya itu lah bang, memang saya tak merasa melakukan itu karena saya menganggap uang itu adalah hak saya yang diberikan oleh Camara itu. Tapi, saat saya memberikan keterangan kepada media saya di anggap pengkhianat karena saya mengungkapkan itu. Terus saya bingung apa yang saya kenapa seperti ini, padahal yang saya bilang itu apa adanya dan tak tau menahu.

Apa ancaman yang anda rasakan pasca membeberkan kepada komdis maupun media ?

Setelah saya memberikan keterangan itu kepada pak Hinca maupun media (Jawa Pos) saya langsung di telepon oleh private number (nomor rahasia,red). Saat di telepon itu saya diancam sampai  mau dibunuh jika ketemu dengannya. Selain itu, saya juga dibenci mereka (Bontang FC) karena sudah memberikan informasi kepada media dan dianggap membongkar masalah ini. Padahal aku menceritakan ini apa adanya saja tidak ada.

Setelah banyak ancaman yang diterima, apa sikap anda ?

Ya aku takutlah, jangan kan keluar rumah. Untuk mengangkat telepon saja saya tak mau. Untung saja saat abang telepon saya angkat, biasanya saya gak tau nomornya tidak saya angkat. Karena saya merasa terkena imbasnya, padahal saat ditanya oleh komdis saya bicara apa adanya. Lalu, sudah memberikan keterangan kepada komdis saya sempat pulang ke Medan untuk mengikuti turnamen Mantan PSMS Medan kemarin.

Setelah kasus ini, apa kegiatan anda ?

Ya saya latihan sendiri saja untuk kebugaran. Selain itu kata PSSI kemungkinan saya akan dipanggil lagi. Tapi, yang saya sesalkan dengan adanya kasus ini tim yang mau mengontrak saya tapi batal. Saat ini saya berziarah ke makam ayah saya di Palembang, Sumsel. Soalnya tidak ada lagi kegiatan sepak bola untuk saat ini, jadinya saya kangen dengan makam ayah saya dan sekalian tinggal di rumah abang.

Apa harapan anda terkait kasus ini ?

Maunya saya tak di teror lagi karena saya memberikan keterangan apa adanya. Lagian pun saya tak tentang kasus tersebut. Saya harap cepat selesai dan tidak ada sanksi untuk sayakarena kami hidup dari sepak bola. (*)

KOMISI disiplin (komdis) PSSI menghukum tegas dua tim peserta play off, Bontang FC  dan PSLS Lhokseumawe dengan sanksi berat. Pasalnya, kedua tim ini bersalah melakukan pengaturan skor (match fixing)  di babak play off IPL. Kiper Bontang FC, Bayu Anggara menjadi satu-satunya anggota tim yang terkena sanksi.

Bayu Anggara
Bayu Anggara

Berikut petikan wawancara Sumut Pos, M Sahbainy Nasution dengan Bayu  Anggara melalui telepon seluler

Bagaimana awalnya ceritanya sampai anda dipanggil  oleh Komdis ?

Awalnya saya dipanggil pak Hinca (Ketua Komdis PSSI, Red), terus ditanya tentang masalah uang itu karena terkait kasus pengaturan skor. Komdis bilang sudah ada bukti yang didapat PSSI. Terus saya tidak tahu tentang masalah itu (match fixing). Terpenting bagi saya mengikuti manajemen saja untuk mengikuti play off di Jepara, apalagi kami di janjikan akan diberi gaji.

Siapa saja yang dipanggil oleh Komdis ?

Komdis memanggil pelatih, pelatih kiper,Ridwasyah (kapten) Usman, Sudirman, Arbadin, Tirta Bayu dan saya. Tapi, Sudirman tak datang karena rumahnya jauh dari kota, sedangkan Usman saat itu anaknya sedang sakit. Jadinya tinggal kami berempat dengan pihak manajemen.

Apa saja yang ditanyakan Komdis ?

Saat itu, pak Hinca menanyakan kenapa tidak main melawan Lhokseumawe dan mainnya seperti ini? Ya saya jawab tidak tahu. Itu keputusan dari pelatih. Kalau pemain siap saja untuk diturunkan kapan saja. Selain itu saya banyak ditanya saat melawan Pro Duta (kalah 0-6,Red) karena saya yang main. Saya jawab apa adanya saja saat turnamen itu.

Selain menanyakan tentang berlaga di play off IPL kemarin, apakah juga ada terkait gaji ?

Memang sebelum kami bertolak ke Persijap Jepara kami sudah di janjikan akan diberikan gaji. Terus sampai di sana Camara Fode (Manajer Bontang, Red) memberikan setengah gaji saya berserta teman-teman untuk satu bulan. Ya sebagai pemain menerima sajalah.

Berapa anda dibayar oleh Camara Fode ?

Kalau itu saya tak bisa memberitahu. yang pasti dia (Camara,red) memberikan uang itu dari manajemen karena sudah janji mereka.Ya saya tidak tau, karena kami menganggap itu gaji kami pastinya itukan hak kami sebagai pemain. Apalagi saya menganggap ini hak saya karena sudah lima bulan tak diberikan gaji oleh pihak manajemen.

Adanya pengaturan skor yang dilakukan oleh Bontang FC, apakah anda sudah mencium itu ?

Ya kalau itu saya tidak tahu, terpenting kami saat mau ke Jepara sudah dijanjikan akan diberikan gaji. Memang sebelum play off IPL itu bergulir, di Bontang sudah kacau sekali, karena makan kami pun terancam sampai beli sendiri dan katringan sudah tak ada lagi. Selain itu, tempat latihan kami dipakai pemerintah setempat untuk mengadakan acara turnamen.

Belum keluarnya sanksi pengaturan  skor, apa tanggapan anda ?

Ya itu lah bang, memang saya tak merasa melakukan itu karena saya menganggap uang itu adalah hak saya yang diberikan oleh Camara itu. Tapi, saat saya memberikan keterangan kepada media saya di anggap pengkhianat karena saya mengungkapkan itu. Terus saya bingung apa yang saya kenapa seperti ini, padahal yang saya bilang itu apa adanya dan tak tau menahu.

Apa ancaman yang anda rasakan pasca membeberkan kepada komdis maupun media ?

Setelah saya memberikan keterangan itu kepada pak Hinca maupun media (Jawa Pos) saya langsung di telepon oleh private number (nomor rahasia,red). Saat di telepon itu saya diancam sampai  mau dibunuh jika ketemu dengannya. Selain itu, saya juga dibenci mereka (Bontang FC) karena sudah memberikan informasi kepada media dan dianggap membongkar masalah ini. Padahal aku menceritakan ini apa adanya saja tidak ada.

Setelah banyak ancaman yang diterima, apa sikap anda ?

Ya aku takutlah, jangan kan keluar rumah. Untuk mengangkat telepon saja saya tak mau. Untung saja saat abang telepon saya angkat, biasanya saya gak tau nomornya tidak saya angkat. Karena saya merasa terkena imbasnya, padahal saat ditanya oleh komdis saya bicara apa adanya. Lalu, sudah memberikan keterangan kepada komdis saya sempat pulang ke Medan untuk mengikuti turnamen Mantan PSMS Medan kemarin.

Setelah kasus ini, apa kegiatan anda ?

Ya saya latihan sendiri saja untuk kebugaran. Selain itu kata PSSI kemungkinan saya akan dipanggil lagi. Tapi, yang saya sesalkan dengan adanya kasus ini tim yang mau mengontrak saya tapi batal. Saat ini saya berziarah ke makam ayah saya di Palembang, Sumsel. Soalnya tidak ada lagi kegiatan sepak bola untuk saat ini, jadinya saya kangen dengan makam ayah saya dan sekalian tinggal di rumah abang.

Apa harapan anda terkait kasus ini ?

Maunya saya tak di teror lagi karena saya memberikan keterangan apa adanya. Lagian pun saya tak tentang kasus tersebut. Saya harap cepat selesai dan tidak ada sanksi untuk sayakarena kami hidup dari sepak bola. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/