25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Gas Sumur Benggala Langkat Jadi ‘Rebutan’

sumutpos/fandi Sumur migas Benggala (BGL)-01 di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kebupaten Langkat.
sumutpos/fandi
Sumur migas Benggala (BGL)-01 di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Indonesia.

 

MEDAN-Pendistribusian gas dari Sumur Benggala di Kabupaten Langkat, hingga kini belum bisa teralisasi karena adanya penyumbatan di dalam pipa sumur. Meski belum bisa didistribusikan, namun gas dari Sumur Benggala ini menjadi ‘rebutan’karena rencananya gas tersebut akan dipasok ke PLN dan industri.

Kemarin, Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan, pasokan gas 4 juta kaki kubik per hari (Mmscfd) dari Sumur Benggala akan dibagi sama rata kepada PLN dan Industri. Menurutnya, baik PLN maupun industri sangat mendesak membutuhkan pasokan gas. “Saya sudah terima suratnya, saya baca, yang meneken Menteri ESDM Jero Wacik. Untuk PLN 2 MMscfd dan PGN 2 MMscfd. Nanti gas dari PGN disalurkan untuk industri,” kata Hidayat.

Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan, sejak awal pemerintah memang sudah mengusulkan akan membagi rata pasokan gas dari Sumur Benggala kepada PLN dan Industri. “Sulit bila seluruh pasokan Sumur Benggala diberikan seluruhnya kepada Industri mengingat PLN juga sangat membutuhkan gas untuk pasokan listrik. Berdasarkan pembahasan tim gabungan, itu memang dibagi,” kata Susilo.

Di sisi lain, kalangan industri pengguna gas meminta pemerintah agar memberikan seluruh gas dari Area Sumur Benggala kepada industri di Medan. Sebab, kondisi industri di Medan saat ini mengkhawatirkan, mengingat sudah habisnya sumber gas yang ada di sana.

Ketua Forum Pengguna Industri Gas Bumi (FPIGB) Achmad Safiun mengatakan pasokan gas 4 MMscfd dari Sumur Benggala lebih baik diberikan seluruhnya untuk industri. “Gas 4 MMscfd itu sangat penting untuk industri. Kalau dibagi dua dengan PLN, percuma saja saya pikir. Kebutuhan PLN di Medan itu 200 MMscfd, apalah artinya 2 MMscfd,” kata Safiun.

Sementara itu, kebutuhan gas industri di Medan sekitar 35 MMscfd. Bila pasokan 4 MMscfd diberikan kepada industri, itu bisa dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan. “Saat ini beberapa perusahaan memang sudah tak beroperasi akibat tak adanya gas, khususnya perusahaan yang bergerak di industri keramik, sarung tangan, dan kaca,” bebernya.

Safiun mengatakan, pihaknya sudah mengajukan permintaan kepada Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM serta PLN agar gas dari satu-satunya sumber harapan di Medan tersebut diberikan kepada industri.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut Johan Brien mengatakan, gas Benggala yang sebesar 4,5 million standard cubic feet per day (mmscfd) itu diharapkan seluruhnya untuk industri di Sumut yang semakin kekurangan gas. “Memang saat ini ada industri yang berinovasi dengan menggunakan cangkang sawit sebagai pengganti gas, tetapi tidak sedikit industri berhenti beroperasi akibat kekurangan gas, khususnya industri yang menggunakan gas sebagai bahan baku,” ujar Johan kepada Sumut Pos, Selasa (24/9).

Johan yang juga Ketua Asosiasi Perusahaan Pemakai Gas (Apigas) Sumatera Utara (Sumut) mengatakan, terganggunya kinerja dan produksi perusahaan maupun industri dapat menimbulkan ancaman hengkangnya investor, gagalnya investasi baru hingga tutupnya perusahaan.

Sebelumnya, produksi gas dari Sumur Benggala satu di Sumatera Utara yang dioperasikan PT Pertamina EP mundur akibat kendala teknis. Manajer Humas Pertamina EP Agus Amperianto di Jakarta, mengatakan, pihaknya masih menanggulangi kendala teknis tersebut. “Kendala ini akibat adanya sumbatan material padat pada kedalaman sumur 2.597-2.600 m yang menghalangi fluida hidrokarbon mengalir ke permukaan, sehingga menunda produksi gas,” katanya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Pertamina EP melaksanakan pekerjaan perforation clean up dan reperforasi pada kedalaman lapisan target, agar gas dapat mengalir sesuai laju produksi yang diharapkan.“Dinamika ini bisa terjadi dalam pengelolaan lanjut pasca pekerjaan eksplorasi, dan Pertamina EP memiliki pengalaman dan kemampuan guna mengatasi hal tersebut,” kata Agus Amperianto, Selasa (24/9).

Agus menjelaskan, untuk melakukan pekerjaan reperforasi tersebut, saat ini Pertamina EP sedang menyiapkan konstruksi cellar sumur sebagai tempat kedudukan platform area kerja peralatan rig service yang cukup besar, kapasitas 550 HP yang didatangkan dari Field Rantau, sehingga gas dapat segera mengalir sesuai laju alir yang diharapkan.

Sementara itu, pekerjaan gelar pipa (flow line) size 6 inchi untuk pengaliran gas ke Wampu Station, sudah selesai dan seluruh konstruksi siap digunakan untuk menghidupkan kembali geliat perekonomian Sumatera Utara.“Hal ini tidak terlepas dari dukungan seluruh stakeholders di Kabupaten Langkat yaitu masyarakat, media, dan Pemerintah Kabupaten Langkat, serta DPD RI yang telah mendukung dalam bentuk perijinan kegiatan dan menciptakan suasana yang kondusif untuk mempercepat pekerjaan,” tutup Agus. (mag-9/bbs/jpnn)

sumutpos/fandi Sumur migas Benggala (BGL)-01 di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kebupaten Langkat.
sumutpos/fandi
Sumur migas Benggala (BGL)-01 di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Indonesia.

 

MEDAN-Pendistribusian gas dari Sumur Benggala di Kabupaten Langkat, hingga kini belum bisa teralisasi karena adanya penyumbatan di dalam pipa sumur. Meski belum bisa didistribusikan, namun gas dari Sumur Benggala ini menjadi ‘rebutan’karena rencananya gas tersebut akan dipasok ke PLN dan industri.

Kemarin, Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan, pasokan gas 4 juta kaki kubik per hari (Mmscfd) dari Sumur Benggala akan dibagi sama rata kepada PLN dan Industri. Menurutnya, baik PLN maupun industri sangat mendesak membutuhkan pasokan gas. “Saya sudah terima suratnya, saya baca, yang meneken Menteri ESDM Jero Wacik. Untuk PLN 2 MMscfd dan PGN 2 MMscfd. Nanti gas dari PGN disalurkan untuk industri,” kata Hidayat.

Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan, sejak awal pemerintah memang sudah mengusulkan akan membagi rata pasokan gas dari Sumur Benggala kepada PLN dan Industri. “Sulit bila seluruh pasokan Sumur Benggala diberikan seluruhnya kepada Industri mengingat PLN juga sangat membutuhkan gas untuk pasokan listrik. Berdasarkan pembahasan tim gabungan, itu memang dibagi,” kata Susilo.

Di sisi lain, kalangan industri pengguna gas meminta pemerintah agar memberikan seluruh gas dari Area Sumur Benggala kepada industri di Medan. Sebab, kondisi industri di Medan saat ini mengkhawatirkan, mengingat sudah habisnya sumber gas yang ada di sana.

Ketua Forum Pengguna Industri Gas Bumi (FPIGB) Achmad Safiun mengatakan pasokan gas 4 MMscfd dari Sumur Benggala lebih baik diberikan seluruhnya untuk industri. “Gas 4 MMscfd itu sangat penting untuk industri. Kalau dibagi dua dengan PLN, percuma saja saya pikir. Kebutuhan PLN di Medan itu 200 MMscfd, apalah artinya 2 MMscfd,” kata Safiun.

Sementara itu, kebutuhan gas industri di Medan sekitar 35 MMscfd. Bila pasokan 4 MMscfd diberikan kepada industri, itu bisa dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan. “Saat ini beberapa perusahaan memang sudah tak beroperasi akibat tak adanya gas, khususnya perusahaan yang bergerak di industri keramik, sarung tangan, dan kaca,” bebernya.

Safiun mengatakan, pihaknya sudah mengajukan permintaan kepada Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM serta PLN agar gas dari satu-satunya sumber harapan di Medan tersebut diberikan kepada industri.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut Johan Brien mengatakan, gas Benggala yang sebesar 4,5 million standard cubic feet per day (mmscfd) itu diharapkan seluruhnya untuk industri di Sumut yang semakin kekurangan gas. “Memang saat ini ada industri yang berinovasi dengan menggunakan cangkang sawit sebagai pengganti gas, tetapi tidak sedikit industri berhenti beroperasi akibat kekurangan gas, khususnya industri yang menggunakan gas sebagai bahan baku,” ujar Johan kepada Sumut Pos, Selasa (24/9).

Johan yang juga Ketua Asosiasi Perusahaan Pemakai Gas (Apigas) Sumatera Utara (Sumut) mengatakan, terganggunya kinerja dan produksi perusahaan maupun industri dapat menimbulkan ancaman hengkangnya investor, gagalnya investasi baru hingga tutupnya perusahaan.

Sebelumnya, produksi gas dari Sumur Benggala satu di Sumatera Utara yang dioperasikan PT Pertamina EP mundur akibat kendala teknis. Manajer Humas Pertamina EP Agus Amperianto di Jakarta, mengatakan, pihaknya masih menanggulangi kendala teknis tersebut. “Kendala ini akibat adanya sumbatan material padat pada kedalaman sumur 2.597-2.600 m yang menghalangi fluida hidrokarbon mengalir ke permukaan, sehingga menunda produksi gas,” katanya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Pertamina EP melaksanakan pekerjaan perforation clean up dan reperforasi pada kedalaman lapisan target, agar gas dapat mengalir sesuai laju produksi yang diharapkan.“Dinamika ini bisa terjadi dalam pengelolaan lanjut pasca pekerjaan eksplorasi, dan Pertamina EP memiliki pengalaman dan kemampuan guna mengatasi hal tersebut,” kata Agus Amperianto, Selasa (24/9).

Agus menjelaskan, untuk melakukan pekerjaan reperforasi tersebut, saat ini Pertamina EP sedang menyiapkan konstruksi cellar sumur sebagai tempat kedudukan platform area kerja peralatan rig service yang cukup besar, kapasitas 550 HP yang didatangkan dari Field Rantau, sehingga gas dapat segera mengalir sesuai laju alir yang diharapkan.

Sementara itu, pekerjaan gelar pipa (flow line) size 6 inchi untuk pengaliran gas ke Wampu Station, sudah selesai dan seluruh konstruksi siap digunakan untuk menghidupkan kembali geliat perekonomian Sumatera Utara.“Hal ini tidak terlepas dari dukungan seluruh stakeholders di Kabupaten Langkat yaitu masyarakat, media, dan Pemerintah Kabupaten Langkat, serta DPD RI yang telah mendukung dalam bentuk perijinan kegiatan dan menciptakan suasana yang kondusif untuk mempercepat pekerjaan,” tutup Agus. (mag-9/bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/