MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dengan penuh haru, Icha mengisahkan perjalanannya membawa Alfian alias Vian ke RS Adam Malik. Saat Vian akan meregang nyawa, jelas Icha, masih terucap kata-kata terakhir dari mulut Vian. “Ini Vian Maaa.. Gitu katanya terakhir, terus meninggal dia Bang,” urai Icha.
Panik, Icha menangis. Dia memeriksa hidung, detakan jantung, juga denyut nadi Vian. Sambil menangis dan berteriak, Icha pun memaksa supir taxi tersebut agar mempercepat laju kendaraannya agar cepat sampai di rumah sakit. “Bingung aku Bang, mulai terasa dingin tangannya Bang saat kupegang. Abang bayangkanlah Bang dia mati di pangkuanku, menahan rasa sakitnya itu,” isaknya.
“Aku gak percaya aja bang, ternyata nyawanya sudah tak tertolong lagi. Bingung aku Bang, udah terpencar kawan-kawan. Aku gak pegang hape, akhirnya kutunggu lah mereka, yang beberapa jam kemudian datang ke rumah sakit ini,” terang Icha.
“Aku serba salah kurasa. Niatku nolong si Vian, jadi disudutkan polisi terus aku Bang. Mereka gak percaya kalau aku gak punya hape dan gak begitu kenal dengan si Vian. Karena memang aku gak begitu sering ketemuan dan jalan dengan mereka Bang, itulah alasan yang membuat aku tak begitu kenal dengannya,” terangnya.
“Tahu gini, mending aku gak usah nolongin dia. Gak enak loh bang disudutkan polisi dan dituduh yang enggak-enggak. Dimaki-maki lagi bang, mereka sangka aku sekongkol dengan para pelaku yang memang sama sekali kami tidak kenal Bang,” terang Icha.
Dijelaskan bahwa salah seorang pelaku yang sempat ditandai adalah yang memegang pisau. “Sempat terlihat dari tinggi badannya yang mencapai 165 cm, mengenakan baju kaos warna kuning, dan berambut ikal sebahu, memiliki warna kulit hitam manis. Kami sama sekali gak kenal sama pelaku bang, dan juga gak ingat dengan plat motornya bang. Mereka pergi secepat kilat bang,” terang Putri diamini Icha.
Sebelumnya, Vian terlihat begitu selengekan dan riang seperti kekanak kanakan tak seperti biasanya saat mereka di tengah perjalanan menuju ke Simpang Pemda. “Memang gak biasanya si Vian ini bang. Semalam itu riang kali dia bang saat kami jalan itu. Selengekan dan ngelecehin kami bang, kayak anak-anaklah bang,” terang Putri.
Sementara, Misniati boru Manik (49) selaku ibu Vian, yang telah menyandang status janda selama 5 tahun ini mengaku tidak ada hal yang aneh dari anak semata wayangnya ini. Bahkan ia sempat mengingatkan anaknya agar tidak pulang terlalu larut malam.
“Gak tau kenapa dek, semalam saya ingatkan dia untuk cepat pulang ke rumah. Gak ada tanda-tanda yang janggal dari dia loh dek, semua lancar-lancar aja. Cuma dia ini anak semata wayang saya dek,” terang Misniati sambil meneteskan air mata. Berdasarkan pantauan kru koran ini, tampak suasana rumah duka yang masih berkabung usai memakamkan jenazah Vian di TPU di Jalan Jamin Ginting, Medan Baru, sebelah pajak sore.
“Udah dimakamkan kok bang, baru aja pulang dari pemakamannya kami ini semua bang,” terang teman-teman Vian yang memadati rumah duka untuk turut berdukacita atas kepergian Vian yang dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul dan banyak teman.(mag2/trg)