26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kawasan Mentawai Rawan Gempa Beresiko Tsunami

Foto: Istimewa Awak kapal Riset “Falkor” berpose di atas kapal.
Foto: Istimewa
Awak kapal Riset “Falkor” berpose di atas kapal.

SUMUTPOS.CO – Sejumlah ilmuwan dalam dan luar negeri akan bekerja sama menilai risiko tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di wilayah Sumatera, khususnya di Sumbar-Mentawai, dengan memetakan dasar laut di mana lempeng tektonik yang berbahaya akan bertemu.

Terkait proyek Mentawai Gap – Tsunami Earthquake Risk Assessment (MEGA-TERA) tersebut, sebuah kapal riset “R/V Falkor” dengan panjang 83 meter milik Schmidt Ocean Institute (SOI), sebuah organisasi swasta non-pemerintah (LSM) yang berbasis di Amerika, akan berlabuh pada tanggal 23 Juni, di Padang, Sumatra Barat. Ekspedisi dipimpin oleh ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Earth Observatory of Singapore (EOS) di Nanyang Technological University (NTU), dan France’s Institut de Physique du Globe de Paris (IPGP).

“Proyek MEGA-TERA yang berteknologi tinggi ini akan menargetkan zona tumbukan (subduction zone) di wilayah Sumatra-Andaman, yang sejajar dengan sisi barat Sumatra dan Pulau Mentawai. Lokasi ini merupakan wilayah yang paling aktif secara seismik,” demikian isi rilis dari Kedubes AS yang diterima redaksi SUMUTPOS.CO, kemarin.

Foto: Reuters Setelah Nepal, gempa mahadahsyat berikutnya diperkirakan akan terjadi di Pantai Sumatera Indonesia.
Foto: Reuters
Setelah Nepal, gempa mahadahsyat berikutnya diperkirakan akan terjadi di Pantai Sumatera Indonesia.

Dalam dekade terakhir, lokasi Sumatra-Andaman telah mengalami beberapa gempa bumi besar yang menyebabkan tsunami dengan ratusan ribu korban jiwa, termasuk Tsunami yang terjadi pada 24 Desember 2004 (Boxing Day tsunami) yang merenggut nyawa 230.000 orang. Penelitian ini bertujuan untuk membantu mengurangi potensi bencana dengan memungkinkan prediksi yang lebih baik dan penilaian risiko.

Foto: Istimewa Awak kapal Riset “Falkor” berpose di atas kapal.
Foto: Istimewa
Awak kapal Riset “Falkor” berpose di atas kapal.

SUMUTPOS.CO – Sejumlah ilmuwan dalam dan luar negeri akan bekerja sama menilai risiko tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di wilayah Sumatera, khususnya di Sumbar-Mentawai, dengan memetakan dasar laut di mana lempeng tektonik yang berbahaya akan bertemu.

Terkait proyek Mentawai Gap – Tsunami Earthquake Risk Assessment (MEGA-TERA) tersebut, sebuah kapal riset “R/V Falkor” dengan panjang 83 meter milik Schmidt Ocean Institute (SOI), sebuah organisasi swasta non-pemerintah (LSM) yang berbasis di Amerika, akan berlabuh pada tanggal 23 Juni, di Padang, Sumatra Barat. Ekspedisi dipimpin oleh ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Earth Observatory of Singapore (EOS) di Nanyang Technological University (NTU), dan France’s Institut de Physique du Globe de Paris (IPGP).

“Proyek MEGA-TERA yang berteknologi tinggi ini akan menargetkan zona tumbukan (subduction zone) di wilayah Sumatra-Andaman, yang sejajar dengan sisi barat Sumatra dan Pulau Mentawai. Lokasi ini merupakan wilayah yang paling aktif secara seismik,” demikian isi rilis dari Kedubes AS yang diterima redaksi SUMUTPOS.CO, kemarin.

Foto: Reuters Setelah Nepal, gempa mahadahsyat berikutnya diperkirakan akan terjadi di Pantai Sumatera Indonesia.
Foto: Reuters
Setelah Nepal, gempa mahadahsyat berikutnya diperkirakan akan terjadi di Pantai Sumatera Indonesia.

Dalam dekade terakhir, lokasi Sumatra-Andaman telah mengalami beberapa gempa bumi besar yang menyebabkan tsunami dengan ratusan ribu korban jiwa, termasuk Tsunami yang terjadi pada 24 Desember 2004 (Boxing Day tsunami) yang merenggut nyawa 230.000 orang. Penelitian ini bertujuan untuk membantu mengurangi potensi bencana dengan memungkinkan prediksi yang lebih baik dan penilaian risiko.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/