26 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Kualitas Udara Sumatera Masuk Level Berbahaya

Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Petugas BMKG Wilayah I Medan memperlihatkan peta sebaran titik panas yang teramati di kantor BMKG Wilayah I Medan, Kamis (3/9/2015). Penyebab kabut asap di wilayah Medan, akibat kebakaran hutan di Riau serta meningkatnya jumlah titik panas di pulau Sumatera sebanyak 898 titik.
Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS
Petugas BMKG Wilayah I Medan memperlihatkan peta sebaran titik panas yang teramati di kantor BMKG Wilayah I Medan, Kamis (3/9/2015). Penyebab kabut asap di wilayah Medan, akibat kebakaran hutan di Riau serta meningkatnya jumlah titik panas di pulau Sumatera sebanyak 898 titik.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kebakaran hutan di Pulau Sumatera menyebab, kualitas udara di Pulau Sumatera memasuki level berbahaya. Kabut asap yang semakin pekat akibat titik api yang terus bertambah. Dampaknya, selain mengganggu penerbangan, Malaysia mendapatkan kiriman asap dari Pulau Sumatera.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, semakin banyaknya titik api membuat bencana asap semakin parah. Di Riau, asap dilaporkan semakin pekat. Kualitas udara pun telah sampai di level berbahaya. “Sekolah-sekolah diliburkan. Asap sebagian sudah masuk ke wilayah Malaysia dan Selat Malaka,” tuturnya di Jakarta, Kamis (3/9).

Selain itu, bencana asap turut menyebabkan minimnya jarak pandang di wilayah-wilayah tersebut. Di Pekanbaru, jarak pandang hanya mencapai 200 meter. Sementara di Dumai, Riau, masyarakat juga mendapat kesulitan dalam melakukan perjalanan. Sebab, mereka hanya dapat melihat jelas dalam radius 300 meter.

Kondisi ini turut memaksa sejumlah penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II dibatalkan. Pasalnya, pada Kamis pagi, jarak pandang di wilayah bandara hanya dapat mencapai 100 meter. Beranjak siang, jarak pandang mulai membaik, meski hanya berada pada 500 meter. “Bandara closed. Sejak kemarin (Rabu) penerbangan terhenti. Hanya kemarin malam (Rabu malam) sempat ada penerbangan,” ungkapnya.

Sutopo mengatakan, pihaknya bersama seluruh pihak terus melakukan proses pemadaman baik melalui udara maupun darat. Namun, ada kendala dalam upaya yang dilakukan lewat udara. Tiga buah heli untuk water boombing tidak bisa diterbangkan. Hal ini dikarenakan ijin terbang ketiga heli itu telah habis. “Sekarang sedang diperpanjang,” katanya. (ted/luk)

Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Petugas BMKG Wilayah I Medan memperlihatkan peta sebaran titik panas yang teramati di kantor BMKG Wilayah I Medan, Kamis (3/9/2015). Penyebab kabut asap di wilayah Medan, akibat kebakaran hutan di Riau serta meningkatnya jumlah titik panas di pulau Sumatera sebanyak 898 titik.
Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS
Petugas BMKG Wilayah I Medan memperlihatkan peta sebaran titik panas yang teramati di kantor BMKG Wilayah I Medan, Kamis (3/9/2015). Penyebab kabut asap di wilayah Medan, akibat kebakaran hutan di Riau serta meningkatnya jumlah titik panas di pulau Sumatera sebanyak 898 titik.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kebakaran hutan di Pulau Sumatera menyebab, kualitas udara di Pulau Sumatera memasuki level berbahaya. Kabut asap yang semakin pekat akibat titik api yang terus bertambah. Dampaknya, selain mengganggu penerbangan, Malaysia mendapatkan kiriman asap dari Pulau Sumatera.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, semakin banyaknya titik api membuat bencana asap semakin parah. Di Riau, asap dilaporkan semakin pekat. Kualitas udara pun telah sampai di level berbahaya. “Sekolah-sekolah diliburkan. Asap sebagian sudah masuk ke wilayah Malaysia dan Selat Malaka,” tuturnya di Jakarta, Kamis (3/9).

Selain itu, bencana asap turut menyebabkan minimnya jarak pandang di wilayah-wilayah tersebut. Di Pekanbaru, jarak pandang hanya mencapai 200 meter. Sementara di Dumai, Riau, masyarakat juga mendapat kesulitan dalam melakukan perjalanan. Sebab, mereka hanya dapat melihat jelas dalam radius 300 meter.

Kondisi ini turut memaksa sejumlah penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II dibatalkan. Pasalnya, pada Kamis pagi, jarak pandang di wilayah bandara hanya dapat mencapai 100 meter. Beranjak siang, jarak pandang mulai membaik, meski hanya berada pada 500 meter. “Bandara closed. Sejak kemarin (Rabu) penerbangan terhenti. Hanya kemarin malam (Rabu malam) sempat ada penerbangan,” ungkapnya.

Sutopo mengatakan, pihaknya bersama seluruh pihak terus melakukan proses pemadaman baik melalui udara maupun darat. Namun, ada kendala dalam upaya yang dilakukan lewat udara. Tiga buah heli untuk water boombing tidak bisa diterbangkan. Hal ini dikarenakan ijin terbang ketiga heli itu telah habis. “Sekarang sedang diperpanjang,” katanya. (ted/luk)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/