24 C
Medan
Tuesday, November 5, 2024
spot_img

Dua ABG Nyaris Dijual

LUBUKBAJA- Dua pekan menghilang dari rumah, dua remaja berinisial JA (14), dan SP (15), akhirnya kembali ke pelukan orang tuanya. Mereka mengaku disekap di salah satu rumah penampungan korban trafiking dan hendak dijual ke pria hidung belang di Singapura Kamis (14/7) lalu.

Tak terima anaknya hendak dijadikan pelacur di negeri singa itu, orang tua JA dan SP langsung melaporkan tiga anggota sindikat trafiking yang menyekap mereka ke pihak berwajib.
Jajaran Polsekta Batuaji bersama keluarga korban akhirnya mengamankan pelaku bernama Robi Andre Saputra (23), Yuliansa Putri alias Bunda (28) dan Rara Aprilia (19), di kawasan Dapur 12 Batuaji pada pukul 01.00 dinihari kemarin (16/7).

Kepada wartawan di Maporesta Barelang kemarin, kedua korban mengaku awalnya diiming-imingi jalan-jalan ke Singapura oleh para pelaku setelah mereka bertemu di kawasan Jodoh Square.
“Siapa yang tak mau diajak jalan ke Singapura. Kami lalu diantar ke rumah pak Robi (tersangka,red) di Jodoh Square,” ujar JA.

Di rumah itu kata dia, mereka lalu diminta untuk menulis nama lengkap, nama orang tua serta alamat untuk pengurusan KTP dan paspor. Dua pekan menunggu, mereka tidak diperkenankan untuk keluar dari rumah atau berkomunikasi dengan orang lain.

Kalaupun keluar, mereka dikawal para pelaku. “Kami pernah diajak beli baju di mall. Mereka yang bayar,” tukas keduanya. Setelah paspor kedua selesai dibuat, mereka lalu diminta untuk mempersiapkan diri untuk meninggalkan Batam. Singapura adalah tujuan keduanya.

Malam hari sebelum berangkat kata mereka, Yuliana alias Bunda lalu mengemukakan kepada keduanya kalau setelah tiba di negeri jiran itu, mereka akan bekerja sebagai pendamping ape-ape di Singapura.
“Katanya nanti kerja kami temani ape-ape. Tapi tidak disebutkan berapa gaji yang kami terima,” ujar JA.

Takut dijadikan budak nafsu pria hidung belang di Singapura, keduanya memilih kabur dari penampungan dengan cara berpura-pura hendak membeli baju.
Para pelaku memberi izin untuk keluar tanpa curiga para korban trafiking ini hendak kabur.(spt/jpnn)
Tiba di jalan raya, keduanya menemui warga yang kebetulan mereka kenal. “Saya lalu pinjam HP orang itu untuk menghubungi mama,” kata JA.

Az (35), ibu kandung JA lalu bergegas menemui anaknya itu kemudian membawanya ke rumah.
Menurut Az, ia telah berhari-hari mencari putri tunggalnya tersebut baik ke rumah temannya maupun kerabat tapi tak dijumpainya.

Robi sendiri kata warga Batuaji ini pernah ia temui di kawasan Jodoh dan menanyakan keberadaan anaknya. “Tapi dia bilang tidak tahu dimana Putri (panggilan akrab JA,red),” ujarnya kepada wartawan di Mapolresta kemarin.

Ironisnya kata dia, setelah mengetahui anaknya telah disekap dan nyaris dijual ke Singapura, para pelaku malah menakut-nakuti para korban dan keluarganya kalau JA dan SP punya utang ke mereka sebanyak Rp7 juta. “Utang itu katanya untuk membayar biaya pembuatan KTP dan paspor,” tukasnya.

Para pelaku ketika dikonfirmasi membantah telah menyekap kedua korban. Mereka menuding para korban sendiri yang mendatangi mereka untuk mencari pekerjaan.(spt/jpnn)

LUBUKBAJA- Dua pekan menghilang dari rumah, dua remaja berinisial JA (14), dan SP (15), akhirnya kembali ke pelukan orang tuanya. Mereka mengaku disekap di salah satu rumah penampungan korban trafiking dan hendak dijual ke pria hidung belang di Singapura Kamis (14/7) lalu.

Tak terima anaknya hendak dijadikan pelacur di negeri singa itu, orang tua JA dan SP langsung melaporkan tiga anggota sindikat trafiking yang menyekap mereka ke pihak berwajib.
Jajaran Polsekta Batuaji bersama keluarga korban akhirnya mengamankan pelaku bernama Robi Andre Saputra (23), Yuliansa Putri alias Bunda (28) dan Rara Aprilia (19), di kawasan Dapur 12 Batuaji pada pukul 01.00 dinihari kemarin (16/7).

Kepada wartawan di Maporesta Barelang kemarin, kedua korban mengaku awalnya diiming-imingi jalan-jalan ke Singapura oleh para pelaku setelah mereka bertemu di kawasan Jodoh Square.
“Siapa yang tak mau diajak jalan ke Singapura. Kami lalu diantar ke rumah pak Robi (tersangka,red) di Jodoh Square,” ujar JA.

Di rumah itu kata dia, mereka lalu diminta untuk menulis nama lengkap, nama orang tua serta alamat untuk pengurusan KTP dan paspor. Dua pekan menunggu, mereka tidak diperkenankan untuk keluar dari rumah atau berkomunikasi dengan orang lain.

Kalaupun keluar, mereka dikawal para pelaku. “Kami pernah diajak beli baju di mall. Mereka yang bayar,” tukas keduanya. Setelah paspor kedua selesai dibuat, mereka lalu diminta untuk mempersiapkan diri untuk meninggalkan Batam. Singapura adalah tujuan keduanya.

Malam hari sebelum berangkat kata mereka, Yuliana alias Bunda lalu mengemukakan kepada keduanya kalau setelah tiba di negeri jiran itu, mereka akan bekerja sebagai pendamping ape-ape di Singapura.
“Katanya nanti kerja kami temani ape-ape. Tapi tidak disebutkan berapa gaji yang kami terima,” ujar JA.

Takut dijadikan budak nafsu pria hidung belang di Singapura, keduanya memilih kabur dari penampungan dengan cara berpura-pura hendak membeli baju.
Para pelaku memberi izin untuk keluar tanpa curiga para korban trafiking ini hendak kabur.(spt/jpnn)
Tiba di jalan raya, keduanya menemui warga yang kebetulan mereka kenal. “Saya lalu pinjam HP orang itu untuk menghubungi mama,” kata JA.

Az (35), ibu kandung JA lalu bergegas menemui anaknya itu kemudian membawanya ke rumah.
Menurut Az, ia telah berhari-hari mencari putri tunggalnya tersebut baik ke rumah temannya maupun kerabat tapi tak dijumpainya.

Robi sendiri kata warga Batuaji ini pernah ia temui di kawasan Jodoh dan menanyakan keberadaan anaknya. “Tapi dia bilang tidak tahu dimana Putri (panggilan akrab JA,red),” ujarnya kepada wartawan di Mapolresta kemarin.

Ironisnya kata dia, setelah mengetahui anaknya telah disekap dan nyaris dijual ke Singapura, para pelaku malah menakut-nakuti para korban dan keluarganya kalau JA dan SP punya utang ke mereka sebanyak Rp7 juta. “Utang itu katanya untuk membayar biaya pembuatan KTP dan paspor,” tukasnya.

Para pelaku ketika dikonfirmasi membantah telah menyekap kedua korban. Mereka menuding para korban sendiri yang mendatangi mereka untuk mencari pekerjaan.(spt/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/