25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Anggota Dewan Kekanak-Kanakan

Fadli Zon
Fadli Zon

SUMUTPOS.CO- Terungkapnya kunjungan berbau politis Ketua DPR Setya Novanto dalam kampanye Donald Trump (DT) tidak bisa dilepaskan dari sosok Shamsi Ali. Pria asal Indonesia yang menjadi imam besar masjid New York itu yang pertama kali meng-upload kritikan terhadap Setya di media sosial.

Menurut dia, tidak etis seorang pejabat publik hadir dalam kampanye calon presiden Amerika Serikat. Seakan tidak terima, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengancam akan mensomasi sang imam.”Silakan saja mau somasi. Saya murni, ikhlas, menulis di media sosial untuk menyampaikan apa yang salah,” ujarnya saat dihubungi kemarin (6/9).

Shamsi mengatakan, biar masyarakat yang menilai tindakan somasi itu. Yakni bijak atau tidaknya langkah tersebut diambil seorang pelayan rakyat.  Shamsi mengaku beberapa kali dihubungi Fadli Zon. Yakni pasca keluarnya pernyataan di halaman facebooknya. Fadli meminta Shamsi mengubah tulisan. Namun, dia mengaku tidak akan pernah mengubah sedikit pun tulisan tersebut. Siapapun tidak akan bisa memaksa pria kelahiran Sulawesi itu. “Semuanya sudah saya sampaikan. Ini kewajiban saya sebagai warga negara. Selebihnya bagaimana masyarakat menyikapi,” ujarnya.

Shamsi menyebut para anggota dewan tidak belajar dari banyaknya kunjungan yang mereka lakukan. Sebuah kritik seharusnya dianggap sebagai masukan. Anggota dewan di Indonesia tidak menyikapi kritikan seperti para pejabat di Amerika Serikat. Mereka begitu terbuka. “Mohon maaf, tapi saya anggap anggota dewan terlalu kekanak-kanakan. Terlalu sensitif,” tegasnya.

Menurut dia, dalam ruang demokrasi, seorang warga negara memiliki hak menyampaikan pendapat. Jika masih ada pengekangan, artinya kondisi Indonesia sama dengan masa orde baru yang otoriter. Shamsi pun menyebut mentalitas para pejabat perlu dipertanyakan.

Shamsi mengungkapkan, kunjungan anggota dewan di kampanye DT itu tidak beretika. Termasuk mencederai amanah rakyat. Sebab, DT adalah pria penuh kontroversial. Menemui sang pebisnis itu pasti memicu kontroversi. Alasannya, DT dikenal sebagai rasis, anti imigran, anti non kulit putih, dan begitu membenci Presiden Amerika Serikat Barrack Obama.

Shamsi melihat Setya sebagai wakil negara. Posisinya serupa dengan tingkat ketiga di Amerika Serikat. Ketua DPR adalah speaker of the congress yang kedudukannya hanya di bawah presiden dan wakil presiden. Menurut dia, para anggota dewan seperti direndahkan. Karena itu, dia mengaku begitu menyayangkan tindakan para anggota dewan. (nir/jpg/rbb)

Fadli Zon
Fadli Zon

SUMUTPOS.CO- Terungkapnya kunjungan berbau politis Ketua DPR Setya Novanto dalam kampanye Donald Trump (DT) tidak bisa dilepaskan dari sosok Shamsi Ali. Pria asal Indonesia yang menjadi imam besar masjid New York itu yang pertama kali meng-upload kritikan terhadap Setya di media sosial.

Menurut dia, tidak etis seorang pejabat publik hadir dalam kampanye calon presiden Amerika Serikat. Seakan tidak terima, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengancam akan mensomasi sang imam.”Silakan saja mau somasi. Saya murni, ikhlas, menulis di media sosial untuk menyampaikan apa yang salah,” ujarnya saat dihubungi kemarin (6/9).

Shamsi mengatakan, biar masyarakat yang menilai tindakan somasi itu. Yakni bijak atau tidaknya langkah tersebut diambil seorang pelayan rakyat.  Shamsi mengaku beberapa kali dihubungi Fadli Zon. Yakni pasca keluarnya pernyataan di halaman facebooknya. Fadli meminta Shamsi mengubah tulisan. Namun, dia mengaku tidak akan pernah mengubah sedikit pun tulisan tersebut. Siapapun tidak akan bisa memaksa pria kelahiran Sulawesi itu. “Semuanya sudah saya sampaikan. Ini kewajiban saya sebagai warga negara. Selebihnya bagaimana masyarakat menyikapi,” ujarnya.

Shamsi menyebut para anggota dewan tidak belajar dari banyaknya kunjungan yang mereka lakukan. Sebuah kritik seharusnya dianggap sebagai masukan. Anggota dewan di Indonesia tidak menyikapi kritikan seperti para pejabat di Amerika Serikat. Mereka begitu terbuka. “Mohon maaf, tapi saya anggap anggota dewan terlalu kekanak-kanakan. Terlalu sensitif,” tegasnya.

Menurut dia, dalam ruang demokrasi, seorang warga negara memiliki hak menyampaikan pendapat. Jika masih ada pengekangan, artinya kondisi Indonesia sama dengan masa orde baru yang otoriter. Shamsi pun menyebut mentalitas para pejabat perlu dipertanyakan.

Shamsi mengungkapkan, kunjungan anggota dewan di kampanye DT itu tidak beretika. Termasuk mencederai amanah rakyat. Sebab, DT adalah pria penuh kontroversial. Menemui sang pebisnis itu pasti memicu kontroversi. Alasannya, DT dikenal sebagai rasis, anti imigran, anti non kulit putih, dan begitu membenci Presiden Amerika Serikat Barrack Obama.

Shamsi melihat Setya sebagai wakil negara. Posisinya serupa dengan tingkat ketiga di Amerika Serikat. Ketua DPR adalah speaker of the congress yang kedudukannya hanya di bawah presiden dan wakil presiden. Menurut dia, para anggota dewan seperti direndahkan. Karena itu, dia mengaku begitu menyayangkan tindakan para anggota dewan. (nir/jpg/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/