SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Satreskrim Polrestabes Surabaya terus menggali keterangan Anggita Sari setelah menangkapnya di salah satu hotel di kawasan Embong Malang. Namun karena tak cukup bukti, korps baju cokelat itu melepas artis seksi dan model majalah dewasa itu pada Jumat (4/9) malam. Nah, Kasatreskrim Polrestabes Surabaya Takdir Mattanete pun mengungkap hasil pemeriksaan Anggita.
“Anggita biasanya menggunakan identitas asli saat muncul di grup Princess. Dia seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah figur terkenal,” kata Takdir. Ya grup Princess adalah grup prostitusi yang menjual perempuan-perempuan cantik dengan cara online. BS adalah muncikari sekaligus admin grup Princess yang kini sedang menjadi buron.
Hasil pemeriksaan lainnya, Anggita mengaku tidak mengenal tiga pria yang sudah memakai jasanya mulai Senin hingga Rabu malam lalu. Dia juga tidak tahu asal usul mereka. Polisi memastikan bahwa pelanggan Anggita bukan public figure maupun pengusaha. ”Dari hasil penyelidikan, pelanggannya hanya lelaki hidung belang biasa yang dikenalkan oleh teman segrupnya itu,” tegas Takdir.
Belajar dari modus praktik prostitusi online yang banyak dibongkar polisi, biasanya satu orang muncikari yang berperan sebagai admin selalu punya banyak grup. Ada kemungkinan BS juga seperti itu. Biasanya pelanggan sudah mengenal mucikari di kehidupan nyata. Setelah itu, mereka diundang masuk ke grup BlackBerry Messenger (BBM).
Agar tidak bosan, admin akan terus me-refresh member grup. Dia bisa mengganti foto orang-orang yang ada di dalamnya, entah itu pelanggan maupun perempuan-perempuan yang ditawarkan. Setelah melayani pelanggan, para perempuan itu akan menyetor kepada mucikari. Sama dengan yang dilakukan Anggita. ”Jatahnya BS ya Rp 1,5 juta yang dibayar di awal itu,” tambah alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1998 itu.
Soal narkoba yang dikonsumsi Anggita, polisi menegaskan akan terus menindaklanjuti. Takdir kemarin memastikan Anggita tidak akan dilimpahkan ke Badan Narkotika Nasional (BNN). Jajarannya cukup berkoordinasi dengan Satresnarkoba saja. (jpnn/deo)
SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Satreskrim Polrestabes Surabaya terus menggali keterangan Anggita Sari setelah menangkapnya di salah satu hotel di kawasan Embong Malang. Namun karena tak cukup bukti, korps baju cokelat itu melepas artis seksi dan model majalah dewasa itu pada Jumat (4/9) malam. Nah, Kasatreskrim Polrestabes Surabaya Takdir Mattanete pun mengungkap hasil pemeriksaan Anggita.
“Anggita biasanya menggunakan identitas asli saat muncul di grup Princess. Dia seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah figur terkenal,” kata Takdir. Ya grup Princess adalah grup prostitusi yang menjual perempuan-perempuan cantik dengan cara online. BS adalah muncikari sekaligus admin grup Princess yang kini sedang menjadi buron.
Hasil pemeriksaan lainnya, Anggita mengaku tidak mengenal tiga pria yang sudah memakai jasanya mulai Senin hingga Rabu malam lalu. Dia juga tidak tahu asal usul mereka. Polisi memastikan bahwa pelanggan Anggita bukan public figure maupun pengusaha. ”Dari hasil penyelidikan, pelanggannya hanya lelaki hidung belang biasa yang dikenalkan oleh teman segrupnya itu,” tegas Takdir.
Belajar dari modus praktik prostitusi online yang banyak dibongkar polisi, biasanya satu orang muncikari yang berperan sebagai admin selalu punya banyak grup. Ada kemungkinan BS juga seperti itu. Biasanya pelanggan sudah mengenal mucikari di kehidupan nyata. Setelah itu, mereka diundang masuk ke grup BlackBerry Messenger (BBM).
Agar tidak bosan, admin akan terus me-refresh member grup. Dia bisa mengganti foto orang-orang yang ada di dalamnya, entah itu pelanggan maupun perempuan-perempuan yang ditawarkan. Setelah melayani pelanggan, para perempuan itu akan menyetor kepada mucikari. Sama dengan yang dilakukan Anggita. ”Jatahnya BS ya Rp 1,5 juta yang dibayar di awal itu,” tambah alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1998 itu.
Soal narkoba yang dikonsumsi Anggita, polisi menegaskan akan terus menindaklanjuti. Takdir kemarin memastikan Anggita tidak akan dilimpahkan ke Badan Narkotika Nasional (BNN). Jajarannya cukup berkoordinasi dengan Satresnarkoba saja. (jpnn/deo)