32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Musibah Crane di Makkah, Warga Gelar Salat Gaib

CRANE: Para pekerja tampak di sekitar crane yang roboh di Masjidilharam, Makkah, Minggu (12/9) lalu. Hingga kemarin, korban terus berjatuhan dan masih ada du calhaj asal SUmut yang dirawat di rumah sakit setempat.
CRANE: Para pekerja tampak di sekitar crane yang roboh di Masjidilharam, Makkah, Minggu (12/9) lalu. Hingga kemarin, korban terus berjatuhan dan masih ada du calhaj asal SUmut yang dirawat di rumah sakit setempat.

RANTAU, SUMUTPOS.CO-Puluhan masyarakat Labuhanbatu menggelar Salat Gaib berjamaah di Masjid Agung Rantauprapat, Minggu (13/9) sekitar pukul 12.50 WIB. Salat Gaib yang dilakukan selepas pelaksanaan salat duhur itu digelar sebagai bentuk keprihatinan atas musibah yang menewaskan puluhan korban jiwa akibat jatuhnya Crane di Masjidil Haram, Makkah pada Jumat (11/9) lalu.

Dalam ibadah salat gaib tersebut, diimami oleh oleh nazir Masjid Agung Rantauprapat. Sementara dalam barisan jamaah tampak sejumlah tokoh masyarakat dan mantan pejabat Labuhanbatu, di antaranya adalah dua mantan wakil bupati Labuhanbatu yakni H Sudarwanto dan Suhari Pane SIP. Selain itu, juga terlihat mantan Sekdakab Labuhanbatu Muktar Efendi dan Mantan Kadis Pertanian Labuhanbatu Lihas Ritonga.

Sesudah salat berjamaah, panitia juga tampak membagi-bagikan nasi bungkus dan air mineral kepada setiap jamaah. “Ini merupakan bentuk belasungkawa kita atas insiden jatuhnya crane di Masjidil Haram,” kata Amin W, salah seorang panitia pelaksana kegiatan salat gaib tersebut.

Amin mengatakan, mereka senantiasa berdoa semoga para korban termasuk dalam syuhada yang menjadi penghuni syurga. Mereka juga mendoakan agar keluarga korban diberikan kekuatan, keikhlasan dan ketegaran untuk menerima ujian ini.

“Sesungguhnya kita ini milik Allah SWT dan kepada-Nya kita semua akan kembali. Ini juga sebagai modal penting untuk mengingatkan kita akan kematian, sehingga dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan meningkatkan amal kebajikan, baik yang bersifat vertikal maupun yang bersifat horizontal,” ujarnya.

Salat Gaib yang dilakukan pun, kata Amin untuk menggantikan salat jenazah yang hukumnya fardhu kifayah, yaitu diwajibkan kepada seluruh umat Islam dengan prinsip keterwakilan.

“Salat Gaib hukumnya sah sebagaimana salat jenazah. Salat Gaib ditujukan untuk yang wafat di tanah suci karena musibah jatuhnya crane proyek pembangunan Masjidil Haram,” terangnya. (nik/spg/rbb)

CRANE: Para pekerja tampak di sekitar crane yang roboh di Masjidilharam, Makkah, Minggu (12/9) lalu. Hingga kemarin, korban terus berjatuhan dan masih ada du calhaj asal SUmut yang dirawat di rumah sakit setempat.
CRANE: Para pekerja tampak di sekitar crane yang roboh di Masjidilharam, Makkah, Minggu (12/9) lalu. Hingga kemarin, korban terus berjatuhan dan masih ada du calhaj asal SUmut yang dirawat di rumah sakit setempat.

RANTAU, SUMUTPOS.CO-Puluhan masyarakat Labuhanbatu menggelar Salat Gaib berjamaah di Masjid Agung Rantauprapat, Minggu (13/9) sekitar pukul 12.50 WIB. Salat Gaib yang dilakukan selepas pelaksanaan salat duhur itu digelar sebagai bentuk keprihatinan atas musibah yang menewaskan puluhan korban jiwa akibat jatuhnya Crane di Masjidil Haram, Makkah pada Jumat (11/9) lalu.

Dalam ibadah salat gaib tersebut, diimami oleh oleh nazir Masjid Agung Rantauprapat. Sementara dalam barisan jamaah tampak sejumlah tokoh masyarakat dan mantan pejabat Labuhanbatu, di antaranya adalah dua mantan wakil bupati Labuhanbatu yakni H Sudarwanto dan Suhari Pane SIP. Selain itu, juga terlihat mantan Sekdakab Labuhanbatu Muktar Efendi dan Mantan Kadis Pertanian Labuhanbatu Lihas Ritonga.

Sesudah salat berjamaah, panitia juga tampak membagi-bagikan nasi bungkus dan air mineral kepada setiap jamaah. “Ini merupakan bentuk belasungkawa kita atas insiden jatuhnya crane di Masjidil Haram,” kata Amin W, salah seorang panitia pelaksana kegiatan salat gaib tersebut.

Amin mengatakan, mereka senantiasa berdoa semoga para korban termasuk dalam syuhada yang menjadi penghuni syurga. Mereka juga mendoakan agar keluarga korban diberikan kekuatan, keikhlasan dan ketegaran untuk menerima ujian ini.

“Sesungguhnya kita ini milik Allah SWT dan kepada-Nya kita semua akan kembali. Ini juga sebagai modal penting untuk mengingatkan kita akan kematian, sehingga dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan meningkatkan amal kebajikan, baik yang bersifat vertikal maupun yang bersifat horizontal,” ujarnya.

Salat Gaib yang dilakukan pun, kata Amin untuk menggantikan salat jenazah yang hukumnya fardhu kifayah, yaitu diwajibkan kepada seluruh umat Islam dengan prinsip keterwakilan.

“Salat Gaib hukumnya sah sebagaimana salat jenazah. Salat Gaib ditujukan untuk yang wafat di tanah suci karena musibah jatuhnya crane proyek pembangunan Masjidil Haram,” terangnya. (nik/spg/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/