26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Malaysia Evakuasi Warganya dari Riau

MHD AKHWAN/MG1/MIRSHAL RIAU POS/jpg EVAKUASI: Warga Negara Malaysia berjalan menuju pesawat Hercules milik militer Malaysia saat proses evakuasi di Bandara Sultan Syarif Kasim pukul  06.36 WIB. Pada Jumat (18/9) sebanyak 218 Warga Negara Malaysia yang berada di Indonesia diungsikan ke Malaysia oleh Pemerintah Malaysia.
MHD AKHWAN/MG1/MIRSHAL RIAU POS/jpg
EVAKUASI: Warga Negara Malaysia berjalan menuju pesawat Hercules milik militer Malaysia saat proses evakuasi di Bandara Sultan Syarif Kasim pukul 06.36 WIB. Pada Jumat (18/9) sebanyak 218 Warga Negara Malaysia yang berada di Indonesia diungsikan ke Malaysia oleh Pemerintah Malaysia.

PEKANBARU, SUMUTPOS.CO- Pemerintah Malaysia tak tahan lagi melihat penderitaan warganya di Pekanbaru. Kian memburuknya kualitas udara di ibu kota provinsi Riau itu, membuat Negeri Jiran mengambil kebijakan untuk mengevakuasi warganya.

Jumat (18/9), sekitar 120 warga Malaysia yang menetap di Pekanbaru, terlihat sudah dikumpulkan di kantor konsulat Malaysia di jalan Sudirman. Rencananya mereka akan dipulangkan dengan menggunakan pesawat Air Asia. Namun karena bandara masih lumpuh, kepulangan mereka terpaksa ditunda.

Namun seorang staf konsulat Malaysia, Antoni mengatakan, jika pesawat komersil tidak bisa terbang, rencananya warga negara tetangga itu akan dijemput menggunakan pesawat militer dari Bandara Subang, Malaysia.

‘’Ini sebagai antisipasi, karena indeks pencemaran udara kian melewati ambang batas. Sudah berbahaya,’’ kata Antoni.

Dari 120 warga Malaysia tersebut, terdiri dari 86 pelajar. Sisanya adalah keluarga WN Malaysia yang sedang berada di Riau. Dari pantauan Pekanbaru Pos (grup Sumut Pos), para warga negara Malaysia ini dibawa dengan menggunakan tiga bus ekslusif menuju bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru.

‘’Jerebu (asap) sudah berbahaya. Kami diperintah kerajaan untuk kembali dulu ke Malaysia, sampai udara di sini memungkinkan sehat kembali,’’ kata Fatir (23), seorang pelajar.

Perhatian pemerintah Malaysia yang mengevakuasi warganya, ditanggapi beragam oleh masyarakat Pekanbaru. ‘’Enaklah mereka, bisa dievakuasi dibayar negara. Kalau kita mau evakuasi kemana? Di sini rumah kita. Ya nikmati sajalah asapnya,’’ kata Karim (26), seorang warga Pekanbaru.

Ada 6,3 juta rakyat Riau kini menderita karean asap. Bandara lumpuh, begitu pula dengan dunia pendidikan. Asap pekat telah bertahan memenuhi udara Riau hingga level berbahaya. Korban terpapar asap sudah tembus 31 ribu orang. Sebagian besar terkena ISPA. Status bencana di Riau saat ini sudah masuk darurat pencemaran udara.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) telah menentukan sikap tidak akan pernah merespon keluhan Singapura dan Malaysia terhadap kabut asap yang datang dari Riau yang kini menyelimuti dua negara tetangga Indonesia tersebut. Alasan, menurut Direktur Eksekutif Walhi, Abetnego Tarigan, karena munculnya kabut asap itu ulah pengusaha mereka juga.

“Secara pribadi dan institusi Walhi, saya tidak pusing dengan teriakan Singapura dan Malaysia yang memprotes kabut asap. Walhi justru bersikap responsif terhadap teriakan masyarakat Jambi, Riau dan Sumatera Selatan,” kata Abetnego Tarigan, di Pressroom DPR, Senayan Jakarta, Jumat (18/9).

Dia jelaskan, dari keseluruhan lahan yang ada di Provinsi Riau, sekitar 70 persen lahan sudah dikavling-kavling pengusaha untuk perkebunan berdasar izin yang dikeluarkan Pemda setempat.

“Mayoritas pemiliki izin atas 70 persen lahan perkebunan di Riau itu adalah orang Singapura dan Malaysia,” ungkapnya.

Kalau kabut asap tersebut sumbernya berasal dari 70 persen lahan perkebunan di Riau itu, menurut Abetnego, tidak perlu juga Presiden Joko Widodo menyampaikan kata maaf kepada Singapura dan Malaysia.

“Titik-titik apinya ada di area perkebunan pegusaha mereka di Riau. Jadi, tidak perlu juga presiden minta maaf,” pungkasnya. (abe/fas/jpnn/val)

MHD AKHWAN/MG1/MIRSHAL RIAU POS/jpg EVAKUASI: Warga Negara Malaysia berjalan menuju pesawat Hercules milik militer Malaysia saat proses evakuasi di Bandara Sultan Syarif Kasim pukul  06.36 WIB. Pada Jumat (18/9) sebanyak 218 Warga Negara Malaysia yang berada di Indonesia diungsikan ke Malaysia oleh Pemerintah Malaysia.
MHD AKHWAN/MG1/MIRSHAL RIAU POS/jpg
EVAKUASI: Warga Negara Malaysia berjalan menuju pesawat Hercules milik militer Malaysia saat proses evakuasi di Bandara Sultan Syarif Kasim pukul 06.36 WIB. Pada Jumat (18/9) sebanyak 218 Warga Negara Malaysia yang berada di Indonesia diungsikan ke Malaysia oleh Pemerintah Malaysia.

PEKANBARU, SUMUTPOS.CO- Pemerintah Malaysia tak tahan lagi melihat penderitaan warganya di Pekanbaru. Kian memburuknya kualitas udara di ibu kota provinsi Riau itu, membuat Negeri Jiran mengambil kebijakan untuk mengevakuasi warganya.

Jumat (18/9), sekitar 120 warga Malaysia yang menetap di Pekanbaru, terlihat sudah dikumpulkan di kantor konsulat Malaysia di jalan Sudirman. Rencananya mereka akan dipulangkan dengan menggunakan pesawat Air Asia. Namun karena bandara masih lumpuh, kepulangan mereka terpaksa ditunda.

Namun seorang staf konsulat Malaysia, Antoni mengatakan, jika pesawat komersil tidak bisa terbang, rencananya warga negara tetangga itu akan dijemput menggunakan pesawat militer dari Bandara Subang, Malaysia.

‘’Ini sebagai antisipasi, karena indeks pencemaran udara kian melewati ambang batas. Sudah berbahaya,’’ kata Antoni.

Dari 120 warga Malaysia tersebut, terdiri dari 86 pelajar. Sisanya adalah keluarga WN Malaysia yang sedang berada di Riau. Dari pantauan Pekanbaru Pos (grup Sumut Pos), para warga negara Malaysia ini dibawa dengan menggunakan tiga bus ekslusif menuju bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru.

‘’Jerebu (asap) sudah berbahaya. Kami diperintah kerajaan untuk kembali dulu ke Malaysia, sampai udara di sini memungkinkan sehat kembali,’’ kata Fatir (23), seorang pelajar.

Perhatian pemerintah Malaysia yang mengevakuasi warganya, ditanggapi beragam oleh masyarakat Pekanbaru. ‘’Enaklah mereka, bisa dievakuasi dibayar negara. Kalau kita mau evakuasi kemana? Di sini rumah kita. Ya nikmati sajalah asapnya,’’ kata Karim (26), seorang warga Pekanbaru.

Ada 6,3 juta rakyat Riau kini menderita karean asap. Bandara lumpuh, begitu pula dengan dunia pendidikan. Asap pekat telah bertahan memenuhi udara Riau hingga level berbahaya. Korban terpapar asap sudah tembus 31 ribu orang. Sebagian besar terkena ISPA. Status bencana di Riau saat ini sudah masuk darurat pencemaran udara.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) telah menentukan sikap tidak akan pernah merespon keluhan Singapura dan Malaysia terhadap kabut asap yang datang dari Riau yang kini menyelimuti dua negara tetangga Indonesia tersebut. Alasan, menurut Direktur Eksekutif Walhi, Abetnego Tarigan, karena munculnya kabut asap itu ulah pengusaha mereka juga.

“Secara pribadi dan institusi Walhi, saya tidak pusing dengan teriakan Singapura dan Malaysia yang memprotes kabut asap. Walhi justru bersikap responsif terhadap teriakan masyarakat Jambi, Riau dan Sumatera Selatan,” kata Abetnego Tarigan, di Pressroom DPR, Senayan Jakarta, Jumat (18/9).

Dia jelaskan, dari keseluruhan lahan yang ada di Provinsi Riau, sekitar 70 persen lahan sudah dikavling-kavling pengusaha untuk perkebunan berdasar izin yang dikeluarkan Pemda setempat.

“Mayoritas pemiliki izin atas 70 persen lahan perkebunan di Riau itu adalah orang Singapura dan Malaysia,” ungkapnya.

Kalau kabut asap tersebut sumbernya berasal dari 70 persen lahan perkebunan di Riau itu, menurut Abetnego, tidak perlu juga Presiden Joko Widodo menyampaikan kata maaf kepada Singapura dan Malaysia.

“Titik-titik apinya ada di area perkebunan pegusaha mereka di Riau. Jadi, tidak perlu juga presiden minta maaf,” pungkasnya. (abe/fas/jpnn/val)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/