SUMUTPOS.CO – Setidaknya 717 jemaah calon haji tewas dalam tragedi di Mina, Makkah, Kamis (24/9) pagi waktu setempat. Sejumlah laporan menyebutkan, 850 orang lainnya terluka dalam bencana paling mematikan dalam sejarah pelaksanaan haji dalam seperempat abad terakhir.
Tiga jamaah haji Indonesia tewas dalam tragedi ini. Salah seorang saksi mata Mugi Suryojaya, ketua rombongan (karom) kelompok terbang (kloter) 48 embarkasi Surabaya (SUB), menceritakan kejadian tersebut.
“Kami berangkat melempar jumrah dari Minajadid. Sesampai di jalan 204 sebelum jembatan, jamaah numpuk dari dua arah. Lokasinya setelah pasar,” ujarnya kemarin.
Mugi menjelaskan, jamaah yang mau masuk bertemu dengan jamaah yang akan keluar di jalan tersebut.
“Kami terhimpit, kebanyakan kepanasan dan akhirnya korban berjatuhan,” tuturnya.
Menurut Mugi, salah satu korban yang meninggal merupakan anggota rombongannya. “Namanya Niro dari Paiton, Probolinggo. Saat di lokasi kejadian, dia lepas dari saya. Beberapa saat kemudian saya lihat digotong sama askar dan ditaruh di bawah jembatan. Saya lihat banyak mayat yang digotong kemudian dibawa ke arah jembatan,” jelasnya.
Sejumlah saksi hidup lian mengungkap saat-saat mengerikan di Mina, Kamis Berdarah itu. Abdullah Lotfy (44), jemaah dari Mesir mengatakan, bencana di jalur 204 itu seperti gelombang. Lautan manusia bergerak ke depan dengan cepat dan tiba-tiba kembali ke belakang.
“Saya melihat seseorang tersandung dengan kursi roda, kemudian beberapa orang tersandung padanya. Orang-orang kemudian memanjat satu sama lain, hanya untuk bernapas, hanya untuk hidup,” kenang Lotfy kepada Associated Press.
Menurutnya, kepanikan di Mina dipicu oleh tabrakan atau pertemuan lautan manusia di persimpangan dua jalan yang sempit. Dalam hitungan menit, jalanan sudah menjadi ladang mengerikan. Manusia terbaring acak-acakan. “Itu benar-benar seperti gelombang,” ujarnya.
Jemaah calon haji lainnya, Abdulrahman mengatakan, kejadian di Mina itu begitu mengerikan.