29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Kepekatan Asap di Medan Masuk Level Berbahaya

Foto: Rozi/Sumut Pos Kabut asap menyelimuti Perairan Belawan, Medan, Sumut. Kepekatan kabut asap di Medan masuk level berbahaya.
Foto: Rozi/Sumut Pos
Kabut asap menyelimuti Perairan Belawan, Medan, Sumut. Kepekatan kabut asap di Medan masuk level berbahaya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Asap pekat kian menjadi-jadi. Tingkat kepekatan asap sampai ke level terparah dalam tiga bulan terakhir. Ketebalan kabut asap di Kota Medan pada Kamis (22/10) mencapai 377,2 micro gram per meter kubik (Mg/M3), atau masuk level berbahaya. Angka ini meningkat dibandingkan hari sebelumnya, Rabu (21/10) yang tercatat 269 Mg/M3.

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) berada jauh di atas level berbahaya. Akibat pekatnya asap, fisik bangunan dalam radius 100 meter mulai sulit terlihat jelas.

“Sejak Senin kemarin pukul 14.00 WIB, ketebalan asap mencapai 377,2 Mg/M3. Ini yang paling tebal dibanding hari-hari sebelumnya,” ungkap Kabid Data dan Informasi BMKG Wilayah I Medan, Sunardi kepada Sumut Pos.

Dikatakan Sunardi, kondisi ini diakibatkan oleh munculnya 703 titik api di Sumatera Selatan, 37 di Riau, dan 52 di Jambi.

“Jumlah titik api bertambah dibanding hari-hari sebelumnya. Ini diperparah belahan Selatan yang kemarau dan angin Tenggara yang arah anginnya mengarah ke Sumut,” katanya.

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang mendeteksi lima kadar senyawa di udara, yaitu karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), ozon permukaan (O3), dan juga partikel debu (PM10), mencatat, ketebalan asap di Medan yang mencapai 377,2 Mg/M3 masuk kategori berbahaya.

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut menyebutkan kualitas udara di Sumut, khususnya di Kota Medan, saat ini masuk level tidak sehat bahkan berbahaya.

“Menurut laporan terbaru yang kami terima, vertikal meter kualitas udara di Sumut terutama di Kota Medan, sudah sangat tak sehat atau masuk level berbahaya,” kata Kepala BLH Sumut, Hidayati kepada Sumut Pos, Kamis (22/10).

Dia mengatakan puncak ketebalan kabut asap yang terjadi di Sumut berbeda seperti hari-hari sebelumnya. Meskipun masih terjadi kabut asap, tapi kadarnya tak begitu pekat. “Padahal hujan juga masih turun, tapi tetap saja kabut asap tak hilang,” bebernya.

Berdasarkan pengukuran kualitas udara, Hidayati mengungkapkan, indikator buruknya level udara di daerah ini diukur lewat partikel meter (debu) yang langsung masuk paru-paru.

“Jadi di dalam asap itu ada partikel debu yang merusak pernafasan. Ini biasa kita sebut 2,5 mikro partikel meter, dari kualitas udara saat ini akibat dampak asap,” jelasnya.

BLH Sumut mengakui masih minimnya alat pengukuran yang dimiliki sebab pengukuran kualitas udara masih dilakukan secara manual, belum injek melainkan per parameter.

Atas kondisi ini, Hidayati mengatakan, pihaknya akan turun ke jalan melakukan aksi bagi-bagi masker, terutama khusus bagi anak-anak.

“Saya sudah komunikasikan kepada teman-teman, terutama perusahaan untuk menggalang aksi ini. Kami rencanakan memberi kualitas masker yang lebih bagus, lebih tebal, sehingga lebih nyaman dipakai oleh masyarakat,” ujarnya seraya menyebut selambatnya pekan depan aksi ini sudah dilakukan. (ted/prn/put/)

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

< 50 : Kualitas udara baik
51 – 100 : Kualitas udara sedang (belum memiliki dampak kesehatan).

101 – 199 : Tidak sehat
200 – 299 : Sangat tidak sehat
300 – 399 : Berbahaya
> 400 : Sangat berbahaya

Foto: Rozi/Sumut Pos Kabut asap menyelimuti Perairan Belawan, Medan, Sumut. Kepekatan kabut asap di Medan masuk level berbahaya.
Foto: Rozi/Sumut Pos
Kabut asap menyelimuti Perairan Belawan, Medan, Sumut. Kepekatan kabut asap di Medan masuk level berbahaya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Asap pekat kian menjadi-jadi. Tingkat kepekatan asap sampai ke level terparah dalam tiga bulan terakhir. Ketebalan kabut asap di Kota Medan pada Kamis (22/10) mencapai 377,2 micro gram per meter kubik (Mg/M3), atau masuk level berbahaya. Angka ini meningkat dibandingkan hari sebelumnya, Rabu (21/10) yang tercatat 269 Mg/M3.

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) berada jauh di atas level berbahaya. Akibat pekatnya asap, fisik bangunan dalam radius 100 meter mulai sulit terlihat jelas.

“Sejak Senin kemarin pukul 14.00 WIB, ketebalan asap mencapai 377,2 Mg/M3. Ini yang paling tebal dibanding hari-hari sebelumnya,” ungkap Kabid Data dan Informasi BMKG Wilayah I Medan, Sunardi kepada Sumut Pos.

Dikatakan Sunardi, kondisi ini diakibatkan oleh munculnya 703 titik api di Sumatera Selatan, 37 di Riau, dan 52 di Jambi.

“Jumlah titik api bertambah dibanding hari-hari sebelumnya. Ini diperparah belahan Selatan yang kemarau dan angin Tenggara yang arah anginnya mengarah ke Sumut,” katanya.

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang mendeteksi lima kadar senyawa di udara, yaitu karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), ozon permukaan (O3), dan juga partikel debu (PM10), mencatat, ketebalan asap di Medan yang mencapai 377,2 Mg/M3 masuk kategori berbahaya.

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut menyebutkan kualitas udara di Sumut, khususnya di Kota Medan, saat ini masuk level tidak sehat bahkan berbahaya.

“Menurut laporan terbaru yang kami terima, vertikal meter kualitas udara di Sumut terutama di Kota Medan, sudah sangat tak sehat atau masuk level berbahaya,” kata Kepala BLH Sumut, Hidayati kepada Sumut Pos, Kamis (22/10).

Dia mengatakan puncak ketebalan kabut asap yang terjadi di Sumut berbeda seperti hari-hari sebelumnya. Meskipun masih terjadi kabut asap, tapi kadarnya tak begitu pekat. “Padahal hujan juga masih turun, tapi tetap saja kabut asap tak hilang,” bebernya.

Berdasarkan pengukuran kualitas udara, Hidayati mengungkapkan, indikator buruknya level udara di daerah ini diukur lewat partikel meter (debu) yang langsung masuk paru-paru.

“Jadi di dalam asap itu ada partikel debu yang merusak pernafasan. Ini biasa kita sebut 2,5 mikro partikel meter, dari kualitas udara saat ini akibat dampak asap,” jelasnya.

BLH Sumut mengakui masih minimnya alat pengukuran yang dimiliki sebab pengukuran kualitas udara masih dilakukan secara manual, belum injek melainkan per parameter.

Atas kondisi ini, Hidayati mengatakan, pihaknya akan turun ke jalan melakukan aksi bagi-bagi masker, terutama khusus bagi anak-anak.

“Saya sudah komunikasikan kepada teman-teman, terutama perusahaan untuk menggalang aksi ini. Kami rencanakan memberi kualitas masker yang lebih bagus, lebih tebal, sehingga lebih nyaman dipakai oleh masyarakat,” ujarnya seraya menyebut selambatnya pekan depan aksi ini sudah dilakukan. (ted/prn/put/)

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

< 50 : Kualitas udara baik
51 – 100 : Kualitas udara sedang (belum memiliki dampak kesehatan).

101 – 199 : Tidak sehat
200 – 299 : Sangat tidak sehat
300 – 399 : Berbahaya
> 400 : Sangat berbahaya

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/