MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Tengku Erry Nuradi, berharap agar masyarakat dapat menerima mereka kembali dan tidak mengucilkannya. Karena, 303 orang ini juga merupakan bagian dari warga Sumut.
“Saya berharap, kita jangan lagi membuat perbedaan. Karena tanpa kita buatpun perbedaan itu sudah terjadi seperti antara abang dan adik juga ada perbedaan, tapi bagaimana kita ke depannya bisa membangun kebersamaan,” kata Erry.
Dirinya juga berharap 303 warga khususnya remaja dan dewasa, dapat kembali bermasyarakat dengan kegiatan seperti bertani, menjadi guru ataupun bidang lainnya. Ia juga meminta agar jangan sampai ada lagi masalah seperti sebelumnya terjadi.
Untuk selanjutnya, para warga tersebut akan dibina sementara di sejumlah tempat, sebelum dikembalikan ke kampung halamannya masing-masing sesuai kabupaten/kota asalnya. Juga untuk diberi pembinaan perekonomian oleh pemerintah setempat.
“Kita harapkan Dinsos dan kabupaten/kota dapat membantu perekonomian mereka, seperti melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu mereka dalam perekonomian nantinya,” sebutnya.
Plt Kesbangpolinmas Sumut, Zulkifli Taufik mengatakan, tugas pemulangan 303 mantan anggota Gafatar telah selesai. Tugas berikutnya adalah pembinaan di penampungan sementara. Hal ini menjawab pertanyaan publik, khususnya para keluarga, tentang kepastian kepulangan mereka.
“Sesampainya di sini mereka akan kita berikan pembekalan yang tujuannya nanti ketika mereka berada di tengah masyarakat, mereka dapat diterima dan bisa beradaptasi diri. Jadi pembekalan yang akan diberikan nanti tujuannya untuk membantu mereka dalam beradaptasi lagi di tengah masyarakat,” katanya.
Pembinaan dan pembekalan tersebut akan dilakukan selama 8 hari. Diakui Zulkifli, pihaknya belum ada mengambil kebijaan terkait pembinaan perekonomian warga tersebut. Sedangkan untuk ana-anak, akan dilakukan pembinaan khusus. Selain soal psikologis juga akan diberikan pendidikan sesuai dengan usianya.
Asisten Teritorial (Aster) Kodam I/BB, Kol Inf Mahmud Riadinata mengatakan, upaya pembinaan akan mereka lakukan “keroyokan” bersama antar instansi seperti Dinkes, Dinsos, Kesbangpolinmas, Polda Sumut, Lantamal, Brimob, MUI Sumut dan Kanwil Kemenag Sumut.
“Mereka nantinya akan kita bina bersama, sehingga masyarakat dapat menerima mereka kembali. Kita harap setelah mereka kita bina dapat dilanjutkan dengan pemerintah kabupaten/kota yang akan menjemput dan mengantarkan mereka ke keluarga dan masyarakatnya, begitu juga kita harapkan daerah dapat membantu mereka dalam pembinaan perekonomiannya,” ujar Mahmud.
Selama di penampungan sementara nantinya, para warga juga akan diberikan ceramah, outbond bagi anak-anak (selain pendidikan). Termasuk akan ada materi wawasan kebangsaan dan bela negara sehingga diharapkan agar semua warga tersebut bisa berfikir kenegaraan.
“Kita berikan mereka wawasan kebangsaan, selain itu juga nanti ada pembinaan rohani dari MUI dan Depag,” ujarnya.
Kepala Penerangan Kodam I/BB, Kolonel Enoh S saat dihubungi Sumut Pos via telepon, Rabu (30/3) sore, mengatakan, 303 jiwa eks anggota Gafatar itu terdiri dari 78 KK. Mereka akan disebar di tujuh lokasi penampungan yakni, di Yonarhanudse 12 KK dengan 37 jiwa, di Den Brimob Binjai ada 9 KK dengan 36 jiwa, di Lantamal I ada 9 KK dengan 39 jiwa, di SPN Sampali ada 9 KK dengan 35 jiwa, di Yonkav ada 9 KK dengan 35 jiwa, di Yonarmed adab10 KK dengan 37 jiwa dan di Yonif 121 ada 21 KK dengan 83 jiwa.
Lebih lanjut dikatakan Enoh, 303 jiwa mantan pengikut Gafatar itu akan berada di lokasi penampungan selama 9 hari. Setelah itu, mereka dikembalikan ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya, seluruh mantan pengikut Gafatar itu langsung diserahkan kepada pemerintah kabupaten kota tempat tinggal mereka masing-masing.
Saat Sumut Pos datang ke SPN Sampali, belum dibenarkan untuk melakukan peliputan. Namun diketahui jika mantan pengikut Gafatar di sana ada 9 KK dengan 35 jiwa. Disebutkan jika 35 orang mantan pengikut Gafatar itu tiba di SPN Sampali dengan bus Trans Mebidang. Dari 35 jiwa itu, disebutkan jika usia termuda adalah 2 tahun dan tertua 81 tahun.
“Untuk yang di sini, ada yang berasal dari Sunggal, Marelan, Martubung dan Mabar,” ungkap seorang Petugas di SPN Sampali yang enggan namanya disebut. (ted/bal/ain/adz)