BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Sering kesurupan saat hamil, seorang ibu muda melahirkan bayi perempuan tanpa batok kepala di RSU Ameta Sejahtera Jalan Titi Pahlawan Simpang Kantor, Kecamatan Medan Labuhan, Minggu (15/5).
Bayi malang itu anak pertama pasangan suami istri (pasutri), M Arifin (23) dan Elfina (19) warga Dusun 13 Desa Klumpang Kampung, Kecamatan Hamparan Perak.
M Arifin saat ditemui menuturkan, bayinya lahir sekira pukul 11.00 WIB, melalui operasi atau pembedahan. Namun, begitu dikeluarkan dari rahim istrinya, ternyata anak sulungnya tersebut memiliki kelainan atau tanpa tempurung kepala.
“Ini anak pertama kami. Tapi nasibnya terlahir tanpa batok kepala,” lirih Arifin. Saat ini, bayi tersebut masih dirawat di ruang inkubator ICU bagian anak RSU Ameta Sejahtera.
Menurut dia, selama mengandung tidak ada terjadi gejala-gejala apapun pada rahim istrinya. Bahkan, konsultasi kepada pihak medis spesialis kandungan rutin mereka lakukan.”Cuma istri saya sering mengalami keanehan seperti sering kesurupan selama hamil, itu saja. Kalau gejala yang lain tidak ada,” tuturnya.
Arifin menolak menceritakan lebih lanjut soal kesurupan yang dialami istrinya selama ini. Dia mengaku sudah ikhlas dengan kondisi bayi pertama mereka yang terlahir seperti itu. Bayi perempuan yang belum diberi nama tersebut, lahir dengan panjang 38 centimeter dan berat sekitar 1.5 kilogram. “Saya sudah ikhlas, kalaupun sampai terjadi sesuatu yang terburuk kami ikhlas menerimanya,” ungkap Arifin dengan mata berkaca-kaca.
Hingga berita ini dilansir, bayi perempuan itu masih mendapat perawatan intensif dari petugas medis rumah sakit. Hanya saja, pihak rumah sakit belum mengizinkan para awak media untuk mengambil gambar sang bayi. “Benar, di dalam ada banyak bayi yang sedang diobservasi karena terlahir tanpa tempurung kepala. Tapi, pihak luar dilarang masuk, takutnya membawa virus,” kata Rizki, petugas di RSU Ameta Sejahtera.
Rizki, belum berani memastikan nama penyakit yang menimpa pasiennya, hingga melahirkan seorang bayi tanpa memiliki batok kepala. Hanya saja, dari hasil diagnosa sementara, ini merupakan jenis penyakit anenchepalus. “Butuh diagnosis dokter ahli. Saya tidak punya kompetensi untuk menyebut nama jenis penyakit,” tuturnya.
Saat ini sang bayi masih menjalani proses observasi. Umumnya, peluang hidup dengan kondisi bayi terlahir seperti ini sangat kecil. Sebab, biasanya hanya bisa bertahan hidup dua sampai tiga hari.
“Peluang untuk hidup bayi dengan kondisi seperti ini sangat kecil. Dan, pada tahun 2016 kami baru satu kali menangani kasus bayi lahir tanpa batok kepala,” terang Rizki. (rul/deo)