26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

2017, Cetak Sejuta Orang Melek Alquran

Foto: Cecep Mulyana/Batam Pos Dua anak sedang membaca alquran di Masjid Agung Batamcenter, Senin (6/6). Pada bulan puasa warga biasa selalu memperbanyak membaca alquran karena pada bulan Ramadhan membaca alquran memiliki keutamaan bagi umat muslim.
Foto: Cecep Mulyana/Batam Pos
Dua anak sedang membaca alquran di Masjid Agung Batamcenter, Senin (6/6). Pada bulan puasa warga biasa selalu memperbanyak membaca alquran karena pada bulan Ramadhan membaca alquran memiliki keutamaan bagi umat muslim.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Wajar banyak orang Islam yang melakukan tindakan tercela di Indonesia. Pasalnya sebagian besar orang Islam di negeri ini ternyata belum bisa membaca Alquran. Padahal Alquran adalah sumber utama tuntutan hidup umat Islam.

Banyaknya umat Islam yang belum bisa membaca Alquran itu terungkap dalam diskusi Wakaf Alquran yang diselenggarakan Asia Pupl & Paper (APP) di Jakarta kemarin (6/6). General Manajer Corporate Affairs APP Sinar Mas Yuki Wardhana mengatakan, kebutuhan mushaf Alquran di Indonesia mencapai 2 juta eksemplar per tahun.

’’Sementara itu data BPS (Badan Pusat Statistik, red) 2015 menyebutkan 54 persen dari populasi umat Islam di Indonesia buta membaca Alquran,’’ tuturnya.

Dia menuturkan banyak sekali penyebab masih banyaknya umat muslim di Indonesia yang masih buta baca Alquran. Di antaranya adalah kebutuhan mushaf Alquran yang masih besar. Tidak perlu jauh-jauh, di Masjid Istiqlal saja sampai sekarang masih kekurangan mushaf Alquran. Menurut Yuki sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan swasta bisa dibangun untuk mengentaskan buta baca Alquran.

Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag Machasin tidak menampik bahwa jumlah umat muslim yang belum bisa membaca Alquran masih banyak. Namun dia menegaskan Kemenag secara resmi tidak pernah memiliki angka penyandang buta baca Alquran.

’’Data dari BPS itu juga perlu dilihat lagi, apakah ikut menyertakan anak-anak usia dini,’’ jelasnya. Menurutnya anak-anak usia dini jelas belum bisa membaca Alquran. Kalaupun ada, jumlahnya sangat sedikit. Menurut hitungannya, dari 54 persen orang Islam di Indonesia belum bisa membaca Alquran itu sepertiganya adalah usia anak-anak.

Meskipun begitu Machasin tidak memungkiri bahwa banyak juga umat muslim usia dewasa yang belum bisa membaca Alquran. Penyebabnya diantaranya adalah akses ke lembaga belajar Alquran tidak ada. Alasan berikutnya adalah, karena orangnya sendiri malas belajar membaca Alquran.

Mantan Kepala Balitbang Kemenag itu menjelaskan Kemenag tidak tinggal diam melihat fakta bahwa banyak umat Islam belum bisa membaca Alquran. Tahun depan dia menargetkan ada satu juta orang baru yang bisa membaca atau melek Alquran.

Untuk mewujudkan target itu, Kemenag akan mengerahkan 30 ribu penyuluh agama. Hambatan yang dialami Kemenag adalah keberadaan para penyuluh itu umumnya berada di daerah yang melek baca Alqurannya sudah tinggi. ’’Sementara populasi yang belum bisa membaca Alquran itu ada di pedalaman,’’ katanya.

Kemenag tidak bisa serta merta mendistribusikan para penyuluh itu ke pelosok tanah air. Sebab hanya 4.000 dari 30 ribuan penyuluh itu yang berstatus PNS dan siap ditugaskan kemanapun. Sedangkan sisanya adalah penyuluh honorer. (wan/jpg)

Foto: Cecep Mulyana/Batam Pos Dua anak sedang membaca alquran di Masjid Agung Batamcenter, Senin (6/6). Pada bulan puasa warga biasa selalu memperbanyak membaca alquran karena pada bulan Ramadhan membaca alquran memiliki keutamaan bagi umat muslim.
Foto: Cecep Mulyana/Batam Pos
Dua anak sedang membaca alquran di Masjid Agung Batamcenter, Senin (6/6). Pada bulan puasa warga biasa selalu memperbanyak membaca alquran karena pada bulan Ramadhan membaca alquran memiliki keutamaan bagi umat muslim.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Wajar banyak orang Islam yang melakukan tindakan tercela di Indonesia. Pasalnya sebagian besar orang Islam di negeri ini ternyata belum bisa membaca Alquran. Padahal Alquran adalah sumber utama tuntutan hidup umat Islam.

Banyaknya umat Islam yang belum bisa membaca Alquran itu terungkap dalam diskusi Wakaf Alquran yang diselenggarakan Asia Pupl & Paper (APP) di Jakarta kemarin (6/6). General Manajer Corporate Affairs APP Sinar Mas Yuki Wardhana mengatakan, kebutuhan mushaf Alquran di Indonesia mencapai 2 juta eksemplar per tahun.

’’Sementara itu data BPS (Badan Pusat Statistik, red) 2015 menyebutkan 54 persen dari populasi umat Islam di Indonesia buta membaca Alquran,’’ tuturnya.

Dia menuturkan banyak sekali penyebab masih banyaknya umat muslim di Indonesia yang masih buta baca Alquran. Di antaranya adalah kebutuhan mushaf Alquran yang masih besar. Tidak perlu jauh-jauh, di Masjid Istiqlal saja sampai sekarang masih kekurangan mushaf Alquran. Menurut Yuki sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan swasta bisa dibangun untuk mengentaskan buta baca Alquran.

Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag Machasin tidak menampik bahwa jumlah umat muslim yang belum bisa membaca Alquran masih banyak. Namun dia menegaskan Kemenag secara resmi tidak pernah memiliki angka penyandang buta baca Alquran.

’’Data dari BPS itu juga perlu dilihat lagi, apakah ikut menyertakan anak-anak usia dini,’’ jelasnya. Menurutnya anak-anak usia dini jelas belum bisa membaca Alquran. Kalaupun ada, jumlahnya sangat sedikit. Menurut hitungannya, dari 54 persen orang Islam di Indonesia belum bisa membaca Alquran itu sepertiganya adalah usia anak-anak.

Meskipun begitu Machasin tidak memungkiri bahwa banyak juga umat muslim usia dewasa yang belum bisa membaca Alquran. Penyebabnya diantaranya adalah akses ke lembaga belajar Alquran tidak ada. Alasan berikutnya adalah, karena orangnya sendiri malas belajar membaca Alquran.

Mantan Kepala Balitbang Kemenag itu menjelaskan Kemenag tidak tinggal diam melihat fakta bahwa banyak umat Islam belum bisa membaca Alquran. Tahun depan dia menargetkan ada satu juta orang baru yang bisa membaca atau melek Alquran.

Untuk mewujudkan target itu, Kemenag akan mengerahkan 30 ribu penyuluh agama. Hambatan yang dialami Kemenag adalah keberadaan para penyuluh itu umumnya berada di daerah yang melek baca Alqurannya sudah tinggi. ’’Sementara populasi yang belum bisa membaca Alquran itu ada di pedalaman,’’ katanya.

Kemenag tidak bisa serta merta mendistribusikan para penyuluh itu ke pelosok tanah air. Sebab hanya 4.000 dari 30 ribuan penyuluh itu yang berstatus PNS dan siap ditugaskan kemanapun. Sedangkan sisanya adalah penyuluh honorer. (wan/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/