TOULOUSE, SUMUTPOS.CO – Sudah 32 tahun lamanya Belgia menantikan momen ini. Lolos ke perempat final sudah menjadi impian De Rode Duivels – julukan Belgia – sejak kali terakhir menjejakkan kakinya pada laga final Euro di Olimpico, Roma, 1980 silam. Hanya satu yang harus dilakukan Belgia supaya mengulangi pencapaian itu.
Yakni mengamankan jalannya menuju final di Stade de France, Saint-Denis, 11 Juli mendatang. Nah, di Stade Pierre-Mauroy, Lille, 2 Juli dini hari WIB asa negara yang berperingkat 2 FIFA itu bakal digantungkan. Dan, Wales yang akan menjadi penentu mimpi panjang negara tetangga Prancis tersebut. ”Kami sudah tidak sabar melawan (Gareth) Bale,” koar Hazard, dikutip dari Football24.
Ya, meredam Bale. Itulah misi yang harus dilakukan Hazard dan rekan-rekannya di Belgia. Jika Bale berhasil diredam, maka tinggal sedikit lagi jalan menuju final terbentang di depannya. Setidaknya, dengan peningkatan performa Belgia setelah dikalahkan Italia dua gol tanpa balas di matchday pertama (14/6) fase grup E lalu bisa menjadi kuncinya.
Termasuk ketika berhasil menghancurkan tim sekelas Hungaria dalam fase 16 Besar di Stadium Municipal, Toulouse, Senin dini hari kemarin WIB (27/6). Tidak tanggung-tanggung, Magical Magyar – julukan Hungaria – digunduli dengan empat gol tanpa balas. Jangan hanya berterima kasih ke Kevin De Bruyne.
De Bruyne memang menciptakan dua kali assist untuk gol Toby Alderweireld dan Eden Hazard masing-masing pada menit ke-10 dan 79. Sedangkan, gol Mitchi Batsuayi terjadi setelah mendapatkan assist dari Hazard pada menit ke-78. Radja Nainggolan punya peran di balik terjadinya gol pemungkas Belgia pada menit ke-90+1, atas nama Yannick-Ferreira Carrasco.
Akan tetapi, ada sisi lain yang bisa menjadi penambah motivasi Belgia supaya bisa mengisolasi Welsh Wizard – julukan Bale. Sisi positif tersebut ada dari catatan cleansheet tim perempat finalis Piala Dunia 2014 itu. Termasuk nihil kebobolan kontra Hungaria kemarin, overall Belgia sudah cleansheet di tiga laga beruntun.
Hanya kalah satu kali cleansheet dari Jerman. Bedanya, defense Belgia lebih banyak mendapat serangan dibandingkan dengan defense Jerman. Sejak fase grup, 50 kali tembakan yang menghujam ke defense Belgia. Atau, rata-rata per pertandingan bisa terjadi 12,5 kali tembakan ke arah gawang Thibaut Courtois. Dengan angka itu, hanya dua gol yang lolos.
Bandingkan dengan Jerman yang jumlah ancamannya tidak sampai separo dari ancaman lawan-lawan Belgia. Hanya 21 kali tembakan yang mengarah ke defense Jerman, atau 5,25 kali per laga rerata tembakannya. Lebih sedikit bukan? ”Semua sudah tahu, Wales adalah tim yang paling berbahaya. Tidak hanya karena Bale, tapi semua pemainnya,” kata trainer Belgia, Marc Wilmots, seperti dikutip Reuters.
”Yang saya ingat, mereka pernah mengalahkan kami di masa lalu, karena ketika itu mereka bisa bermain dengan kedalaman. Dan saya yakin sekarang mereka sudah berbeda seperti yang dulu pernah kami hadapi. Secara taktikal kami sudah menyiapkan semuanya,” tutur pelatih yang berusia 47 tahun itu.
Wilmots masih ketar-ketir dengan Wales. Pasalnya, kedua tim ini pernah bersua saat kualifikasi Euro 2016 lalu. Dua kali bentrok, dua kali pulalah Belgia tidak mampu memetik kemenangan. Bahkan di Cardiff, Belgia takluk di tangan Wales lewat gol Bale. Sedangkan di Brussel, tanpa Bale saja Belgia hanya mampu berimbang tanpa gol.