SAINT DENIS, SUMUTPOS.CO – Marcelo Lippi pasti tidak terpikir untuk ikut menendang bola yang datang kepadanya. Cesare Prandelli pun tidak akan sampai melompat ke atas bench untuk merayakan sebuah kemenangan besar. Namun, itulah yang dilakukan seorang Antonio Conte setelah membawa Italia lolos ke fase perempat final Euro 2016, kemarin WIB.
Silahkan Anda menyebut Conte pelatih yang gila. Tapi, jangan lupakan kejeniusannya di dalam meramu strategi jitu Gli Azzurri – julukan Italia – selama Euro 2016 ini. Dengan kejeniusannya, Italia yang sejak awal tidak diperhitungkan sebagai kandidat pemilik trofi Henry Delaunay tahun ini mampu bertransformasi sebagai penakluk raksasa.
Gianluigi Buffon dkk hanya diunggulkan di urutan keenam. Tetapi, Conte dan kegilaannya itu mampu membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di sepak bola. Buktinya, hingga saat ini belum ada satu pun negara yang berstatus sebagai unggulan juara Euro 2016 mampu mengganjal langkah Italia.
Belgia? Lebih diunggulkan menguasai podium juara Stade de France, Saint-Denis, 11 Juli dini hari nanti WIB, Belgia malah bertekuk lutut dalam pertandingan pertama fase grup E di Parc Olympique Lyonnais, Lyon, 14 Juni dini hari WIB. Selasa dini hari kemarin WIB (28/6), ganti Spanyol sebagai tim juara bertahan yang juga pemilik urutan ketiga dalam bursa juara Euro 2016 dipaksa untuk bertekuk lutut.
Di Stade de France, La Furia Roja – julukan Spanyol – kehilangan mimpinya meraih hattrick juara Euro setelah kalah dua gol tanpa balas. So, sebutlah Conte sebagai Il Genio Pazzo, atau Si Jenius yang Gila.
Adalah Giorgio Chiellini dan Graziano Pelle yang menjadi penentu lolosnya Italia dalam babak perempat final. Chiellini dengan golnya pada menit ke-33, yang diakumulasikan Pelle satu menit injury time. Dan, kedua gol tersebut mengantarkan Italia untuk menjemput tim kandidat kuat juara Euro 2016 lainnya, Jerman.
“Kami sama-sama tim besar. Jerman sejak awal sudah difavoritkan. Kami masih ingat ketika di bulan Maret lalu mereka bisa mengalahkan kami (dalam laga uji coba). Karenanya, kami butuh sesuatu yang luar biasa di Bordeaux, lebih dari apa yang kami lakukan hari ini,” ucap Chiellini, saat wawancara dengan RAI Sport.
Ya, dalam laga uji coba di Allianz Arena, Muenchen, 30 Maret lalu, Die Mannschaft – julukan Jerman – menghancurkan Italia 4-1. Kekalahan terbesar Italia atas negara yang sudah pernah tiga kali menjuarai Euro itu. “Dan kami ingin semua orang melupakannya,” kata Conte, sebagaimana dikutip di Goal.
Italia kini memang beda dengan Italia di Allianz. Dari 17 pemain yang diturunkan Conte, 64,7 persen di antaranya atau 11 pemain kini dibawa Conte ke Euro. Berbicara terkait dengan kemenangan atas Spanyol, pelatih yang mengawali karir kepelatihannya di Arezzo satu dekade lalu itu pun menilai tidak mudah.
Lupakan rekor 19 kali cleansheet Italia dalam sejarah Euro. Lupakan pula efektifnya serangan Italia ke gawang David De Gea yang mencapai 63 persen. “Ini hari yang melelahkan. Karenanya, kami membutuhkan upaya sebesar kapal Titanic dari segala perspektif ketika menghadapi Jerman,” ungkap pelatih yang sudah hampir dua tahun menangani Italia itu.