JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Demam Pokemon Go ternyata sudah merasuk ke DPR. Saat ini, sedikitnya ada dua anggota DPR yang sudah mengunduh game tersebut, yaitu Tantowi Yahya dan Deding Ishak. Namun, dua politisi Partai Golkar ini berkelit. Mereka mengklaim, mengunduh game tersebut hanya untuk meneliti.
Tantowi terus terang sudah mengunduh game di telepon genggamnya sejak beberapa hari lalu. Tujuannya bukan untuk main, tapi hanya untuk mencari tahu lokasi penyedia aplikasi menempatkan para monster pokemon yang bisa ditangkap gamers.
“Ya, saya unduh. Kalau nggak, mana saya tahu itu bisa main di mana-mana? Saya ada game itu hanya untuk ingin tahu,” ucapnya kepada wartawan yang menanyainya di Gedung DPR, kemarin.
Saat dicecar lebih lanjut, Tantowi tetap mengaku bahwa dirinya mengunduh bukan untuk memainkan game tersebut. Dia hanya ingin mengetahui seluk beluk game yang menggunakan aplikasi global positioning system (GPS). “Ingin tahu saja,” cetusnya.
Sebagai anggota Komisi I DPR, komisi yang membidangi pertahanan, Tantowi merasa perlu tahu cara main game itu. Pengetahuan itulah yang nantinya digunakan dalam rapat dengan Menkominfo Rudiantara untuk membahas game itu.
Pengakuan serupa disampaikan Deding Ishak. Wakil Ketua Komisi VIII DPR ini mengaku telah meminta bantuan stafnya untuk mengunduh game itu di ponselnya.
“Saya unduh untuk mengetahui cara kerjanya,” kilahnya.
Deding mengaku belum memainkan game itu. Dia justru heran dengan sikap orang yang sudah kecanduan game itu, sampai harus keluar malam-malam untuk mencari dan menangkap monster Pokemon.
Dari fakta itu, dia pun menyimpulkan bahwa Pokemon Go banyak menimbulkan keburukan. Anak-anak yang seharusnya belajar di waktu malam malah keluyuran. Orang dewasa yang seharusnya kerja juga malah kelayaban.
“Banyak juga orang yang harusnya bekerja, malah keliling nyari Pokemon. Bahkan, ada juga orang yang berkelahi gara-gara rebutan Pokemon,” cetusnya.
Dari berita yang dibacanya, di kawasan Gedung DPR juga banyak monster Pokemon. Kondisi itu harus disikapi, karena bisa mengganggu suasana sidang DPR. “Jangan-jangan, nanti ada Pokemon di ruang sidang dan ada orang yang mengejar. Kan bisa merusak suasana rapat,” cetusnya.
Atas mewabahnya game ini, dalam waktu dekat DPR bakal memanggil Menkominfo untuk rapat bersama. “Kami ada rencana undang Menkominfo sebelum reses nanti,” ucap Tantowi.
Menurut Tantowi, penggunaan GPS dalam permainan itu dapat membuka rahasia negara dan kemudian disalahgunakan pihak-pihak tertentu. Sebab, penyedia aplikasi dengan sengaja menempatkan para monster pokemon di gedung-gedung strategis, termasuk di Gedung DPR.
“GPS kan buat dia masuk ke mana-mana. Kita harus buat tegas dan kritis, apakah peralatan ini dibuat penciptanya untuk maksud tertentu. Dia kan dibebaskan,” ucapnya.
Namun, dalam rapat nanti, materi yang akan dibahas bukan masalah Pokemon Go saja. Komisi I juga akan membahas masalah-masalah terkini di bidang teknologi informasi.
“Banyak (agenda) seperti UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik), penyiaran. Jadi, jangan diberitakan Komisi I panggil Kominfo hanya bahas pokemon,” cetusnya.
Di pihak Menkominfo, ternyata belum membahas game ini. Rudiantara malah menganggap wajar jika Pokemon Go digandrungi banyak pihak. “Namanya juga game, ya seperti permainan yang menimbulkan rasa fun bagi yang memainkannya. Itu tidak ada batas usia, dari anak-anak hingga dewasa bisa melakukannya,” ucapnya, Jumat lalu.
Rudi hanya mewanti-wanti kepada para pemain Pokemon Go untuk tidak melupakan keselamatan saat bermain. Sebab, di Amerika Serikat dilaporkan ada pengemudi mobil menabrak pohon lantaran sibuk mencari pokemon. (rmol/jpnn)