26 C
Medan
Friday, December 5, 2025

Hercules Jatuh Itu Dibeli dari AU Australia

Foto: Ginting/Cendrwawasih Pos/JPNN Tim Evakuasi melakukan evakuasi terhadap jenazah korban jatuhnya pesawat Hercules A1344 di Perbukitan Lisuwa, Kampung Minimo Distrik Asolokobal, Kabupaten Jayawijaya, Minggu (18/12/2016).
Foto: Ginting/Cendrwawasih Pos/JPNN
Tim Evakuasi melakukan evakuasi terhadap jenazah korban jatuhnya pesawat Hercules A1344 di Perbukitan Lisuwa, Kampung Minimo Distrik Asolokobal, Kabupaten Jayawijaya, Minggu (18/12/2016).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dunia penerbangan kembali berduka. Sebuah pesawat Hercules C-130 nomor registrasi A-1334 milik TNI AU jatuh dan hancur di Gunung Lisuwa, Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya. Sebanyak 12 kru pesawat dan seorang penumpang dinas TNI AU gugur dalam insiden yang terjadi pukul 06.09 WIT, Minggu (18/12).

Insiden tersebut menambah daftar panjang kecelakaan udara di lingkungan TNI dan Polri. Sebelumnya, pesawat M28 Skytruck milik Polri mengalami kecelakaan di perairan Lingga, Kepulauan Riau pada Sabtu (3/12). Sebanyak 13 personel polisi tewas. Setahun lalu, pesawat Hercules C-130 milik TNI AU juga jatuh dan terbakar di permukiman penduduk di Jalan Jamin Ginting, Medan.

Wakil Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja menyatakan, hasil investigasi sementara faktor cuaca menjadi penyebab utama jatuhnya pesawat Hercules di Papua. Pesawat bekas yang dibeli dari Angkatan Udara Australia (Royal Australian Air Force/RAAF) pada Februari lalu itu diperkirakan menghantam bukit sebelum akhirnya hancur.

Perwira TNI dengan tiga bintang di pundak itu menerangkan pesawat yang dipiloti Mayor Pnb Marlon A. Kawer tersebut lepas landas (take off) dari Lanud Timika Papua pukul 05.35 WIT. Pada pukul 06.02 WIT, penerbang sempat melakukan kontak melalui radio dengan petugas air traffic control (ATC) di Bandara Wamena. Penerbang melaporkan kondisi ujung landasan pacu (runway) di koordinat 15 kurang baik lantaran tertutup kabut.

Di saat bersamaan, diputuskan pendaratan berpindah dari semula di ujung runway 15 berubah di ujung landasan koordinat 33. Kedua koordinat tersebut berada di satu runway yang posisinya melintang tenggara-barat laut. Pada pukul 06.08 WIT, pesawat yang juga mengangkut semen dan sembako itu sempat terpantau secara kasat mata oleh petugas di menara kontrol bandara di downwind ujung runway 33.

”Jadi, kalau Wamena itu koordinat runway 15 dan 33,” jelasnya saat konferensi pers di kompleks Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, kemarin (18/12).

Selang satu menit dari pantauan visual itu, panggilan petugas ATC bandara ke pesawat tersebut tidak terjawab (lost contact). Di saat bersamaan, terdengar suara ledakan di Pugima, Distrik Minimo yang berjarak 4,5 kilometer dari bandara.

Dalam misi penerbangan itu pesawat A-1334 diawaki oleh 12 crew. Yakni Mayor Pnb Marlon Kawer (pilot), Kapten Pnb J Hotlan F Saragih (co-pilot), Lettu Nav Arif Fajar Prayogi (navigator), Lettu Pnb Hanggo Fitradhi (penerbang-2), Peltu Lukman Hakim (juru radio udara), Peltu Suyata (juru mesin udara-1), Pelda Agung S (load master-2), Serma Fatoni (load master-2), dan Serda Suyanto (load master). Dari laporan sementara belum ada korban penumpang sipil maupun milter atau TNI lainnya.

Diperkirakan, pada pukul 06.09 WIT pesawat Hercules C-130 yang sedang melaksanakan misi navigation exercise (navex) dan dukungan distribusi logistik untuk Pemda Papua (civic mission) itu mengalami insiden nahas. Pesawat kemungkinan terbang terlalu rendah sehingga menabrak bukit yang tertutup awan tebal. ”Kemungkinan di dalam awan ada bukit bisa saja terjadi,” bebernya.

Hadiyan memperkirakan kondisi cuaca di perbukitan Wamena yang saat itu berawan tebal sangat mungkin menghalangi pandangan penerbang. Prediksi itu sesuai dengan laporan kondisi ujung runway koordinat 15 yang berkabut. Pesawat yang hendak landing dari ujung landasan di koordinat 33 itu pun diduga kuat menghantam bukit di Gunung Lisuwa yang letaknya di tenggara Bandara Wamena.

Diakuinya, Wamena menjadi jalur penerbangan “spesial” bagi para pilot pesawat Hercules dan Fokker. Pun, setiap pesawat harus diawaki penerbang dan kru berpengalaman sebelum melaksanakan misi menuju bandara itu. ”Semua pilot (Hercules dan Fokker) harus bisa mengoperasikan pesawat di daerah Wamena,” tuturnya.

Foto: Ginting/Cendrwawasih Pos/JPNN Tim Evakuasi melakukan evakuasi terhadap jenazah korban jatuhnya pesawat Hercules A1344 di Perbukitan Lisuwa, Kampung Minimo Distrik Asolokobal, Kabupaten Jayawijaya, Minggu (18/12/2016).
Foto: Ginting/Cendrwawasih Pos/JPNN
Tim Evakuasi melakukan evakuasi terhadap jenazah korban jatuhnya pesawat Hercules A1344 di Perbukitan Lisuwa, Kampung Minimo Distrik Asolokobal, Kabupaten Jayawijaya, Minggu (18/12/2016).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dunia penerbangan kembali berduka. Sebuah pesawat Hercules C-130 nomor registrasi A-1334 milik TNI AU jatuh dan hancur di Gunung Lisuwa, Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya. Sebanyak 12 kru pesawat dan seorang penumpang dinas TNI AU gugur dalam insiden yang terjadi pukul 06.09 WIT, Minggu (18/12).

Insiden tersebut menambah daftar panjang kecelakaan udara di lingkungan TNI dan Polri. Sebelumnya, pesawat M28 Skytruck milik Polri mengalami kecelakaan di perairan Lingga, Kepulauan Riau pada Sabtu (3/12). Sebanyak 13 personel polisi tewas. Setahun lalu, pesawat Hercules C-130 milik TNI AU juga jatuh dan terbakar di permukiman penduduk di Jalan Jamin Ginting, Medan.

Wakil Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja menyatakan, hasil investigasi sementara faktor cuaca menjadi penyebab utama jatuhnya pesawat Hercules di Papua. Pesawat bekas yang dibeli dari Angkatan Udara Australia (Royal Australian Air Force/RAAF) pada Februari lalu itu diperkirakan menghantam bukit sebelum akhirnya hancur.

Perwira TNI dengan tiga bintang di pundak itu menerangkan pesawat yang dipiloti Mayor Pnb Marlon A. Kawer tersebut lepas landas (take off) dari Lanud Timika Papua pukul 05.35 WIT. Pada pukul 06.02 WIT, penerbang sempat melakukan kontak melalui radio dengan petugas air traffic control (ATC) di Bandara Wamena. Penerbang melaporkan kondisi ujung landasan pacu (runway) di koordinat 15 kurang baik lantaran tertutup kabut.

Di saat bersamaan, diputuskan pendaratan berpindah dari semula di ujung runway 15 berubah di ujung landasan koordinat 33. Kedua koordinat tersebut berada di satu runway yang posisinya melintang tenggara-barat laut. Pada pukul 06.08 WIT, pesawat yang juga mengangkut semen dan sembako itu sempat terpantau secara kasat mata oleh petugas di menara kontrol bandara di downwind ujung runway 33.

”Jadi, kalau Wamena itu koordinat runway 15 dan 33,” jelasnya saat konferensi pers di kompleks Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, kemarin (18/12).

Selang satu menit dari pantauan visual itu, panggilan petugas ATC bandara ke pesawat tersebut tidak terjawab (lost contact). Di saat bersamaan, terdengar suara ledakan di Pugima, Distrik Minimo yang berjarak 4,5 kilometer dari bandara.

Dalam misi penerbangan itu pesawat A-1334 diawaki oleh 12 crew. Yakni Mayor Pnb Marlon Kawer (pilot), Kapten Pnb J Hotlan F Saragih (co-pilot), Lettu Nav Arif Fajar Prayogi (navigator), Lettu Pnb Hanggo Fitradhi (penerbang-2), Peltu Lukman Hakim (juru radio udara), Peltu Suyata (juru mesin udara-1), Pelda Agung S (load master-2), Serma Fatoni (load master-2), dan Serda Suyanto (load master). Dari laporan sementara belum ada korban penumpang sipil maupun milter atau TNI lainnya.

Diperkirakan, pada pukul 06.09 WIT pesawat Hercules C-130 yang sedang melaksanakan misi navigation exercise (navex) dan dukungan distribusi logistik untuk Pemda Papua (civic mission) itu mengalami insiden nahas. Pesawat kemungkinan terbang terlalu rendah sehingga menabrak bukit yang tertutup awan tebal. ”Kemungkinan di dalam awan ada bukit bisa saja terjadi,” bebernya.

Hadiyan memperkirakan kondisi cuaca di perbukitan Wamena yang saat itu berawan tebal sangat mungkin menghalangi pandangan penerbang. Prediksi itu sesuai dengan laporan kondisi ujung runway koordinat 15 yang berkabut. Pesawat yang hendak landing dari ujung landasan di koordinat 33 itu pun diduga kuat menghantam bukit di Gunung Lisuwa yang letaknya di tenggara Bandara Wamena.

Diakuinya, Wamena menjadi jalur penerbangan “spesial” bagi para pilot pesawat Hercules dan Fokker. Pun, setiap pesawat harus diawaki penerbang dan kru berpengalaman sebelum melaksanakan misi menuju bandara itu. ”Semua pilot (Hercules dan Fokker) harus bisa mengoperasikan pesawat di daerah Wamena,” tuturnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru