JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK mengatakan, hubungan panas antara militer Indonesia dan Australia sudah bisa diselesaikan dengan baik. JK tidak yakin persoalan tersebut merupakan kebijakan atau sikap pemerintah Australia secara nasional.
”Mungkin hanya lokal aja, mungkin hanya di tingkat apalah,” ungkap JK, kemarin.
Masalah yang sempat memanas itu dipicu oleh pengajaran bahasa kepada militer di Australia Barat. Muncul dugaan penghinaan pada ideologi pancasila, masalah Papua, serta mengungkit masa lalu militer Indonesia.
JK menuturkan pada prinsipnya semua negara harus saling menghormati. Tapi, bila prinsip itu dilanggar tentu harus ada tindakan nyata. Dia pun menilai reaksi protes dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo wajar dan sangat masuk akal.
”Begitu ada hal hal yang menurut pandangan kita tidak pantas, tentu kita pemerintah harus bereaksi,” tegas pria berdarah Bugis itu.
Mengenai permintaan maaf dari Australia, JK memandang itu sebagai langkah yang patut dihargai. Dia menyebut tidak mudah suatu negara menyampaikan permintaan maafnya.
”Semuanya sepaham bahwa ini harus ada follow up setelah itu,” imbuh dia.
Sementara itu, pengamat militer Wawan Purwanto menjelaskan, langkah yang diambil oleh militer Indonesia sudah tepat. ’’Karena merupakan simbol negara, maka ini menjadi persoalan,” ujarnya kemarin. Apalagi, sebenarnya bukan kali ini saja Australia menyinggung Indonesia meski tidak dalam konteks militer.
Sudah sejak lama, hubungan Indonesia dan Australia mengalami pasang surut. Tidak sedikit insiden yang mengesankan Australia meledek Indonesia, sejak Timor-Timur masih menjadi wilayah Indonesia.
”Apalagi jelang pemilu, perdana menteri yang bersaing selalu menjadikan Indonesia sebagai objek kampanye,” lanjut pria kelahiran Kudus, Jateng, itu.
Insiden tersebut diharapkan bisa berdampak baik ke depan bagi kedua negara. ’’Ini ada bagusnya juga, biar sama-sama menghargai lah,’’ tuturnya.
Disampaikan, protes yang dilayangkan Indonesia merupakan sebuah shock therapy agar militer Australia tidak mengulangi lagi perbuatannya. Insiden kali ini menjadi akumulasi, dan sudah mencapai tahap yang membuat Indonesia harus menyampaikan protes. (jun/jpg/yaa)