WARSAWA, SUMUTPOS.CO -Hanya dalam waktu sekitar 24 jam, enam orang meninggal dunia karena tidak kuat menahan temperatur superdingin yang menyelimuti Polandia, Selasa (10/1).
Pemerintah pun mengimbau seluruh warga mengunci diri di dalam rumah demi menghindari serangan hipotermia. Sejak November, negara berpenduduk sekitar 38 juta jiwa itu memang harus bertahan dalam kepungan hawa superdingin.
Di sejumlah wilayah, suhu udara bisa mencapai minus 20 derajat Celsius, seperti yang terjadi kemarin. Nyaris tidak ada pemandangan lain yang terlihat di permukiman warga atau jalan raya, kecuali hamparan putih salju dan lapisan es. Total, hingga saat ini 71 penduduk Polandia kehilangan nyawa gara-gara hipotermia.
“Jumlah korban tewas dalam waktu 24 jam terakhir mencapai enam orang,” terang badan keamanan nasional dalam pernyataan tertulisnya.
Sebagian besar korban adalah para tunawisma yang tidak punya tempat berlindung. Karena itu, pemerintah menugaskan polisi untuk menyusuri jalanan dan menolong para gelandangan.
Hawa superdingin juga memaksa masyarakat untuk menyalakan perapian atau alat penghangat modern agar tetap merasa nyaman. Dampaknya, tingkat polusi udara di seantero Polandia meningkat sepanjang musim dingin ini. Sebab, sebagian besar warga masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama penghangat ruangan. Kayu yang dibakar di perapian juga menyumbangkan polusi yang signifikan.
”Kami mengimbau anak-anak dan kaum lanjut usia untuk tidak meninggalkan rumah atau beraktivitas di luar ruangan karena tingkat polusi udara yang tinggi,” tulis pemerintah dalam surat imbauannya.
Sedangkan mereka yang terpaksa berada di luar rumah karena tuntutan pekerjaan diwajibkan memakai perlengkapan musim dingin. Mereka juga harus ekstrawaspada karena temperatur bisa mendadak turun drastis. (afp/reuters/hep/c11/any/jpnn)
WARSAWA, SUMUTPOS.CO -Hanya dalam waktu sekitar 24 jam, enam orang meninggal dunia karena tidak kuat menahan temperatur superdingin yang menyelimuti Polandia, Selasa (10/1).
Pemerintah pun mengimbau seluruh warga mengunci diri di dalam rumah demi menghindari serangan hipotermia. Sejak November, negara berpenduduk sekitar 38 juta jiwa itu memang harus bertahan dalam kepungan hawa superdingin.
Di sejumlah wilayah, suhu udara bisa mencapai minus 20 derajat Celsius, seperti yang terjadi kemarin. Nyaris tidak ada pemandangan lain yang terlihat di permukiman warga atau jalan raya, kecuali hamparan putih salju dan lapisan es. Total, hingga saat ini 71 penduduk Polandia kehilangan nyawa gara-gara hipotermia.
“Jumlah korban tewas dalam waktu 24 jam terakhir mencapai enam orang,” terang badan keamanan nasional dalam pernyataan tertulisnya.
Sebagian besar korban adalah para tunawisma yang tidak punya tempat berlindung. Karena itu, pemerintah menugaskan polisi untuk menyusuri jalanan dan menolong para gelandangan.
Hawa superdingin juga memaksa masyarakat untuk menyalakan perapian atau alat penghangat modern agar tetap merasa nyaman. Dampaknya, tingkat polusi udara di seantero Polandia meningkat sepanjang musim dingin ini. Sebab, sebagian besar warga masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama penghangat ruangan. Kayu yang dibakar di perapian juga menyumbangkan polusi yang signifikan.
”Kami mengimbau anak-anak dan kaum lanjut usia untuk tidak meninggalkan rumah atau beraktivitas di luar ruangan karena tingkat polusi udara yang tinggi,” tulis pemerintah dalam surat imbauannya.
Sedangkan mereka yang terpaksa berada di luar rumah karena tuntutan pekerjaan diwajibkan memakai perlengkapan musim dingin. Mereka juga harus ekstrawaspada karena temperatur bisa mendadak turun drastis. (afp/reuters/hep/c11/any/jpnn)