JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Penggunaan narkotika di kalangan pilot kian mengkhawatirkan. Setelah kasus Pilot Citilink Tekad Purna, kemarin Badan Nasional Narkotika (BNN) menemukan ada dua pilot asing berinisial BH warga negara Belanda dan DE asal Brasil positif morfin dalam tes urine di Bandara Tunggul Wulung, Cilacap.
Kepala Humas BNN Slamet Pribadi menuturkan, keduanya sedang dalam pemeriksaan laboratorium di BNN. Pemeriksaan itu dilakukan untuk memastikan kembali hasil tes yang dilakukan sebelumnya. ”Jadi dua kali tes,” tuturnya ditemui di kantor BNN, Rabu (11/1).
Tes kali pertama itu dilakukan saat BNN Cilacap melakukan razia tes urine secara acak pada awak pesawat di Bandara Tunggul Wulung. Saat itu, kedua pilot baru saja landing di bandara tersebut. ”Ya, mereka baru saja terbang,” tuturnya.
Sebenarnya, kedua pilot dari maskapai Susi Air itu sempat menolak untuk dites urine. Tidak diketahui penolakan itu dikarenakan apa. ”Tapi, akhirnya saat sudah dibicarakan dengan kepala bandara, mereka bersedia tes urine oleh petugas,” ungkapnya.
Saat tes urine itu dilakukan, hasilnya keduanya positif narkotika jenis morfin. Namun, petugas dari BNN Cilacap ragu dengan hasil tersebut. Mereka khawatir kalau alat yang digunakannya mengalami error. ”Karena itu diputuskanlah untuk tes laboratorium kedua pilot di BNN,” terangnya.
Keraguan petugas makin besar karena kedua pilot itu mengkonsumsi obat dengan resep dokter. Sehingga, bisa jadi obat tersebut yang mempengaruhi hasilnya. ”Tapi semua itu dicek kembali,” paparnya.
Tes laboratorium ini akan dilakukan menyeluruh, urine, darah hingga rambut. Biasanya, hasil laboratorium ini sudah selesai dalam tiga hari. ”Yang pasti hasil dari tes laboratorium itu akan lebih akurat dibanding tes urine saja,” paparnya.
Apa dampaknya penggunaan morfin bisa mempengaruhi kinerja pilot? Dia mengaku tidak mengetahuinya. Tapi, semua narkotika itu buruk bila dikonsumsi karena menimbulkan halusinasi dan kecanduan. ”Saya tidak mengetahui pastinya, tapi narkotika dampaknya buruk,” jelasnya.