JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Perayaan ulang tahun ke-70 Megawati Soekarno Putri terasa berbeda. Dia mengelar teater kebangsaan berjudul Tripilaka di Taman Ismail Marzuki (TIM), Senin (23/1). Di penghujung pagelaran, Mega mendapatkan kado buku berjudul Bukan Media Darling Biasa yang ditulis 23 wartawan dan mantan wartawan.
Semenjak pukul 14.00, Teater Jakarta TIM sudah ramai. Menteri kabinet kerja datang silih berganti. Seperti Mendagri Tjahjo Kumolo, Menkumham Yasonna Laoly, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, dan Menkopolhukam Wiranto. Menyusul kemudian Menteri koordiantor bidang pembangunan manusia dan kebudayaan Puan Maharani. Sekitar pukul 14.30, Presiden Joko Widodo masuk ke dalam gedung.
Megawati tidak langsung duduk menonton teater yang disutradarai Agus Noor. Dia memberikan sambutan terlebih dahulu di atas panggung ditemani aktor watak Butet Kertaradjasa.
”Saya terima kasih sekali undangan penuh. Beruntung kalau saya pensiun. Saya terus jadi produser. Pasti laku keras, Ini percobaan saja sudah segini,” kata Mega. Tepuk tangan dan tawa hadiri menggema di gedung berkapasitas 1.200 tempat duduk yang nyaris penuh itu.
Dalam undangan disebutkan pula acara itu dalam rangka tertawa bersama ibu mega (07 tahun). Ada alasan tersendiri Mega menggunakan 07, bukan 70. ”Biar seperti 007. James bond. Karena saya paling seneng film James Bond,” ujar dia.
Putri proklamator Soekarno itu menuturkan selama ini dia sudah berkecimpung lama di panggung politik. Presiden ke-5 itu ingin pula berkiprah di panggung kebudayaan. Dia ingin membuat para koleganya bisa meregangkan otot. ”Kelihatan serius terus saya bikin ketawa aja deh,” ujar Mega.
Lakon Tripilaka menceritakan tentang seorang raja yang diperankan Butet sedang sakit parah. Kesembuhan sang raja hanya bisa dipulihkan dengan tiga air suci alias tripilaka. Maka, diperintahkanlah dua pangeran yang dimainkan komedian Cak Lontong dan Insan Nur Akbar untuk mencari air suci itu. Mereka mengembara ke Sumatera Barat, Papua, hingga ke tanah Jawa. Sepanjang cerita dipenuhi sindiran, kritik sosial, dan tampilan tarian dari berbagai daerah.
Tawa mendera hampir sepanjang lakon selama tiga jam itu. Aksi kocak Cak Lontong dan Akbar membuat penonton terpingkal-pingkal. Misalnya saat beradu akting dengan trio Guyonan Ala Mataram (Gareng Rakasiwi, Wisben, dan Marsudi). ”Kenapa ular tidak punya kaki?” tanya cak lontong. ”Karena sesuai DNAnya memang tidak punya,” jawab Gareng. Tentu bukan itu jawaban yang diminta.
”Kenapa ular tidak punya kaki? Karena kalau dikasih kaki dia nggigit,” ujar Cak Lontong. Gareng dan temannya tidak terima. ”Coba saja ada ular lewat kamu kasih kaki, nanti akan gigit,” jelas Cak lontong. Penonton tertawa terpingkal-pingkal.