26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Nazaruddin Terlena di Kota Telenovela

Pakai Paspor Palsu Keluaran Imigrasi Polonia Medan

JAKARTA- Drama pelarian mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M. Nazaruddin berakhir juga. Dia ditangkap di kota yang terkenal sebagai lokasi syuting telenovela, Cartagena, Kolombia, setelah meninggalkan Indonesia sejak Mei 2011. Tersangka kasus suap wisma atlet Palembang Sea Games itu ditangkap polisi Kolumbia Minggu dinihari pukul 2 pagi atau sekitar pukul 14.00 WIB. Dia ditangkap mengenakan kaos hitam dan celana jeans.

Tadi malam waktu Indonesia, posisi terakhir Nazaruddin sudah berada di Bogota , ibukota Kolumbia. “Sekarang berada dalam pengawasan Interpol dan petugas KBRI juga ada disana,” ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam di Jakarta semalam.

Tim Polri pemburu Nazaruddin yang selama ini sudah standby di Dominika, juga sudah bergeser menuju Bogota untuk bergabung dengan Interpol dan petugas KBRI. “Tim yang menyusul dari Jakarta sudah berangkat tadi pagi (Senin 8/8),” jelas Anton.

Kabar pertama tertangkapnya Nazaruddin disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto dalam jumpa pers di Istana Negara kemarin (8/8).

Dia menjelaskan jika konfirmasi tertangkapnya Nazaruddin setelah Dubes RI di Kolombia Michael Manufandu menyampaikan aksi yang dilakukan polisi Kolumbia dan Interpol kepada Menlu Marty Natalegawa.

“Hasi penyelidikan di Cartagena, identik dengan yang kita sebut sebagai Nazaruddin,” kata Menko Polhukam Djoko Suyanto di Kantor Presiden. Dia juga menyebut penangkapan itu dilakukan pada saat yang tepat.

Lebih lanjut Djoko menjelaskan jika selama ini Nazaruddin sulit ditangkap karena menggunakan identitas palsu di paspor. Dalam paspornya, dia menggunakan nama M. Syarifuddin. Dia yakin tangkapan itu tidak salah karena Dubes RI sudah berangkat ke Cartagena dari Bogota, ibu kota Kolombia dan bertemu Nazaruddin.

Dari pertemuan itu, Djoko mengatakan jika secara fisik identik dengan apa yang selama ini disebut Nazaruddin. Mantan Panglima TNI itu mengatakan Nazaruddin langsung dibawa ke Bogota.

Djoko menjelaskan, kabar penangkapan Nazaruddin itu sudah dilaporkan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut dia, SBY berpesan untuk menjaga keselamatan Nazaruddin. “(Pesan) kedua, yang bersangkutan bisa dibawa ke tanah air untuk dilakukan proses hukum,” sambung Djoko yang didampingi Kapolri Jenderal Timur Pradopo.

Terpisah, Duta Besar RI untuk Kolombia Michael Manufandu menceritakan proses penangkapan Nazaruddin, di Cartagena, Kolombia. Tertangkap M Nazaruddin tidak lepas dari kecerobohannya dalam menggunakan paspor. Polisi Kolombia mencurigai paspor M Syarifuddin yang dipegangnya selama kabur dari Indonesia. Setelah digelandang ke kantor polisi setempat, diketahui bahwa pria tangkapan polisi Kolombia itu adalah buronan Interpol.

Melalui sambungan telepon dia menjelaskan, paspor yang dipakai Nazaruddin palsu yang dikeluarkan kantor imigrasi Polonia, Medan,Sumatera Utara. Sebab, di paspor hijau tersebut foto dan nama yang digunakan tidak identik dengan M Nazaruddin. Wajah yang ada dalam foto tersebut berbeda jauh dengan politisi asal Kabupaten Simalungun itu.
Jika Nazaruddin tidak melawan saat ditangkap. Namun, bukan berarti pria tersebut pasrah begitu saja. “Dia mengaku namanya Syarifuddin,” katanya.

Michael menjelaskan saat ditangkap Nazaruddin sedang duduk-duduk sendiri di sebuah cafe di pinggir jalan. Nazaruddin saat itu sedang makan dan didekati oleh polisi Kolumbia. “Yang jelas dia mengaku menjalankan puasa, saya sempat membelikan makanan untuk buka puasa setelah tertangkap,” kata dubes Michael.
Bisa jadi saat ditangkap oleh polisi lokal Kolumbia, Nazaruddin sedang menikmati makan sahurnya. Yang jelas, saat itu dia sendirian.

Polisi Kolombia memberi kabar kepada pihaknya terkait penangkapan itu. Kabar itu ditanggapi dengan langsung terbang ke kota pantai itu. “Disana, Nazaruddin tidak diborgol,” jelasnya.

Michael menjelaskan wajah Nazaruddin saat itu tampak pucat. “Mungkin saja karena sedang berpuasa,” katanya. Nazaruddin menitipkan tas pribadi miliknya ke dubes Michael. “Sampai saat ini belum saya buka,” katanya.
Tas itu diduga berisi barang-barang pribadi Nazaruddin termasuk sejumlah bukti yang sempat disampaikannya pada media. “Untuk membukanya harus ada saksi dan sekarang status dia masih di tangan Interpol,” kata dubes Michael.
Meski hingga tadi malam, orang itu masih kukuh bernama Syafruddin, Michael tetap yakin jika yang dihadapinya adalah Nazaruddin. Apalagi, wajah pria tersebut kerap nongol diberbagai media massa. Namun, dia tidak mempermasalahkan hal itu karena dia ingin Nazaruddin tetap kooperatif dengan kedutaan. “Karena itu, identitas palsu Nazaruddin tidak terlalu dikorek,” tuturnya.

Dari pemeriksaan paspor M. Syafruddin terlihat jika sebelum mendarat di Kolombia yang bersangkutan pernah ke Malaysia, Singapura, Vietnam, Kamboja, Jerman, Karibia dan Kolombia.

Terpisah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga ikut girang dengan tertangkapnya Nazaruddin. Sebab, hal itu mengakhiri penyelidikan yang selama ini dilakukan oleh berbagai pihak. Apalagi, Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan jika pihaknya sebenarnya sudah menanti tertangkapnya Nazaruddin. “Sejak minggu lalu sudah kami deteksi,” katanya.

Informasi yang di dapat KPK, polisi Kolombia sudah telah mengawasi gerak-gerik Nazaruddin di Kartagena sejak Jum’at (5/8). Johan mengatakan polisi setempat menangkap Nazaruddin setelah melihat red notice yang dikeluarkan KPK beberapa waktu lalu. “Setelah memastikan itu Nazaruddin baru dilakukan penangkapan lantas melapor ke pemerintah Indonesia,” urainya.

Kadivhumas Polri Irjen Anton Bachrul Alam menjelaskan rute pelarian Nazaruddin. Setelah terbang ke Singapura 22 Mei 2011, Nazar sempat tinggal satu bulan di negeri Singa itu.

Setelah resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK Nazaruddin mencoba mengecoh ketika keluar dari Singapura. “Seolah-olah dia ke Kuala Lumpur (Malaysia), tetapi sebenarnya ke Vietnam,” kata Anton di Mabes Polri, kemarin.
Dari Vietnam, kata Anton, Nazaruddin pindah ke Kamboja. Dengan pesawat sewaan, Nazaruddin lalu menuju Bogota, Kolombia, dengan transit terlebih dulu di Madrid, Spanyol, dan Dominika. “Dari Bogota baru ke Cartagena,” katanya.
Nazaruddin, lanjut Anton, diketahui menggunakan paspor palsu dengan nama Syarifuddin ketika transit di Dominika. Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo, kata dia, lalu mengirimkan surat kepada kantor Interpol Pusat di Perancis untuk membantu penangkapan di Kolombia. Data itu dilengkapi juga dengan sidik jari. “Hasil terakhir yang kami terima match. Cocok. Jadi, yang bersangkutan benar Nazaruddin,” ujarnya.

Di bagian lain, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampaknya ikut lega dengan tertangkapnya Nazaruddin. Dia mengapresiasi kerja Polri dan KPK yang bekerja sama dengan Interpol. Sebagai tindak lanjut, SBY telah meminta Kapolri untuk memberikan perlindungan kepada Nazaruddin.

“Jangan sampai ada apa-apa dengan yang bersangkutan, mengingat barang kali banya orang yang tidak nyaman dengan tertangkapnya yang bersangkutan (Nazaruddin, Red),” kata SBY usai acara buka bersama dengan jajaran TNI di Mabes TNI, Cilangkap, tadi malam.

Dia mengharapkan, setelah dibawa pulang ke tanah air dan ditangani oleh KPK, perkara tersebut bisa menjadi lebih terang. Prosesnya juga berjalan secara transparan, akuntabel, dan objektif. “Karena kita juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi atas dugaan kejahatan yang dilakukan Nazaruddin yang ditangani oleh KPK,” kata SBY.
“Saya berharap Nazaruddin bisa membuka selengkap-lengkapnya, siapapun, dari partai manapun. Kalaupun itu ada kaitan dengan apa yang dilakukan, demi tegaknya kebenaran dan keadilan mesti di buka,” sambungnya.
Termasuk juga jika Nazaruddin memiliki informasi yang berkaitan dengan Partai Demokrat, SBY berharap bisa dijelaskan kepada Dewan Kehormatan PD. Jika memang ada pelanggaran etika yang dilakukan oleh kader PD, sanksi akan dijatuhkan.

Di tempat yang sama, Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan langkah-langkah penyelamatan untuk melindungi Nazaruddin. “Justru itu sedang disiapkan (langkahnya),” katanya lantas menyebutkan, secepatnya Nazaruddin akan dibawa pulang ke Indonesia.(fal/dim/rdl)

Jalan-jalan ke 5 Negara

Dari Singapura Nazaruddin mengecoh ke Kuala Lumpur padahal dia berada di Vietnam. Dari Vietnam ke Kamboja. Dari Kamboja menggunakan pesawat carter menuju Bogota melalui Madrid (Spanyol), Dominika. Dari Bogota baru ke Cartagena.

Berikut lika-liku pelarian Nazaruddin selama ini:

Senin, 23 Mei 2011
Diberhentikan dari Bendahara Umum Partai Demokrat (PD). Beberapa jam sebelum pengumuman pemecatannya, Nazaruddin sudah kabur ke Singapura. Dikabarkan sempat ke China, Vietnam, Kamboja dan Malaysia.

Kamis, 30 Juni 2011
KPK menetapkan Nazaruddin menjadi tersangka kasus suap wisma atlet di Kemenpora.

Selasa, 5 Juli 2011
Kementerian Luar Negeri Singapura menegaskan Nazaruddin tak ada di Singapura.

Rabu, 6 Juli 2011
Dikabarkan tertangkap di Filipina, ternyata informasinya nihil. Dua foto Nazaruddin dipajang di situs www.interpol.int.

Jumat, 22 Juli 2011
Muncul di Metro TV dalam rekaman gambar sedang berbincang-bincang dengan aktivis media sosial Iwan Pilliang.

Sabtu, 23 Juli 2011
Berdasarkan laporan polisi, mantan bendahara umum Partai Demokrat tersebut ada di Argentina.

Minggu, 31 Juli 2011
Nazaruddin digerebek interpol dan polisi Indonesia, Minggu (31/7). Namun, Nazaruddin sudah berpindah tempat.

Kamis-Jumat, 4-5 Agustus 2011
Tim gabungan KPK, Menkum HAM, Mabes Polri, Interpol, mendapat laporan adanya dugaan paspor palsu dengan menggunakan foto mirip Nazaruddin di Kolombia. Tim bergerak.

Minggu, 7 Agustus 2011
Pria dengan paspor palsu M Syahruddin ditangkap Interpol saat meninggalkan Kota Cartagena, Kolombia. Dubes RI di Bogota berkoordinasi dengan Kemlu di Jakarta.

21.00-22.00 WIB
Menlu melapor kepada Menko Polhukam Djoko Suyanto.

Senin, 8 Agustus 2011
Pukul 14.30 WIB
Djoko Suyanto berbicara pada pers di Istana Presiden, memberitahukan kabar penangkapan Nazaruddin. Tim gabungan memverifikasi penangkapan Nazaruddin.

Pakai Paspor Palsu Keluaran Imigrasi Polonia Medan

JAKARTA- Drama pelarian mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M. Nazaruddin berakhir juga. Dia ditangkap di kota yang terkenal sebagai lokasi syuting telenovela, Cartagena, Kolombia, setelah meninggalkan Indonesia sejak Mei 2011. Tersangka kasus suap wisma atlet Palembang Sea Games itu ditangkap polisi Kolumbia Minggu dinihari pukul 2 pagi atau sekitar pukul 14.00 WIB. Dia ditangkap mengenakan kaos hitam dan celana jeans.

Tadi malam waktu Indonesia, posisi terakhir Nazaruddin sudah berada di Bogota , ibukota Kolumbia. “Sekarang berada dalam pengawasan Interpol dan petugas KBRI juga ada disana,” ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam di Jakarta semalam.

Tim Polri pemburu Nazaruddin yang selama ini sudah standby di Dominika, juga sudah bergeser menuju Bogota untuk bergabung dengan Interpol dan petugas KBRI. “Tim yang menyusul dari Jakarta sudah berangkat tadi pagi (Senin 8/8),” jelas Anton.

Kabar pertama tertangkapnya Nazaruddin disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto dalam jumpa pers di Istana Negara kemarin (8/8).

Dia menjelaskan jika konfirmasi tertangkapnya Nazaruddin setelah Dubes RI di Kolombia Michael Manufandu menyampaikan aksi yang dilakukan polisi Kolumbia dan Interpol kepada Menlu Marty Natalegawa.

“Hasi penyelidikan di Cartagena, identik dengan yang kita sebut sebagai Nazaruddin,” kata Menko Polhukam Djoko Suyanto di Kantor Presiden. Dia juga menyebut penangkapan itu dilakukan pada saat yang tepat.

Lebih lanjut Djoko menjelaskan jika selama ini Nazaruddin sulit ditangkap karena menggunakan identitas palsu di paspor. Dalam paspornya, dia menggunakan nama M. Syarifuddin. Dia yakin tangkapan itu tidak salah karena Dubes RI sudah berangkat ke Cartagena dari Bogota, ibu kota Kolombia dan bertemu Nazaruddin.

Dari pertemuan itu, Djoko mengatakan jika secara fisik identik dengan apa yang selama ini disebut Nazaruddin. Mantan Panglima TNI itu mengatakan Nazaruddin langsung dibawa ke Bogota.

Djoko menjelaskan, kabar penangkapan Nazaruddin itu sudah dilaporkan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut dia, SBY berpesan untuk menjaga keselamatan Nazaruddin. “(Pesan) kedua, yang bersangkutan bisa dibawa ke tanah air untuk dilakukan proses hukum,” sambung Djoko yang didampingi Kapolri Jenderal Timur Pradopo.

Terpisah, Duta Besar RI untuk Kolombia Michael Manufandu menceritakan proses penangkapan Nazaruddin, di Cartagena, Kolombia. Tertangkap M Nazaruddin tidak lepas dari kecerobohannya dalam menggunakan paspor. Polisi Kolombia mencurigai paspor M Syarifuddin yang dipegangnya selama kabur dari Indonesia. Setelah digelandang ke kantor polisi setempat, diketahui bahwa pria tangkapan polisi Kolombia itu adalah buronan Interpol.

Melalui sambungan telepon dia menjelaskan, paspor yang dipakai Nazaruddin palsu yang dikeluarkan kantor imigrasi Polonia, Medan,Sumatera Utara. Sebab, di paspor hijau tersebut foto dan nama yang digunakan tidak identik dengan M Nazaruddin. Wajah yang ada dalam foto tersebut berbeda jauh dengan politisi asal Kabupaten Simalungun itu.
Jika Nazaruddin tidak melawan saat ditangkap. Namun, bukan berarti pria tersebut pasrah begitu saja. “Dia mengaku namanya Syarifuddin,” katanya.

Michael menjelaskan saat ditangkap Nazaruddin sedang duduk-duduk sendiri di sebuah cafe di pinggir jalan. Nazaruddin saat itu sedang makan dan didekati oleh polisi Kolumbia. “Yang jelas dia mengaku menjalankan puasa, saya sempat membelikan makanan untuk buka puasa setelah tertangkap,” kata dubes Michael.
Bisa jadi saat ditangkap oleh polisi lokal Kolumbia, Nazaruddin sedang menikmati makan sahurnya. Yang jelas, saat itu dia sendirian.

Polisi Kolombia memberi kabar kepada pihaknya terkait penangkapan itu. Kabar itu ditanggapi dengan langsung terbang ke kota pantai itu. “Disana, Nazaruddin tidak diborgol,” jelasnya.

Michael menjelaskan wajah Nazaruddin saat itu tampak pucat. “Mungkin saja karena sedang berpuasa,” katanya. Nazaruddin menitipkan tas pribadi miliknya ke dubes Michael. “Sampai saat ini belum saya buka,” katanya.
Tas itu diduga berisi barang-barang pribadi Nazaruddin termasuk sejumlah bukti yang sempat disampaikannya pada media. “Untuk membukanya harus ada saksi dan sekarang status dia masih di tangan Interpol,” kata dubes Michael.
Meski hingga tadi malam, orang itu masih kukuh bernama Syafruddin, Michael tetap yakin jika yang dihadapinya adalah Nazaruddin. Apalagi, wajah pria tersebut kerap nongol diberbagai media massa. Namun, dia tidak mempermasalahkan hal itu karena dia ingin Nazaruddin tetap kooperatif dengan kedutaan. “Karena itu, identitas palsu Nazaruddin tidak terlalu dikorek,” tuturnya.

Dari pemeriksaan paspor M. Syafruddin terlihat jika sebelum mendarat di Kolombia yang bersangkutan pernah ke Malaysia, Singapura, Vietnam, Kamboja, Jerman, Karibia dan Kolombia.

Terpisah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga ikut girang dengan tertangkapnya Nazaruddin. Sebab, hal itu mengakhiri penyelidikan yang selama ini dilakukan oleh berbagai pihak. Apalagi, Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan jika pihaknya sebenarnya sudah menanti tertangkapnya Nazaruddin. “Sejak minggu lalu sudah kami deteksi,” katanya.

Informasi yang di dapat KPK, polisi Kolombia sudah telah mengawasi gerak-gerik Nazaruddin di Kartagena sejak Jum’at (5/8). Johan mengatakan polisi setempat menangkap Nazaruddin setelah melihat red notice yang dikeluarkan KPK beberapa waktu lalu. “Setelah memastikan itu Nazaruddin baru dilakukan penangkapan lantas melapor ke pemerintah Indonesia,” urainya.

Kadivhumas Polri Irjen Anton Bachrul Alam menjelaskan rute pelarian Nazaruddin. Setelah terbang ke Singapura 22 Mei 2011, Nazar sempat tinggal satu bulan di negeri Singa itu.

Setelah resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK Nazaruddin mencoba mengecoh ketika keluar dari Singapura. “Seolah-olah dia ke Kuala Lumpur (Malaysia), tetapi sebenarnya ke Vietnam,” kata Anton di Mabes Polri, kemarin.
Dari Vietnam, kata Anton, Nazaruddin pindah ke Kamboja. Dengan pesawat sewaan, Nazaruddin lalu menuju Bogota, Kolombia, dengan transit terlebih dulu di Madrid, Spanyol, dan Dominika. “Dari Bogota baru ke Cartagena,” katanya.
Nazaruddin, lanjut Anton, diketahui menggunakan paspor palsu dengan nama Syarifuddin ketika transit di Dominika. Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo, kata dia, lalu mengirimkan surat kepada kantor Interpol Pusat di Perancis untuk membantu penangkapan di Kolombia. Data itu dilengkapi juga dengan sidik jari. “Hasil terakhir yang kami terima match. Cocok. Jadi, yang bersangkutan benar Nazaruddin,” ujarnya.

Di bagian lain, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampaknya ikut lega dengan tertangkapnya Nazaruddin. Dia mengapresiasi kerja Polri dan KPK yang bekerja sama dengan Interpol. Sebagai tindak lanjut, SBY telah meminta Kapolri untuk memberikan perlindungan kepada Nazaruddin.

“Jangan sampai ada apa-apa dengan yang bersangkutan, mengingat barang kali banya orang yang tidak nyaman dengan tertangkapnya yang bersangkutan (Nazaruddin, Red),” kata SBY usai acara buka bersama dengan jajaran TNI di Mabes TNI, Cilangkap, tadi malam.

Dia mengharapkan, setelah dibawa pulang ke tanah air dan ditangani oleh KPK, perkara tersebut bisa menjadi lebih terang. Prosesnya juga berjalan secara transparan, akuntabel, dan objektif. “Karena kita juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi atas dugaan kejahatan yang dilakukan Nazaruddin yang ditangani oleh KPK,” kata SBY.
“Saya berharap Nazaruddin bisa membuka selengkap-lengkapnya, siapapun, dari partai manapun. Kalaupun itu ada kaitan dengan apa yang dilakukan, demi tegaknya kebenaran dan keadilan mesti di buka,” sambungnya.
Termasuk juga jika Nazaruddin memiliki informasi yang berkaitan dengan Partai Demokrat, SBY berharap bisa dijelaskan kepada Dewan Kehormatan PD. Jika memang ada pelanggaran etika yang dilakukan oleh kader PD, sanksi akan dijatuhkan.

Di tempat yang sama, Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan langkah-langkah penyelamatan untuk melindungi Nazaruddin. “Justru itu sedang disiapkan (langkahnya),” katanya lantas menyebutkan, secepatnya Nazaruddin akan dibawa pulang ke Indonesia.(fal/dim/rdl)

Jalan-jalan ke 5 Negara

Dari Singapura Nazaruddin mengecoh ke Kuala Lumpur padahal dia berada di Vietnam. Dari Vietnam ke Kamboja. Dari Kamboja menggunakan pesawat carter menuju Bogota melalui Madrid (Spanyol), Dominika. Dari Bogota baru ke Cartagena.

Berikut lika-liku pelarian Nazaruddin selama ini:

Senin, 23 Mei 2011
Diberhentikan dari Bendahara Umum Partai Demokrat (PD). Beberapa jam sebelum pengumuman pemecatannya, Nazaruddin sudah kabur ke Singapura. Dikabarkan sempat ke China, Vietnam, Kamboja dan Malaysia.

Kamis, 30 Juni 2011
KPK menetapkan Nazaruddin menjadi tersangka kasus suap wisma atlet di Kemenpora.

Selasa, 5 Juli 2011
Kementerian Luar Negeri Singapura menegaskan Nazaruddin tak ada di Singapura.

Rabu, 6 Juli 2011
Dikabarkan tertangkap di Filipina, ternyata informasinya nihil. Dua foto Nazaruddin dipajang di situs www.interpol.int.

Jumat, 22 Juli 2011
Muncul di Metro TV dalam rekaman gambar sedang berbincang-bincang dengan aktivis media sosial Iwan Pilliang.

Sabtu, 23 Juli 2011
Berdasarkan laporan polisi, mantan bendahara umum Partai Demokrat tersebut ada di Argentina.

Minggu, 31 Juli 2011
Nazaruddin digerebek interpol dan polisi Indonesia, Minggu (31/7). Namun, Nazaruddin sudah berpindah tempat.

Kamis-Jumat, 4-5 Agustus 2011
Tim gabungan KPK, Menkum HAM, Mabes Polri, Interpol, mendapat laporan adanya dugaan paspor palsu dengan menggunakan foto mirip Nazaruddin di Kolombia. Tim bergerak.

Minggu, 7 Agustus 2011
Pria dengan paspor palsu M Syahruddin ditangkap Interpol saat meninggalkan Kota Cartagena, Kolombia. Dubes RI di Bogota berkoordinasi dengan Kemlu di Jakarta.

21.00-22.00 WIB
Menlu melapor kepada Menko Polhukam Djoko Suyanto.

Senin, 8 Agustus 2011
Pukul 14.30 WIB
Djoko Suyanto berbicara pada pers di Istana Presiden, memberitahukan kabar penangkapan Nazaruddin. Tim gabungan memverifikasi penangkapan Nazaruddin.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/