MEDAN, SUMUTPOS.CO – Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara tegas telah mengharamkan vasektomi dan tubektomi. Meski begitu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus melaksanakan program tersebut. Bahkan, BKKBN memberi imbalan uang sebesar Rp150 ribu hingga Rp250 ribu bagi masyarakat yang bersedia mengikuti program tersebut.
Kepada Sumut Pos, seorang pria berinisial SBH mengaku telah menjadi peserta KB vasektomi sejak lima tahun lalu. Menurutnya, dia menjadi peserta vasektomi karena diajak petugas BKKBN yang mendatangi dirinya. Pria yang bekerja sebagai penarik becak bermotor ini mengaku, saat itu dia diimingi Rp250 ribu jika bersedia menjadi peserta vasektomi.
“Saat itu saya mangkal di Jalan Denai, simpang Jalan Perjuangan. Saya dan beberapa teman didatangi petugas dari BKKBN. Katanya tidak ada efek samping dan itu program pemerintah untuk usia 50 tahun ke atas. Kalau setuju, dua hari kemudian saya disuruh datang ke kantor BKKBN di Jalan Gunung Krakatau,” kata SBH kepada Sumut Pos, Jumat (17/3).
Tergiur dengan ajakan petugas tadi, SBH pun mendatangi Kantor BKKBN di Jalan Gunung Krakatau. Saat tiba di sana, dia melihat cukup banyak orang yang mengantre untuk mengikuti program vasektomi tersebut. “Tapi tidak semua berusia di atas 50 tahun, seperti yang dijelaskan petugas sebelumnya,” katanya.
Selain itu, sebutnya, banyak juga orang yang komplain karena kecewa dengan uang kompensasi yang diberikan. Pasalnya, beredar kabar kalau uang kompensasi yang diberikan harusnya Rp300 ribu, bukan Rp250 ribu.
“Saat itu dirobek sedikit di bagian kemaluan saya. Tidak sakit dan sangat cepat prosesnya. Alhamdulilah sampai sekarang belum ada saya rasakan efek samping dari KB yang saya ikuti itu,” tandas SBH.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara tegas telah mengharamkan vasektomi dan tubektomi. Meski begitu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus melaksanakan program tersebut. Bahkan, BKKBN memberi imbalan uang sebesar Rp150 ribu hingga Rp250 ribu bagi masyarakat yang bersedia mengikuti program tersebut.
Kepada Sumut Pos, seorang pria berinisial SBH mengaku telah menjadi peserta KB vasektomi sejak lima tahun lalu. Menurutnya, dia menjadi peserta vasektomi karena diajak petugas BKKBN yang mendatangi dirinya. Pria yang bekerja sebagai penarik becak bermotor ini mengaku, saat itu dia diimingi Rp250 ribu jika bersedia menjadi peserta vasektomi.
“Saat itu saya mangkal di Jalan Denai, simpang Jalan Perjuangan. Saya dan beberapa teman didatangi petugas dari BKKBN. Katanya tidak ada efek samping dan itu program pemerintah untuk usia 50 tahun ke atas. Kalau setuju, dua hari kemudian saya disuruh datang ke kantor BKKBN di Jalan Gunung Krakatau,” kata SBH kepada Sumut Pos, Jumat (17/3).
Tergiur dengan ajakan petugas tadi, SBH pun mendatangi Kantor BKKBN di Jalan Gunung Krakatau. Saat tiba di sana, dia melihat cukup banyak orang yang mengantre untuk mengikuti program vasektomi tersebut. “Tapi tidak semua berusia di atas 50 tahun, seperti yang dijelaskan petugas sebelumnya,” katanya.
Selain itu, sebutnya, banyak juga orang yang komplain karena kecewa dengan uang kompensasi yang diberikan. Pasalnya, beredar kabar kalau uang kompensasi yang diberikan harusnya Rp300 ribu, bukan Rp250 ribu.
“Saat itu dirobek sedikit di bagian kemaluan saya. Tidak sakit dan sangat cepat prosesnya. Alhamdulilah sampai sekarang belum ada saya rasakan efek samping dari KB yang saya ikuti itu,” tandas SBH.