SUMUTPOS.CO – GUNA menjaga agar sawah tidak mendapat bencana dan hasil yang melimpah, petani yang berada di Desa Sei Rampah mempunyai tradisi menggelar syukuran. Syukuran itu biasa disebut Kenduri Jamu Sawah.
“Maka diadakanlah kenduri jamu sawah yang merupakan budaya leluhur nenek moyang kita. Tradisi ini harus dijaga dan dipertahankan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa,” ujar Bupati Sergai Ir H Soekirman saat menghadiri Kenduri Jamu Sawah di Dusun IX Kampung Ibus Desa Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah, kemarin (10/4).
Soekirman mengibaratkan seperti 100 bahasa yang ada di Indonesia. Bila tidak dijaga dikhawatirkan akan punah.
“Begitu juga dengan adat budaya jamu sawah ini, kalau tidak dilestarikan akan punah juga. Karena, jamu sawah atau tepung tawar bibit padi ini sudah menjadi budaya adat istiadat sebagian masyarakat indonesia,” pungkas Soekirman.
Setelah itu, Bupati didampingi Kadis Pertanian Sergai Sefrial Budi SPMP, Camat Sei Rampah Drs Haparuddin Saragih, Kapolsek Firdaus Kecamatan Sei Rampah dan Kepala Desa Sei Rampah menepung tawari bibit padi yang akan ditanam. Tepung tawar ini sebagai permulaan dari rangkaian Kenduri Jamu Sawah. Sesudah 7 hari dari acara kenduri, barulah bibit padi boleh ditanam.
Hadir dalam acara tersebut Kadis Pertanian Sefrial Budi SPMP, Kadis PMD Drs Dimas Kurnianto, Kaban PBD Henri Suharto SH, Camat Sei Rampah, Kapolsek Firdaus Kecamatan Sei Rampah Camat Teluk Mengkudu, Camat Dolok Masihul, Camat Dolok Merawan, Kepala Desa Sei Rampah dan masyarakat Dusun IX Desa Sei Rampah.(sur/ala)
SUMUTPOS.CO – GUNA menjaga agar sawah tidak mendapat bencana dan hasil yang melimpah, petani yang berada di Desa Sei Rampah mempunyai tradisi menggelar syukuran. Syukuran itu biasa disebut Kenduri Jamu Sawah.
“Maka diadakanlah kenduri jamu sawah yang merupakan budaya leluhur nenek moyang kita. Tradisi ini harus dijaga dan dipertahankan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa,” ujar Bupati Sergai Ir H Soekirman saat menghadiri Kenduri Jamu Sawah di Dusun IX Kampung Ibus Desa Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah, kemarin (10/4).
Soekirman mengibaratkan seperti 100 bahasa yang ada di Indonesia. Bila tidak dijaga dikhawatirkan akan punah.
“Begitu juga dengan adat budaya jamu sawah ini, kalau tidak dilestarikan akan punah juga. Karena, jamu sawah atau tepung tawar bibit padi ini sudah menjadi budaya adat istiadat sebagian masyarakat indonesia,” pungkas Soekirman.
Setelah itu, Bupati didampingi Kadis Pertanian Sergai Sefrial Budi SPMP, Camat Sei Rampah Drs Haparuddin Saragih, Kapolsek Firdaus Kecamatan Sei Rampah dan Kepala Desa Sei Rampah menepung tawari bibit padi yang akan ditanam. Tepung tawar ini sebagai permulaan dari rangkaian Kenduri Jamu Sawah. Sesudah 7 hari dari acara kenduri, barulah bibit padi boleh ditanam.
Hadir dalam acara tersebut Kadis Pertanian Sefrial Budi SPMP, Kadis PMD Drs Dimas Kurnianto, Kaban PBD Henri Suharto SH, Camat Sei Rampah, Kapolsek Firdaus Kecamatan Sei Rampah Camat Teluk Mengkudu, Camat Dolok Masihul, Camat Dolok Merawan, Kepala Desa Sei Rampah dan masyarakat Dusun IX Desa Sei Rampah.(sur/ala)