29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Masjid Dibom, 43 Jamaah Tewas

PESHAWAR-Teror kembali mengguncang Pakistan. Kemarin (19/8) sebuah serangan bom bunuh diri menghajar masjid di Desa Ghundi, dekat Kota Jamrud, Distrik Khyber. Akibat bom tersebut, setidaknya 43 tewas dan 117 luka-luka.

Seperti dilansir Associated Press, bom itu meledak saat sekitar 500 jamaah selesai menunaikan salat Jumat. Sebagian sudah bersiap meninggalkan masjid desa yang warganya mayoritas muslim Sunni tersebut. Sekitar 40 korban luka dilarikan ke Hayatabad Medical Complex di Peshawar.

Itulah teror terburuk di Pakistan sejak 13 Mei lalu. Ketika itu, dua pengebom bunuh dirin
beraksi di luar pusat pelatihan polisi di Charsadda yang berjarak 30 kilometer dari Peshawar dan menewaskan 98 orang serta melukai 140 lainnya.

Serangan Mei itu dilakukan Taliban Pakistan dan dimaksudkan sebagai balasan atas terbunuhnya Osama bin Laden di tangan pasukan Amerika Serikat yang menyergapnya di Abbotabad pada 1 Mei lalu. Tetapi, untuk serangan kemarin, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.

Yang pasti, Kyber dengan Peshawar sebagai kota utama adalah wilayah yang didiami suku-suku tradisional Pakistan dan merupakan salah satu tempat para militan Taliban Pakistan serta Al Qaeda aktif beroperasi.

Taliban dan kelompok-kelompok radikal di Pakistan selama ini juga kerap menyasar masjid yang digunakan sebagai tempat beribadah para tentara pemerintah dan milisi sipil antimilitan. Sejak 2007, rangkaian pengeboman yang dilakukan Taliban Pakistan dan Al Qaeda telah menelan 4.550 korban jiwa.

Meski belum ada yang mengaku bertanggung jawab, Khalid Mumtaz Kundi, orang nomor dua di jajaran pemerintahan Distrik Khyber, menyatakan bahwa beberapa saksi mata menyebutkan, bomber bunuh diri itu seorang pria muda. “Ini serangan bunuh diri. Pengebom mengenakan rompi yang berisi 8?10 kilogram bahan peledak dan datang ke m

sjid dengan berjalan kaki. Dia meledakkan diri persis di tengah masjid,” kata Kundi kepada AFP.
Saleem Khan, 21, salah seorang korban luka, mengatakan, kepanikan luar biasa terjadi setelah bom meledak. Banyak jamaah yang terjebak di dalam masjid. Saleem juga mengaku terinjak-injak karena para jamaah berusaha menyelamatkan diri di antara kepulan asap, jeritan tangis, dan genangan darah.

“Siapa pun yang melakukan kekejian seperti ini saat bulan Ramadan tak mungkin seorang muslim,” kata Saleem yang tengah dirawat di sebuah rumah sakit di Peshawar, seperti dilansir AFP.

Korban luka lain, Saqib Ullah, 24, menyatakan, dirinya sudah berupaya menolong beberapa oang yang tergeletak di sekitarnya. Tetapi, hampir semuanya tewas. “Saya lihat paman saya tergeletak di genangan darah. Saya segera membopong dia, tetapi dia telah meninggal,” katanya kepada AFP.
Dari tayangan televisi juga terlihat kondisi masjid yang berantakan. Langit-langit runtuh, jendela hancur, tembok retak-retak, dan darah menggenang serta muncrat di mana-mana.

Masih pada hari yang sama, teror juga dilakukan AS di Pakistan. Dua misil negeri adidaya itu menghantam sebuah rumah di Desa Sheen Warsak, Waziristan Selatan, yang diduga kuat menjadi basis Taliban. Empat orang tewas akibat serangan yang dilakukan pesawat tanpa awak tersebut, tetapi belum ada konfirmasi resmi apakah benar mereka anggota Taliban.

Serangan itu juga memperburuk hubungan antara Washington dan Islamabad. Tensi di antara dua pemerintahan meningkat sejak penyergapan Osama yang diklaim Pakistan dilakukan tanpa sepengetahuan mereka.

Pakistan, yang menjadi sekutu utama AS sejak perang melawan terorisme diluncurkan pada 2001, juga berkali-kali memprotes serbuan misil AS. Keberadaan AS di Pakistan itu pula yang menjadi alasan kelompok-kelompok radikal terus mengincar berbagai kepentingan pemerintah Islamabad.
Sementara itu, Karachi, kota terbesar di Pakistan, beberapa waktu belakangan juga terus digoyang gelombang kerusuhan bermotif etnis, kriminalitas, dan politis. Akibatnya, 52 orang tewas hanya dalam waktu 48 jam terakhir. (c6/ttg/jpnn)

PESHAWAR-Teror kembali mengguncang Pakistan. Kemarin (19/8) sebuah serangan bom bunuh diri menghajar masjid di Desa Ghundi, dekat Kota Jamrud, Distrik Khyber. Akibat bom tersebut, setidaknya 43 tewas dan 117 luka-luka.

Seperti dilansir Associated Press, bom itu meledak saat sekitar 500 jamaah selesai menunaikan salat Jumat. Sebagian sudah bersiap meninggalkan masjid desa yang warganya mayoritas muslim Sunni tersebut. Sekitar 40 korban luka dilarikan ke Hayatabad Medical Complex di Peshawar.

Itulah teror terburuk di Pakistan sejak 13 Mei lalu. Ketika itu, dua pengebom bunuh dirin
beraksi di luar pusat pelatihan polisi di Charsadda yang berjarak 30 kilometer dari Peshawar dan menewaskan 98 orang serta melukai 140 lainnya.

Serangan Mei itu dilakukan Taliban Pakistan dan dimaksudkan sebagai balasan atas terbunuhnya Osama bin Laden di tangan pasukan Amerika Serikat yang menyergapnya di Abbotabad pada 1 Mei lalu. Tetapi, untuk serangan kemarin, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.

Yang pasti, Kyber dengan Peshawar sebagai kota utama adalah wilayah yang didiami suku-suku tradisional Pakistan dan merupakan salah satu tempat para militan Taliban Pakistan serta Al Qaeda aktif beroperasi.

Taliban dan kelompok-kelompok radikal di Pakistan selama ini juga kerap menyasar masjid yang digunakan sebagai tempat beribadah para tentara pemerintah dan milisi sipil antimilitan. Sejak 2007, rangkaian pengeboman yang dilakukan Taliban Pakistan dan Al Qaeda telah menelan 4.550 korban jiwa.

Meski belum ada yang mengaku bertanggung jawab, Khalid Mumtaz Kundi, orang nomor dua di jajaran pemerintahan Distrik Khyber, menyatakan bahwa beberapa saksi mata menyebutkan, bomber bunuh diri itu seorang pria muda. “Ini serangan bunuh diri. Pengebom mengenakan rompi yang berisi 8?10 kilogram bahan peledak dan datang ke m

sjid dengan berjalan kaki. Dia meledakkan diri persis di tengah masjid,” kata Kundi kepada AFP.
Saleem Khan, 21, salah seorang korban luka, mengatakan, kepanikan luar biasa terjadi setelah bom meledak. Banyak jamaah yang terjebak di dalam masjid. Saleem juga mengaku terinjak-injak karena para jamaah berusaha menyelamatkan diri di antara kepulan asap, jeritan tangis, dan genangan darah.

“Siapa pun yang melakukan kekejian seperti ini saat bulan Ramadan tak mungkin seorang muslim,” kata Saleem yang tengah dirawat di sebuah rumah sakit di Peshawar, seperti dilansir AFP.

Korban luka lain, Saqib Ullah, 24, menyatakan, dirinya sudah berupaya menolong beberapa oang yang tergeletak di sekitarnya. Tetapi, hampir semuanya tewas. “Saya lihat paman saya tergeletak di genangan darah. Saya segera membopong dia, tetapi dia telah meninggal,” katanya kepada AFP.
Dari tayangan televisi juga terlihat kondisi masjid yang berantakan. Langit-langit runtuh, jendela hancur, tembok retak-retak, dan darah menggenang serta muncrat di mana-mana.

Masih pada hari yang sama, teror juga dilakukan AS di Pakistan. Dua misil negeri adidaya itu menghantam sebuah rumah di Desa Sheen Warsak, Waziristan Selatan, yang diduga kuat menjadi basis Taliban. Empat orang tewas akibat serangan yang dilakukan pesawat tanpa awak tersebut, tetapi belum ada konfirmasi resmi apakah benar mereka anggota Taliban.

Serangan itu juga memperburuk hubungan antara Washington dan Islamabad. Tensi di antara dua pemerintahan meningkat sejak penyergapan Osama yang diklaim Pakistan dilakukan tanpa sepengetahuan mereka.

Pakistan, yang menjadi sekutu utama AS sejak perang melawan terorisme diluncurkan pada 2001, juga berkali-kali memprotes serbuan misil AS. Keberadaan AS di Pakistan itu pula yang menjadi alasan kelompok-kelompok radikal terus mengincar berbagai kepentingan pemerintah Islamabad.
Sementara itu, Karachi, kota terbesar di Pakistan, beberapa waktu belakangan juga terus digoyang gelombang kerusuhan bermotif etnis, kriminalitas, dan politis. Akibatnya, 52 orang tewas hanya dalam waktu 48 jam terakhir. (c6/ttg/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/