SUMUTPOS.CO – Pada 26 April 2017 lalu, wartawan Sumut Pos menerima pesan melalui WhatsApp yang cukup mengagetkan dan membuat sedikit merinding. Sebuah pesan yang diawali dengan kalimat “innalillahi wa inna ilaihi rojiun”.
Pesan tersebut diterima dengan judul, Breaking News: Meneruskan Informasi dari Ibu Dubes KBRI KL (Kuala Lumpur). Isinya, permintaan untuk memberi tahu anak-anak, suami, istri, dan semua teman agar tidak lagi mengonsumsi makanan kaleng. Terutama buah-buahan produksi Thailand.
Alasannya, di negara itu, ada sekitar 200 orang yang mengidap HIV/AIDS bekerja di pabrik buah kalengan. Para pekerja tersebut memasukkan darah mereka ke dalam buah kemasan kaleng yang dijual ke beberapa negara. Termasuk Indonesia.
Berita itu dibuat semakin meyakinkan dengan menyebutkan bahwa Departemen Kesehatan Thailand sudah mengetahui hal tersebut. Otoritas pemerintahan di sana juga sudah menyita banyak barang bukti. Tapi, lebih banyak lagi yang sudah telanjur beredar.
Buah kalengan berisi darah pengidap HIV/AIDS itu berupa leci, rambutan, kelengkeng, dan mangga. Pembuat berita itu meminta masyarakat untuk tidak mengonsumsi makanan kalengan apa pun demi keselamatan bersama.
Penulis berita juga mencantumkan nama Rita Toisuta Arifson yang disebut berasal dari Kementerian Kesehatan RI. Nama itu berada di bagian pesan paling bawah untuk menunjukkan sebagai identitas penyebar informasi.
Untuk lebih meyakinkan, dalam berita tersebut juga tertulis link berita dari sebuah portal online. Pembaca pesan itu diminta menyimak beritanya di link tersebut. Tapi, ketika diklik, sumber tersebut tidak ditemukan. Tidak ketinggalan, permintaan bantuan untuk menyebarkan berita tersebut di akhir berita.
Pesan berantai itu sangat cepat menyebar. Lewat grup percakapan, status media sosial, hingga pesan pribadi yang berantai. Sebenarnya pesan tersebut muncul sejak beberapa tahun lalu. Tapi, masih beredar dan terus tersebar sampai sekarang.
Wakil Duta Besar RI untuk Malaysia Andreano Erwin saat dikonfirmasi memastikan bahwa informasi itu palsu. Dia sudah mendengarnya sejak setahun lalu. Berita tersebut cepat tersebar melalui netizen. “Entah siapa yang memulai mengirim pesan seperti itu,” katanya.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Suratmono memastikan, isu yang berkembang tersebut tak benar. Menurut dia, hingga saat ini, BPOM tidak pernah menemukan hal-hal seperti yang diberitakan tersebut. Termasuk kandungan darah dan HIV dalam makanan kaleng.
“Apalagi, HIV tidak mampu bertahan hidup di luar host (tubuh manusia). Jadi, pemberitaan tersebut adalah hoax yang menyesatkan,” tegasnya.
Suratmono memastikan, pihaknya selalu mengevaluasi keamanan, mutu, dan gizi produk pangan impor sebelum diedarkan di Indonesia. BPOM juga mengawasi produk pangan yang beredar di Indonesia. Karena itu, masyarakat tidak perlu panik. (jpg/adz)