30.5 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Garam Langka, Pengelola Ikan Asin Mengeluh

Seorang warga sedang menjemur ikan untuk dikelola menjadi ikan asin di Sumut, beberapa waktu lalu.

SUMUTPOS.CO – Pengelola ikan asin di Kabupaten SerdangBedagai (Sergai ) mengeluh. Pengelola kini sulit mendapatkan garam sehingga terancam gulung tikar.

Seorang pengelola ikan asin, Toto Ansari (55) warga Dusun IV Desa Pekantanjung Beringin, Kecamatan Tanjungberinggin kepada wartawan, Selasa (1/8) mengatakan, dalam dua bulan terakhir harga garam melonjak luar biasa dari harga Rp95 ribu per karung kemasan 50 kilo gram, tiba -tiba mengalami kenaikan menjadi Rp300 ribu per karung. Kendati begitu pun garam sulit di dapat di pasaran.

“Kami sangat membutuhkan garam sekitar 300 kilo gram  dalam satu ton, dengan adanya gejolak harga garam kami terpaksa mengurangi biaya produksi dengan hanya 50 kilo gram dalam satu hari pembuatan,” kata Toto.

Karena produksi garam dikurangi, pengelola terpaksa menaikan harga jual ikan asin hingga dua kali lipar. Yang mana harga biasa ikan asin Rp25 ribu per kilogram sekarang bisa menjadi Rp75 ribu perkilogram.

“Kalau harga garam naik tak masalah, yang penting gampang dicari, ini sudahlah harga naik tapi sulit didapat di pasaran,” kata pria yang sudah 20 tahun menekuni bisnis ikan asin.

Menurut dia, sejak dirinya  menjadi perajin ikan asin baru kali inilah  terjadi gejolak harga garam terparah. Dia khawatir pengrajin ikan asin lainya yang terbilang masih menyewa lahan terancam gulung tikar, jika garam terus bergejolak. “Karena garam paling sangat dibutuhkan bagi kami untuk mengelola ikan asin,” terangnya.

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sergai, Hj Nina Deliana SSos mengakui bahwa masyarakat Sergai mengeluhkan masalah kesulitan garam.  Baik itu dari Kecamatan Tanjungberinggin, Pantaicermin maupun Teluk Mengkudu. “Yang paling terasa dampaknya bagi masyarakat yang ada di Kecamatan Tanjungberinggin karena rata-rata masyarakat di sana merupakan pengrajin ikan asin,  kalau untuk masyarakat umum belum ada dampak,” urainya.

Nina berharap pemerintah pusat dapat segera mencari solusi mengatasi gejolak harga dan kelangkaan garam ini. “Dan kita akan berusaha dalam beberapa minggu ke depannya masalah garam ini bisa diatasi,” tandasnya. (net/azw)

 

Seorang warga sedang menjemur ikan untuk dikelola menjadi ikan asin di Sumut, beberapa waktu lalu.

SUMUTPOS.CO – Pengelola ikan asin di Kabupaten SerdangBedagai (Sergai ) mengeluh. Pengelola kini sulit mendapatkan garam sehingga terancam gulung tikar.

Seorang pengelola ikan asin, Toto Ansari (55) warga Dusun IV Desa Pekantanjung Beringin, Kecamatan Tanjungberinggin kepada wartawan, Selasa (1/8) mengatakan, dalam dua bulan terakhir harga garam melonjak luar biasa dari harga Rp95 ribu per karung kemasan 50 kilo gram, tiba -tiba mengalami kenaikan menjadi Rp300 ribu per karung. Kendati begitu pun garam sulit di dapat di pasaran.

“Kami sangat membutuhkan garam sekitar 300 kilo gram  dalam satu ton, dengan adanya gejolak harga garam kami terpaksa mengurangi biaya produksi dengan hanya 50 kilo gram dalam satu hari pembuatan,” kata Toto.

Karena produksi garam dikurangi, pengelola terpaksa menaikan harga jual ikan asin hingga dua kali lipar. Yang mana harga biasa ikan asin Rp25 ribu per kilogram sekarang bisa menjadi Rp75 ribu perkilogram.

“Kalau harga garam naik tak masalah, yang penting gampang dicari, ini sudahlah harga naik tapi sulit didapat di pasaran,” kata pria yang sudah 20 tahun menekuni bisnis ikan asin.

Menurut dia, sejak dirinya  menjadi perajin ikan asin baru kali inilah  terjadi gejolak harga garam terparah. Dia khawatir pengrajin ikan asin lainya yang terbilang masih menyewa lahan terancam gulung tikar, jika garam terus bergejolak. “Karena garam paling sangat dibutuhkan bagi kami untuk mengelola ikan asin,” terangnya.

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sergai, Hj Nina Deliana SSos mengakui bahwa masyarakat Sergai mengeluhkan masalah kesulitan garam.  Baik itu dari Kecamatan Tanjungberinggin, Pantaicermin maupun Teluk Mengkudu. “Yang paling terasa dampaknya bagi masyarakat yang ada di Kecamatan Tanjungberinggin karena rata-rata masyarakat di sana merupakan pengrajin ikan asin,  kalau untuk masyarakat umum belum ada dampak,” urainya.

Nina berharap pemerintah pusat dapat segera mencari solusi mengatasi gejolak harga dan kelangkaan garam ini. “Dan kita akan berusaha dalam beberapa minggu ke depannya masalah garam ini bisa diatasi,” tandasnya. (net/azw)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/