26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

MATTA Fair Beri Inspirasi untuk Besarkan BBTF

Pembukaan MATTA Fair 2017, Jumat (8/9) di Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur, Malaysia.

KUALALUMPUR, SUMUTPOS.CO – Tingginya popularitas dan transaksi MATTA Fair membuat Kemenpar makin termotivasi untuk membesarkan Bali & Beyond Travel Fair  (BBTF). Konten yang bagus dan unik di MATTA Fair dipelajari. Dan semuanya akan dimodifikasi dengan kearifan lokal budaya Bali yang sudah mendunia.

“MATTA Fair membuat saya makin termotivasi untuk membesarkan BBTF. Saya ingin ke depannya BBTF bisa menyaingi MATTA Fair,” terang Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana, di sela pembukaan MATTA Fair 2017, Jumat (8/9). Even MATTA Fair ini sendiri digelar 8-10 September 2017 di Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur, Malaysia.
Motivasi Pitana itu sangat masuk akal. Dari tahun ke tahun, MATTA Fair tak pernah sepi. Tahun lalu saja, tiket seharga 4 Ringgit Malaysia ludes dibeli sekitar 40.000 pengunjung setiap harinya. Seolah, semuanya siap merencanakan wisata dan siap membelanjakan budgetnya sampai liburan pertengahan dan akhir tahun. Dari etnis Melayu, Cina, Tamil, semua ada. Luas Putra World Trade Centre (PWTC) yang lebih dari 240 000 meter persegi itu pun jadi terasa sesak. Areanya terasa sempit. Lahan yang luas tadi tak lagi mampu menampung lonjakan pengunjung.
Transaksi yang dihasilkan? Sangat tinggi. Di 2016, saat tampil di edisi Putra World Trade Centre, Kemenpar mencatat total transaksi senilai Rp 42 miliar. “Kalau kesuksesan MATTA Fair ini kita bawa ke BBTF, kita modifikasi dengan budaya Bali, ini akan jadi market place yang sangat besar. Akan ada lebih banyak sellers dan buyers dari luar negeri yang transaksi di Indonesia,” ungkap pria berkacamata itu.
Analoginya sangat simpel. Sangat mungkin bisa dicapai. Ibarat membuka toko di di mall, akan ada banyak sellers yang berkumpul dalam satu kawasan. Probabiliti kesuksesannya akan besar karena banyak orang berjualan dalam satu kawasan. “Rivalnya memang banyak, persaingannya ketat, dan banyak transaksi outbondnya. Tetapi opportunity untuk mendapatkan revenue dari transaksi lebih besar,” paparnya.
Mimpi besar tadi ikut direspon Menpar Arief Yahya. Segala hal yang bagus dari MATTA Fair, menurutnya bisa dibawa ke BBTF. “Kalau mau sukses seperti MATTA Fair cara gampangnya ya benchmark. Apa-apa yang sudah dilakukan MATTA Fair, silakan amati, tiru dan modifikasi sesuai karakter Indonesia,” ujar Menpar Arief Yahya.
Pesannya hanya satu. Semua jangan khawatir dengan outbound. “Kalau tidak lewat kita, mereka akan jualan melalui marketplace mana saja. Bisa melalui ITB Berlin, WTM London, Fitur Spanyol, MATTA Malaysia, NATTAS Singapore dan lainnya. Maka dari itu, sebaiknya transaksi dilakukan di Bali. Jadikan Bali sebagai tourism hub, menjadi marketplace, minimal transaksinya di Indonesia,” jelasnya.
Kemungkinan suksesnya juga besar. Kalau tahun ini BBTF dihadiri 174 sellers dari 19 provinsi, dan 198 buyer dari dalam dan luar negeri, ke depannya bisa lebih banyak lagi. Transaksi yang didapat juga bisa lebih bagus dari capaian 2017. “Orang pasti akan lebih memilih datang ke mall karena banyak pilihan di sana. Begitu juga dengan market place di pariwisata. Orang pasti akan melakukan transaksi jika disediakan arenanya, di manapun tempatnya,” ujar Menpar Arief Yahya. (Rel)
Pembukaan MATTA Fair 2017, Jumat (8/9) di Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur, Malaysia.

KUALALUMPUR, SUMUTPOS.CO – Tingginya popularitas dan transaksi MATTA Fair membuat Kemenpar makin termotivasi untuk membesarkan Bali & Beyond Travel Fair  (BBTF). Konten yang bagus dan unik di MATTA Fair dipelajari. Dan semuanya akan dimodifikasi dengan kearifan lokal budaya Bali yang sudah mendunia.

“MATTA Fair membuat saya makin termotivasi untuk membesarkan BBTF. Saya ingin ke depannya BBTF bisa menyaingi MATTA Fair,” terang Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana, di sela pembukaan MATTA Fair 2017, Jumat (8/9). Even MATTA Fair ini sendiri digelar 8-10 September 2017 di Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur, Malaysia.
Motivasi Pitana itu sangat masuk akal. Dari tahun ke tahun, MATTA Fair tak pernah sepi. Tahun lalu saja, tiket seharga 4 Ringgit Malaysia ludes dibeli sekitar 40.000 pengunjung setiap harinya. Seolah, semuanya siap merencanakan wisata dan siap membelanjakan budgetnya sampai liburan pertengahan dan akhir tahun. Dari etnis Melayu, Cina, Tamil, semua ada. Luas Putra World Trade Centre (PWTC) yang lebih dari 240 000 meter persegi itu pun jadi terasa sesak. Areanya terasa sempit. Lahan yang luas tadi tak lagi mampu menampung lonjakan pengunjung.
Transaksi yang dihasilkan? Sangat tinggi. Di 2016, saat tampil di edisi Putra World Trade Centre, Kemenpar mencatat total transaksi senilai Rp 42 miliar. “Kalau kesuksesan MATTA Fair ini kita bawa ke BBTF, kita modifikasi dengan budaya Bali, ini akan jadi market place yang sangat besar. Akan ada lebih banyak sellers dan buyers dari luar negeri yang transaksi di Indonesia,” ungkap pria berkacamata itu.
Analoginya sangat simpel. Sangat mungkin bisa dicapai. Ibarat membuka toko di di mall, akan ada banyak sellers yang berkumpul dalam satu kawasan. Probabiliti kesuksesannya akan besar karena banyak orang berjualan dalam satu kawasan. “Rivalnya memang banyak, persaingannya ketat, dan banyak transaksi outbondnya. Tetapi opportunity untuk mendapatkan revenue dari transaksi lebih besar,” paparnya.
Mimpi besar tadi ikut direspon Menpar Arief Yahya. Segala hal yang bagus dari MATTA Fair, menurutnya bisa dibawa ke BBTF. “Kalau mau sukses seperti MATTA Fair cara gampangnya ya benchmark. Apa-apa yang sudah dilakukan MATTA Fair, silakan amati, tiru dan modifikasi sesuai karakter Indonesia,” ujar Menpar Arief Yahya.
Pesannya hanya satu. Semua jangan khawatir dengan outbound. “Kalau tidak lewat kita, mereka akan jualan melalui marketplace mana saja. Bisa melalui ITB Berlin, WTM London, Fitur Spanyol, MATTA Malaysia, NATTAS Singapore dan lainnya. Maka dari itu, sebaiknya transaksi dilakukan di Bali. Jadikan Bali sebagai tourism hub, menjadi marketplace, minimal transaksinya di Indonesia,” jelasnya.
Kemungkinan suksesnya juga besar. Kalau tahun ini BBTF dihadiri 174 sellers dari 19 provinsi, dan 198 buyer dari dalam dan luar negeri, ke depannya bisa lebih banyak lagi. Transaksi yang didapat juga bisa lebih bagus dari capaian 2017. “Orang pasti akan lebih memilih datang ke mall karena banyak pilihan di sana. Begitu juga dengan market place di pariwisata. Orang pasti akan melakukan transaksi jika disediakan arenanya, di manapun tempatnya,” ujar Menpar Arief Yahya. (Rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/