26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kemenpar Gelar Tiga Konser Cross Border di Perbatasan Atambua

Konser cross border kembali digelar di tiga pintu masuk di sekitar Atambua, yakni Haumeni Ana (5 Oktober), Napan (7 Oktober), dan Wini (16 Oktober).

ATAMBUA, SUMUTPOS.CO – Terinspirasi sukses Slank, Cokelat dan Jamrud di konser cross border di perbatasan Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) Kementerian Pariwisata tak mau berhenti menarik wisatawan mancanegara (wisman) Timor Leste.

Menggandeng Kefa Music Community (KAMY), konser cross border kembali digelar di tiga pintu masuk di sekitar Atambua, yakni Haumeni Ana (5 Oktober), Napan (7 Oktober), dan Wini (16 Oktober).

Konser ini makin memantapkan Atambua sebagai Kota Konser Cross Border. Baru digelar di dua lokasi saja, sudah mampu 2000an penonton dan ratusan datang dari negeri Timor Leste.

Sekretaris Dinas Pariwisata Timor Tengah Utara (TTU) Yohanes mengatakan, sejak pagi pukul 09.00 WIT, penonton sudah menantikan band rock Brothers Band dan Timor Band yang sudah terkenal di NTT. Mereka datang dari seluruh penjuru desa dan juga dari negara tetangga Timor Leste melalui Pos Lintas Batas Negara di Wini yang ditempuh hanya dalam waktu 30 menit menggunakan kendaran bermotor.

“Apresiasi kami untuk Kementerian Pariwisata yang terus bekerja keras mewujudkan  Atambua sebagai kota kinser cross border. Even ini juga sangat berarti secara ekonomi. yang memberikan pendapatan bagi masyarakat sekitar dan menggerakan roda ekonomi bagi warga setempat, sekali lagi terima kasih,” ujar Yohanes, Sabtu (7/10).

Sebelum konser dimulai, Tari Tebe, yang merupakan tarian khas NTT diperagakan masyarakat setempat bersama para band penampil. Kemudian hentakan musik dari Brothers Band membuat penonton mulai berduyun-duyun maju ke depan panggung. Semua terlihat enjoy menikmati alunan musik dari band daerahnya.

Sebelum konser dimulai, Tari Tebe, yang merupakan tarian khas NTT diperagakan masyarakat setempat bersama para band penampil.

Berturut turut, tanpa henti Brothers Band membuat  penonton nampak sangat menikmati 11 lagu yang dibawakannya. Begitu juga dengan Timor Band, grup yang sudah senior di NTT ini makin membuat penonton makin bersemangat, apalagi saat membawakan musik-musik rock, penonton makin berjingkrak-jingkrak.

“Halo warga Atambua, Kupang, Haumeni Ana, juga Timor Leste, kita semua bersaudara, selamat datang, salam Wonderful Indonesia,” kata Charles, sang vokalis kepada penonton.

Kemenpar sumringah dengan pelaksanaan Konser Cross Border ini.

Ternyata daerah mulai memahami potensi yang dimilikinya dengan berani menampilkan musisi-musisi dari daerahnya sendiri. “Even ini sukses menghibur masyarakat, ternyata juga bisa mendatangkan wisatawan mancanegara dari Timor Leste,” kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti yang juga diamini Kepala Bidang Promosi Wisata Buatan Kemenpar Ni Putu G. Gayatri.

Esthy akan terus mendorong destinasi cross border sebagai market potensial di daerah perbatasan termasuk NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Event berskala internasional terus digenjot dan didukung penuh untuk mendatangkan wisatawan demi target 20 Juta Wisman di tahun 2019 mendatang.

Gayatri menambahkan, strategi yang akan dilakukan terkait cross border tourism adalah membuka direct route ke beberapa daerah pariwisata yang banyak diminati. Serta mempermudah regulasi di setiap Pos Lintas Batas Negara, (PLBN). Terlebih di NTT terdapat PLBN yang sangat potensial untuk menggoda wisman Timor Leste untuk datang ke Indonesia.

“Ada 3 pintu masuk yang potensial diarea perbatasan yaitu PLBN Motaain, Motamasin dan  Wini, sudah pasti akan banyak wisman masuk, tentu butuh koordinasi dengan pihak terkait,” ujarnya.

Hingga bulan Desember nanti, imbuh Gayatri, Kementerian memiliki beberapa kegiatan yang akan dilakukan setiap bulan. Hal itu untuk tetap mempertahankan kota Atambua sebagai kota festival. Sudah ada komitnem dari Bupati TTU bahwa Atambua kota festival dan Kemenpar siap memfasilitas membantu keterbatasan daerah.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi kesuksesan cross border dengan mengadakan konser-konser, yang mendatangkan wisman asal Timor Leste. Mantan Dirut Telkom itu menyebut jika bahasa musik merupakan bahasa universal yang bisa dinikmati siapa saja. “Kuncinya adalah musik, seni-budaya, dan kuliner ini untuk menggaet pasar negara tetangga,” kata Menpar Arief Yahya. (Rel)

Konser cross border kembali digelar di tiga pintu masuk di sekitar Atambua, yakni Haumeni Ana (5 Oktober), Napan (7 Oktober), dan Wini (16 Oktober).

ATAMBUA, SUMUTPOS.CO – Terinspirasi sukses Slank, Cokelat dan Jamrud di konser cross border di perbatasan Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) Kementerian Pariwisata tak mau berhenti menarik wisatawan mancanegara (wisman) Timor Leste.

Menggandeng Kefa Music Community (KAMY), konser cross border kembali digelar di tiga pintu masuk di sekitar Atambua, yakni Haumeni Ana (5 Oktober), Napan (7 Oktober), dan Wini (16 Oktober).

Konser ini makin memantapkan Atambua sebagai Kota Konser Cross Border. Baru digelar di dua lokasi saja, sudah mampu 2000an penonton dan ratusan datang dari negeri Timor Leste.

Sekretaris Dinas Pariwisata Timor Tengah Utara (TTU) Yohanes mengatakan, sejak pagi pukul 09.00 WIT, penonton sudah menantikan band rock Brothers Band dan Timor Band yang sudah terkenal di NTT. Mereka datang dari seluruh penjuru desa dan juga dari negara tetangga Timor Leste melalui Pos Lintas Batas Negara di Wini yang ditempuh hanya dalam waktu 30 menit menggunakan kendaran bermotor.

“Apresiasi kami untuk Kementerian Pariwisata yang terus bekerja keras mewujudkan  Atambua sebagai kota kinser cross border. Even ini juga sangat berarti secara ekonomi. yang memberikan pendapatan bagi masyarakat sekitar dan menggerakan roda ekonomi bagi warga setempat, sekali lagi terima kasih,” ujar Yohanes, Sabtu (7/10).

Sebelum konser dimulai, Tari Tebe, yang merupakan tarian khas NTT diperagakan masyarakat setempat bersama para band penampil. Kemudian hentakan musik dari Brothers Band membuat penonton mulai berduyun-duyun maju ke depan panggung. Semua terlihat enjoy menikmati alunan musik dari band daerahnya.

Sebelum konser dimulai, Tari Tebe, yang merupakan tarian khas NTT diperagakan masyarakat setempat bersama para band penampil.

Berturut turut, tanpa henti Brothers Band membuat  penonton nampak sangat menikmati 11 lagu yang dibawakannya. Begitu juga dengan Timor Band, grup yang sudah senior di NTT ini makin membuat penonton makin bersemangat, apalagi saat membawakan musik-musik rock, penonton makin berjingkrak-jingkrak.

“Halo warga Atambua, Kupang, Haumeni Ana, juga Timor Leste, kita semua bersaudara, selamat datang, salam Wonderful Indonesia,” kata Charles, sang vokalis kepada penonton.

Kemenpar sumringah dengan pelaksanaan Konser Cross Border ini.

Ternyata daerah mulai memahami potensi yang dimilikinya dengan berani menampilkan musisi-musisi dari daerahnya sendiri. “Even ini sukses menghibur masyarakat, ternyata juga bisa mendatangkan wisatawan mancanegara dari Timor Leste,” kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti yang juga diamini Kepala Bidang Promosi Wisata Buatan Kemenpar Ni Putu G. Gayatri.

Esthy akan terus mendorong destinasi cross border sebagai market potensial di daerah perbatasan termasuk NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Event berskala internasional terus digenjot dan didukung penuh untuk mendatangkan wisatawan demi target 20 Juta Wisman di tahun 2019 mendatang.

Gayatri menambahkan, strategi yang akan dilakukan terkait cross border tourism adalah membuka direct route ke beberapa daerah pariwisata yang banyak diminati. Serta mempermudah regulasi di setiap Pos Lintas Batas Negara, (PLBN). Terlebih di NTT terdapat PLBN yang sangat potensial untuk menggoda wisman Timor Leste untuk datang ke Indonesia.

“Ada 3 pintu masuk yang potensial diarea perbatasan yaitu PLBN Motaain, Motamasin dan  Wini, sudah pasti akan banyak wisman masuk, tentu butuh koordinasi dengan pihak terkait,” ujarnya.

Hingga bulan Desember nanti, imbuh Gayatri, Kementerian memiliki beberapa kegiatan yang akan dilakukan setiap bulan. Hal itu untuk tetap mempertahankan kota Atambua sebagai kota festival. Sudah ada komitnem dari Bupati TTU bahwa Atambua kota festival dan Kemenpar siap memfasilitas membantu keterbatasan daerah.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi kesuksesan cross border dengan mengadakan konser-konser, yang mendatangkan wisman asal Timor Leste. Mantan Dirut Telkom itu menyebut jika bahasa musik merupakan bahasa universal yang bisa dinikmati siapa saja. “Kuncinya adalah musik, seni-budaya, dan kuliner ini untuk menggaet pasar negara tetangga,” kata Menpar Arief Yahya. (Rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/