BINJAI, SUMUTPOS.CO – Meski sudah digelar operasi pasar oleh PT Pertamina di Kota Binjai, tapi masyarakat tetap saja kesulitan memperoleh gas tabung 3 Kg dalam beberapa hari belakangan terakhir. Jika pun ada, harga jual bahan bakar bersubsidi itu cukup fantastis.
Adalah mencapai Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per tabungnya pada tingkat pedagang pengecer. Tak ayal, kondisi ini dikeluarga oleh warga yang bermukim di Kecamatan Binjai Barat.
Yusuf warga Jalan Letnan Dua Umar Baki, Kelurahan Limau Sundai, Binjai Barat, salah satu warga yang mengeluhkan hal tersebut. Kata dia, bahan bakar yang dijuluki gas melon itu adalah barang langka diperoleh di wilayah tersebut.
Menurutnya, gas melon hanya dapat diperoleh warga ketika saat berlangsung operasi pasar elpiji bersubsidi. “Payah cari gas 3 kg di sini. Harus dipesan dari jauh-jauh hari. Kalau tidak, pasti tidak kebagian. Dicari kemana-mana juga payah,” keluh Yusuf, Jum’at (20/10).
Uniknya, sambung pria berusia 43 tahun ini, gas melon lebih sulit ditemukan pada tingkat pangkalan dan agen. Artinya, masyarakat lebih mudah menemukannya di tingkat pedagang. Namun, harga jual cukup fantastis.
“Saya pun heran. Pedagang pengecer bisa dapat banyak gas melon. Sementara di pangkalan kosong,” ujarnya.
Keluhan serupa juga diutarakan Bayu (28), warga Jalan Wortel, Kelurahan Payaroba, Binjai Barat. Meski menurutnya, harga jual elpiji tabung 3 kilogram masih relatif terjangkau, namun tetap saja warga sulit untuk mendapatkannya.
“Di pangkalan, dijual harganya Rp17 ribu per tabung. Tapi, payah kita dapat. Lebih sering kosong,” sebutnya.
Atas kondisi tersebut, Bayu meminta Pemerintah Kota dan Kepolisian Resor Binjai hingga PT Pertamina (Persero), dapat lebih aktif lagi melakukan pengawasan. Sebab dia mencurigai, kelangkaan elpiji tabung 3 kilogram saat ini, lebih disebabkan proses distribusi yang tidak merata.
Selain itu, juga adanya dugaan praktik penimbunan bahan bakar bersubsidi tersebut. “Harusnya Pemko, Polisi dan Pertamina, menertibkan hal seperti ini. Soalnya gas melon itu memang haknya warga miskin. Bukan miliknya pangkalan dan agen penyalur,” seru Bayu.
Sementara, Camat Binjai Barat, Samuel Lumban Toruan menyebut, pihaknya sudah melakukan investagi menyoal kelangkaan gas tersebut. Meski belum seluruh kelurahan di Kecamatan Binjai Barat diinvestigasi, kata dia, sudah terkuak indikasi adanya dugaan pangkalan gas kongkalikong dengan pengecer.
Artinya, pangkalan gas menyalurkan tidak tepat sasaran. “Kemarin itu ada bahasanya ke Pemko Binjai melalui Bagian Perekonomian. Setelah dipantau, ada dilihat orang naik becak mengangkat (gas 3 kg). Kami sudah melapor hal ini ke Pak Wali. Namun, kami masih tetap mencari akar permasalahannya di bawah. Sudah diambil sample dari beberapa orang, kalau masuk gas ke pangkalan 100 sampai 150 ataupun 200 tabung per 2 hari. Setelah masuk, 2 hari kemudian agen, pangkalan harus mengembalikan tabung yang kosong. Sementara gas di masyarakat belum tentu 2 hari habis. Bisa 3 hari, 5 hari. Jadi ini akan kita laporkan. darimana mereka menutupi tabung kosong untuk menutupinya. Berarti mereka berikan ke pengecer supaya ada tabung kosong ke agen tadi,” kata Samuel.
Lebih lanjut, operasi pasar yang digelar merupakan atensi ataupun perintah dari Wali Kota Binjai, Muhammad Idaham. Operasi pasar itu, kata dia, juga turut diawasi oleh Bhabinkamtibmas.
“Kalau ada pangkalan-pangkalan yang bakal, segera dilaporkan. Izinnya akan dicabut. Indikasinya, pangkalan menjual ke kedai-kedai. Lalu (kedai) dijual ke warga sampai Rp20 rib lebih. Nah, ini yang sedang kita lacak sekarang. Kalau ada informasi kedai begitu, langsung kita datangi. Dapat dari pangkalan mana. Lalu kita datangin pangkalannya dan ditanya apa permasalahannya enggak menjual ke masyarakat. Kenapa harus ke kedai,” tukasnya. (ted/azw)