29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Peninggalan Kolam Kesultanan Langkat Tinggal Cerita

Foto: Bambang/Sumut Pos
Kondisi kolam Kesultanan Langkat di Tanjungpura Langkat, Minggu (8/4) sudah sangat memprihatinkan.

SUMUTPOS.CO – Tanjungpura merupakan sebuah kota kecil di Sumatera Utara (Sumut) yang menjadi Ibukota Kesultanan Langkat pada zamannya. Kini, nasib kota kecil ini seolah tinggal cerita. Apalagi sejarah peninggalan kesultanan saat ini nyaris terancam punah.

Satu peninggalan Kesultanan Langkat yang masih dapat dilihat adalah kolam renang keluarga kesultanan. Namun kondisinya saat ini sudah sangat memperihatinkan.

“Kita lihat sendiri saja kondisinya,” tutur Arifi, seorang warga sekitar kolam, Sabtu (7/4) lalu.

Di kawasan kolam itu, kini dipenuhi rumput tebal hingga menutupi seluruh permukaan kolam. Bahkan pohon pisang juga tumbuh di lokasi tersebut. “Tidak hanya ilalang dan rumput, pepohonan juga tumbuh,” beber Arifi.

Hanya batu di sekeliling kolam yang terlihat masih kokoh dan menjadi saksi bisu, bagaimana pada zaman itu para kerabat kerajaan mandi di kolam tersebut. Namun, batu yang terlihat kokoh itu saat ini malah dijadikan jemuran pakaian oleh warga sekitar. “Inilah ciri khasnya masih ada, bebatuan pondasi kolam sultan,” katanya.

Meski kondisi kolam ini tidak terawat, namun para pengunjung dari luar Langkat maupun mancanegara, selalu datang untuk melihat dan menggali sejarah peninggalan Kesultanan Langkat.

Ironisnya, hingga saat ini Pemkab Langkat maupun yang mengaku sebagai pemangku adat Kesultanan Langkat, terkesan tidak peduli dengan kondisi yang ada. “Enggak pahamlah kami,” sebut Arifi.

Agar tidak terlihat semak, terkadang warga sekitar bergotong-royong untuk membersihkan kolam itu. Namun karena rumput yang sangat tebal dan menggunakan peralatan seadanya, membuat rumput itu susah di bersihkan warga. “Kadang kami juga kerap membersihkan, tapi tenaga kami terbatas,” akunya.

Runtuhnya Kesultanan Langkat akibat revolusi 1946, membuat situs peninggalan Kesultanan Langkat hingga kini menjadi terabaikan. Menurut cucu Kesultanan Langkat yang terakhir, Tengku Yan Nuzar, cucu Sultan Mahmud, sangat menyayangkan kolam peninggalan Kesultanan Langkat yang dulunya pernah menjadi tempat mandi kerabat Kesultanan Langkat, yang kini kondisinya menjadi tidak terawat. “Kolam ini aset bagi Pemkab Langkat. Seharusnya dilestarikan agar banyak wisatawan datang. Namun ini malah diabaikan,” sesalnya.

Nuzar dan warga berharap, agar situs peninggalan Kesultanan Langkat dilestarikan. Sebab, kalau dibiarkan terbengkalai, maka bukan tidak mungkin sejarah tersebut akan punah seiring berjalannya waktu. (bam/saz)

Foto: Bambang/Sumut Pos
Kondisi kolam Kesultanan Langkat di Tanjungpura Langkat, Minggu (8/4) sudah sangat memprihatinkan.

SUMUTPOS.CO – Tanjungpura merupakan sebuah kota kecil di Sumatera Utara (Sumut) yang menjadi Ibukota Kesultanan Langkat pada zamannya. Kini, nasib kota kecil ini seolah tinggal cerita. Apalagi sejarah peninggalan kesultanan saat ini nyaris terancam punah.

Satu peninggalan Kesultanan Langkat yang masih dapat dilihat adalah kolam renang keluarga kesultanan. Namun kondisinya saat ini sudah sangat memperihatinkan.

“Kita lihat sendiri saja kondisinya,” tutur Arifi, seorang warga sekitar kolam, Sabtu (7/4) lalu.

Di kawasan kolam itu, kini dipenuhi rumput tebal hingga menutupi seluruh permukaan kolam. Bahkan pohon pisang juga tumbuh di lokasi tersebut. “Tidak hanya ilalang dan rumput, pepohonan juga tumbuh,” beber Arifi.

Hanya batu di sekeliling kolam yang terlihat masih kokoh dan menjadi saksi bisu, bagaimana pada zaman itu para kerabat kerajaan mandi di kolam tersebut. Namun, batu yang terlihat kokoh itu saat ini malah dijadikan jemuran pakaian oleh warga sekitar. “Inilah ciri khasnya masih ada, bebatuan pondasi kolam sultan,” katanya.

Meski kondisi kolam ini tidak terawat, namun para pengunjung dari luar Langkat maupun mancanegara, selalu datang untuk melihat dan menggali sejarah peninggalan Kesultanan Langkat.

Ironisnya, hingga saat ini Pemkab Langkat maupun yang mengaku sebagai pemangku adat Kesultanan Langkat, terkesan tidak peduli dengan kondisi yang ada. “Enggak pahamlah kami,” sebut Arifi.

Agar tidak terlihat semak, terkadang warga sekitar bergotong-royong untuk membersihkan kolam itu. Namun karena rumput yang sangat tebal dan menggunakan peralatan seadanya, membuat rumput itu susah di bersihkan warga. “Kadang kami juga kerap membersihkan, tapi tenaga kami terbatas,” akunya.

Runtuhnya Kesultanan Langkat akibat revolusi 1946, membuat situs peninggalan Kesultanan Langkat hingga kini menjadi terabaikan. Menurut cucu Kesultanan Langkat yang terakhir, Tengku Yan Nuzar, cucu Sultan Mahmud, sangat menyayangkan kolam peninggalan Kesultanan Langkat yang dulunya pernah menjadi tempat mandi kerabat Kesultanan Langkat, yang kini kondisinya menjadi tidak terawat. “Kolam ini aset bagi Pemkab Langkat. Seharusnya dilestarikan agar banyak wisatawan datang. Namun ini malah diabaikan,” sesalnya.

Nuzar dan warga berharap, agar situs peninggalan Kesultanan Langkat dilestarikan. Sebab, kalau dibiarkan terbengkalai, maka bukan tidak mungkin sejarah tersebut akan punah seiring berjalannya waktu. (bam/saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/