26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Pesawat Casa Jatuh di Bahorok

Bawa 14 Penumpang dan 4 Kru, Sebelum Hilang Sempat Kepulkan Asap

MEDAN- Kecelakaan pesawat udara kembali terjadi. Kali ini, pesawat Casa 212-200 milik maskapai carter PT Nusantara Buana Air (NBA) jatuh di Bukit Kapur, Kecamatan Bahorok, kawasan Bukit Barisan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Hingga dinihari tadi belum diketahui nasib 14 penumpang dan empat awak pesawat (kru).

Petugas Bandara Polonia Medan, Jamal mengaku, pesawat ini jatuh Bahorok tepatnya di Gunung Kapur setelah hilang kontak. Sementara itu, Kepala pos SAR Kutacane Juanda Sodo menjelaskan berdasarkan keterangan sejumlah saksi yang melihat jatuhnya pesawat. “Sebelum jatuh, ada saksi yang mengatakan pesawat mengeluarkan asap, kepulan asap hitam,” katanya.

Kepastian pesawat jatuh itu karena adanya pancaran sinyal dari pesawat. Pancaran sinyal itu dikeluarkan dari perangkat Emergency Locater Transmiter (ELT) secara otomatis dari pesawat yang mengalami benturan kuat. Sinyal pesawat akan diterima LUT atau Locater User Terminal di Kantor Pusat SAR di Jakarta. Kemudian, Kantor SAR Jakarta mengirimkan kabar itu ke Medan.

“Setiap pesawat dilengkapi ELT. Kami dapat kabar pesawat itu bukan dari Pihak Penerbangan, melainkan dari berita sinyal itu,” kata Kepala Seksi Operasi SAR Medan, Suhri Noster Nobertus Sinaga.
Menurut Suhri, pancaran sinyal itu bukan diaktifkan oleh pilot. Karena alat itu bukan berada di sekitar kokpit pesawat, melainkan berada di sebuah tempat khusus.

“Ini kemungkinan jatuh keras. Kalau terjadi benturan keras maka akan memancarkan sinyal, bukan diaktifkan,” kata Suhri.

Pesawat bernomor registrasi PK-TLF dengan tanggal pembuatan 31 Maret 1989 oleh PT Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) Bandung ini merupakan pesawat perintis dengan rute Medan-Kutacane.

“Pesawat berangkat dari Bandara Polonia Medan pukul 07.28 WIB dan diperkirakan akan mendarat di Bandara Kutacane pada pukul 08.03 WIB. Namun pada pukul 07.41 WIB, pesawat dengan konfigurasi 18 tempat duduk yang memiliki jam terbang 11329.30 flight hours dan 13626 flight cycle, kehilangan kontak dengan ATC Medan dan Kutacane. Koordinat terakhir diperkirakan pada posisi 03.23.80 North dan 098.01.21 East, yaitu di sekitar Bukit Kapur, Bahorok, kawasan Bukti Barisan.

Posisi pesawat naas itu akhirnya diketahui oleh pesawat Susi Air yang melintas di atasnya. Dilaporkan, pesawat terlihat di perbukitan pada ketinggian 3.600 feet. “Kalau dilihat dari atas, kondisi pesawat masih utuh. Baik sayap maupun bagian depan dan belakang pesawat masih utuh. Belum bisa dipastikan nasib penumpang dan crew-nya,” ujar Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti di kantornya, sore kemarin.

Dijelaskan Herry, berdasarkan data Badan Metreologi dan Geofisika (BMG), cuaca di Medan dilaporkan bagus meski sebagian kecil tertutup awan. Ketinggian awan sekitar 520 meter yang artinya cukup rendah. Tim SAR sudah dikirim, namun hingga dinihari belum sampai ke lokasi kejadian sehingga belum dapat dipastikan mengenai kondisi penumpang dan pesawatnya.

Berdasarkan manifes dari PT Nusantara Buana Air, crew yang bertugas dalam pesawat tersebut adalah pilot Capt Famal Ishak dengan Co pilot Budiyono, engineer Nico Matulessi dan FOO (Flight Operation Officer) B Sutopo. “Pilotnya (Capt Famal Ishak) saya tahu pilot senior yang telah lama menjadi kapten. Dia pernah di Pelita Air,” kata Dirjen.
Sementara itu, tim investigasi dari Ditjen Perhubungan Udara yang dipimpin oleh Direktur Kelayakan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (KKUPPU) Direktorat Perhubungan Udara Kemenhub Diding Sunardi segera diberangkatkan ke lokasi. “Tim investigasi ini nantinya akan melakukan penelitian mengenai penyebab kecelakaan apakah karena faktor cuaca atau teknis pesawat,” terangnya.

Demikian juga Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) segera mengirimkan tiga orang untuk menyelidiki sebab musabab kecelakaan tersebut. Dia mengaku belum bias menyampaikan kesimpulan awal mengenai penyebab jatuhnya pesawat Casa itu sebelum sampai ke lokasi kejadian. “Kita perlu lihat dulu,” kata Ketua Sub Komite Keselamatan Udara KNKT, Masruri dikantornya.

Safety Manager Nusantara Buana Air Robur KD Rizallianto mengatakan bahwa pesawat Casa tersebut merupakan satu dari lima pesawat yang disewa dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak tahun 2008. Namun Robur mengaku tidak tahu berapa harga sewa pesawat-pesawat itu.

“Ada lima pesawat dari BPPT, tapi saya tidak tahu sewanya untuk berapa tahun dan berapa nilai sewanya,” kata dia.
Dia membantah bahwa kondisi pesawat sewaan itu tidak layak terbang karena sudah tua. “Memang kalau dilihat dari usianya itu buatan PT DI Bandung tahun 1989. Tapi kalau pesawat itu layak atau tidak bukan karena tua atau muda tapi dirawat atau tidak. Misalkan kalau di struktur pesawat kita temukan karatan atau korosi tentu akan kita perbaiki,” tambahnya.

PT Nusantara Buana Air saat ini memiliki sembilan armada, terdiri dari lima unit CASA 212-200, satu unit CASA 212-100, satu unit Piper Chayene dan dua unit helikopter MD-500. Adapun pesawat yang jatuh kemarin memiliki masa berlaku pemeriksaan (C of A) pada 31 Oktober 2011 mendatang dan pada 24 februari 2012 untuk C of R. Terakhir kali pesawat tersebut di-inspeksi oleh regulator penerbangan pada 30 November 2010.

Hanya Diberi Kertas Daftar Penumpang  
Puluhan kerabat penumpang pesawat Casa masih menunggu kabar dengan cemas. Di kantor perwakilan NBA Medan, mereka hanya diberi kertas berisi daftar penumpang, tak ada penjelasan lain. Selembar kertas fotokopian itu merupakan keterangan pers tentang pesawat NBA jenis Cassa 212-200 dengan register PK-TLF yang kehilangan kontak dalam penerbangan Medan-Kutacane, Aceh Tenggara, Kamis (29/9). Di situ tertulis daftar nama penumpang beserta nama kru pesawat.

“Sampai saat ini kami masih mencari secara pasti posisi pesawat berada, bekerjasama dengan tim SAR Medan. Kondisi pilot dan A/C sebelum terbang dalam kondisi baik,” demikian bunyi keterangan tersebut.
Mereka yang ingin mengetahui tentang nasib keluarganya yang ikut dalam pesawat tersebut, tidak bisa mendapat kepastian apapun. Sejumlah petugas perusahaan NBA yang ada di ruangan itu tidak bisa memberikan keterangan apapun selain yang telah dituliskan dalam lembar itu. “Demikian kami sampaikan, mohon doanya,” demikian penutup keterangan tersebut.

Pencarian Terhalang Hujan

Hingga dinihari, nasib 18 orang di dalam pesawat Casa 212 belum diketahui. “Pasukan kami belum sampai ke titik koordinat. Kami belum bisa memberikan informasi soal korban,” kata Kasi Operasional SAR Medan, Suhri Noster Nobertus Sinaga.

Apa kesulitan yang dijumlai tim SAR untuk mencapai lokasi? Mungkin karena hutannya, medannya sulit,” tambah Suhri. Sejauh ini, dia menambahkan, belum ada saksi mata yang melapor terkait jatuhnya pesawat itu. “Kalau ada saksi mata, mungkin kami cepat menemukan koordinat pesawat,” tambah dia.

Upaya menembus hutan untuk pencarian jatuhnya pesawat juga terhalang oleh buruknya cuaca.
Tim yang tergabung dari beberapa instansi, seperti tim SAR, tim polisi dari Polres Langkat yang menurunkan puluhan personel Samapta dengan mengendarai sepeda motor, tim Paskas TNI AU, personil TNI, terpaksa menunda keberangkatan pencarian dan memilih bermalam di salah satu perladangan milik warga bernama Coles, tepatnya di Desa Lau Damak, Kecamatan Bahorok. Pasalnya, hujan deras dan kabut tebal memaksa mereka untuk menunda pencarian.

Tanpa dilengkapi peralatan tenda, semua tim yang akan melakukan pencarian, memilih beristirahat di pondok-pondok kecil di ladang yang hanya terbuat dari papan. Dinginnya malam menusuk tak lagi dihiraukan. Meski belum tahu persis dimana titik lokasi pesawat jatuh, namun semua tim gabungan tersebut melanjutkan perjalanan pagi hari ini (30/9).
Kapolsek Bahorok AKP Biston Situmorang mengaku, pihaknya belum mendapatkan atau menemukan di mana tepatnya pesawat jatuh. “Belum, belum tahu kita di mana ini. Saya bersama dengan petugas Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) masih melakukan pencarian, kita masih di seputaran kawasan Gunung Kapur,” ujar Biston.
Dikatakanya, ia juga sudah kordinasi dengan petugas TNGL yang sering patroli di hutan, namun mereka juga belum menemukan titiknya. “Kita semua terus bergerak menyusuri hutan, kondisi di sini hujan, jadi pencarian agak mengalami kesulitan,” bilangnya. (mag-7/mag-5/rud/dan/jon/mag-4/war/jpnn)

Bawa 14 Penumpang dan 4 Kru, Sebelum Hilang Sempat Kepulkan Asap

MEDAN- Kecelakaan pesawat udara kembali terjadi. Kali ini, pesawat Casa 212-200 milik maskapai carter PT Nusantara Buana Air (NBA) jatuh di Bukit Kapur, Kecamatan Bahorok, kawasan Bukit Barisan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Hingga dinihari tadi belum diketahui nasib 14 penumpang dan empat awak pesawat (kru).

Petugas Bandara Polonia Medan, Jamal mengaku, pesawat ini jatuh Bahorok tepatnya di Gunung Kapur setelah hilang kontak. Sementara itu, Kepala pos SAR Kutacane Juanda Sodo menjelaskan berdasarkan keterangan sejumlah saksi yang melihat jatuhnya pesawat. “Sebelum jatuh, ada saksi yang mengatakan pesawat mengeluarkan asap, kepulan asap hitam,” katanya.

Kepastian pesawat jatuh itu karena adanya pancaran sinyal dari pesawat. Pancaran sinyal itu dikeluarkan dari perangkat Emergency Locater Transmiter (ELT) secara otomatis dari pesawat yang mengalami benturan kuat. Sinyal pesawat akan diterima LUT atau Locater User Terminal di Kantor Pusat SAR di Jakarta. Kemudian, Kantor SAR Jakarta mengirimkan kabar itu ke Medan.

“Setiap pesawat dilengkapi ELT. Kami dapat kabar pesawat itu bukan dari Pihak Penerbangan, melainkan dari berita sinyal itu,” kata Kepala Seksi Operasi SAR Medan, Suhri Noster Nobertus Sinaga.
Menurut Suhri, pancaran sinyal itu bukan diaktifkan oleh pilot. Karena alat itu bukan berada di sekitar kokpit pesawat, melainkan berada di sebuah tempat khusus.

“Ini kemungkinan jatuh keras. Kalau terjadi benturan keras maka akan memancarkan sinyal, bukan diaktifkan,” kata Suhri.

Pesawat bernomor registrasi PK-TLF dengan tanggal pembuatan 31 Maret 1989 oleh PT Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) Bandung ini merupakan pesawat perintis dengan rute Medan-Kutacane.

“Pesawat berangkat dari Bandara Polonia Medan pukul 07.28 WIB dan diperkirakan akan mendarat di Bandara Kutacane pada pukul 08.03 WIB. Namun pada pukul 07.41 WIB, pesawat dengan konfigurasi 18 tempat duduk yang memiliki jam terbang 11329.30 flight hours dan 13626 flight cycle, kehilangan kontak dengan ATC Medan dan Kutacane. Koordinat terakhir diperkirakan pada posisi 03.23.80 North dan 098.01.21 East, yaitu di sekitar Bukit Kapur, Bahorok, kawasan Bukti Barisan.

Posisi pesawat naas itu akhirnya diketahui oleh pesawat Susi Air yang melintas di atasnya. Dilaporkan, pesawat terlihat di perbukitan pada ketinggian 3.600 feet. “Kalau dilihat dari atas, kondisi pesawat masih utuh. Baik sayap maupun bagian depan dan belakang pesawat masih utuh. Belum bisa dipastikan nasib penumpang dan crew-nya,” ujar Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti di kantornya, sore kemarin.

Dijelaskan Herry, berdasarkan data Badan Metreologi dan Geofisika (BMG), cuaca di Medan dilaporkan bagus meski sebagian kecil tertutup awan. Ketinggian awan sekitar 520 meter yang artinya cukup rendah. Tim SAR sudah dikirim, namun hingga dinihari belum sampai ke lokasi kejadian sehingga belum dapat dipastikan mengenai kondisi penumpang dan pesawatnya.

Berdasarkan manifes dari PT Nusantara Buana Air, crew yang bertugas dalam pesawat tersebut adalah pilot Capt Famal Ishak dengan Co pilot Budiyono, engineer Nico Matulessi dan FOO (Flight Operation Officer) B Sutopo. “Pilotnya (Capt Famal Ishak) saya tahu pilot senior yang telah lama menjadi kapten. Dia pernah di Pelita Air,” kata Dirjen.
Sementara itu, tim investigasi dari Ditjen Perhubungan Udara yang dipimpin oleh Direktur Kelayakan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (KKUPPU) Direktorat Perhubungan Udara Kemenhub Diding Sunardi segera diberangkatkan ke lokasi. “Tim investigasi ini nantinya akan melakukan penelitian mengenai penyebab kecelakaan apakah karena faktor cuaca atau teknis pesawat,” terangnya.

Demikian juga Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) segera mengirimkan tiga orang untuk menyelidiki sebab musabab kecelakaan tersebut. Dia mengaku belum bias menyampaikan kesimpulan awal mengenai penyebab jatuhnya pesawat Casa itu sebelum sampai ke lokasi kejadian. “Kita perlu lihat dulu,” kata Ketua Sub Komite Keselamatan Udara KNKT, Masruri dikantornya.

Safety Manager Nusantara Buana Air Robur KD Rizallianto mengatakan bahwa pesawat Casa tersebut merupakan satu dari lima pesawat yang disewa dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak tahun 2008. Namun Robur mengaku tidak tahu berapa harga sewa pesawat-pesawat itu.

“Ada lima pesawat dari BPPT, tapi saya tidak tahu sewanya untuk berapa tahun dan berapa nilai sewanya,” kata dia.
Dia membantah bahwa kondisi pesawat sewaan itu tidak layak terbang karena sudah tua. “Memang kalau dilihat dari usianya itu buatan PT DI Bandung tahun 1989. Tapi kalau pesawat itu layak atau tidak bukan karena tua atau muda tapi dirawat atau tidak. Misalkan kalau di struktur pesawat kita temukan karatan atau korosi tentu akan kita perbaiki,” tambahnya.

PT Nusantara Buana Air saat ini memiliki sembilan armada, terdiri dari lima unit CASA 212-200, satu unit CASA 212-100, satu unit Piper Chayene dan dua unit helikopter MD-500. Adapun pesawat yang jatuh kemarin memiliki masa berlaku pemeriksaan (C of A) pada 31 Oktober 2011 mendatang dan pada 24 februari 2012 untuk C of R. Terakhir kali pesawat tersebut di-inspeksi oleh regulator penerbangan pada 30 November 2010.

Hanya Diberi Kertas Daftar Penumpang  
Puluhan kerabat penumpang pesawat Casa masih menunggu kabar dengan cemas. Di kantor perwakilan NBA Medan, mereka hanya diberi kertas berisi daftar penumpang, tak ada penjelasan lain. Selembar kertas fotokopian itu merupakan keterangan pers tentang pesawat NBA jenis Cassa 212-200 dengan register PK-TLF yang kehilangan kontak dalam penerbangan Medan-Kutacane, Aceh Tenggara, Kamis (29/9). Di situ tertulis daftar nama penumpang beserta nama kru pesawat.

“Sampai saat ini kami masih mencari secara pasti posisi pesawat berada, bekerjasama dengan tim SAR Medan. Kondisi pilot dan A/C sebelum terbang dalam kondisi baik,” demikian bunyi keterangan tersebut.
Mereka yang ingin mengetahui tentang nasib keluarganya yang ikut dalam pesawat tersebut, tidak bisa mendapat kepastian apapun. Sejumlah petugas perusahaan NBA yang ada di ruangan itu tidak bisa memberikan keterangan apapun selain yang telah dituliskan dalam lembar itu. “Demikian kami sampaikan, mohon doanya,” demikian penutup keterangan tersebut.

Pencarian Terhalang Hujan

Hingga dinihari, nasib 18 orang di dalam pesawat Casa 212 belum diketahui. “Pasukan kami belum sampai ke titik koordinat. Kami belum bisa memberikan informasi soal korban,” kata Kasi Operasional SAR Medan, Suhri Noster Nobertus Sinaga.

Apa kesulitan yang dijumlai tim SAR untuk mencapai lokasi? Mungkin karena hutannya, medannya sulit,” tambah Suhri. Sejauh ini, dia menambahkan, belum ada saksi mata yang melapor terkait jatuhnya pesawat itu. “Kalau ada saksi mata, mungkin kami cepat menemukan koordinat pesawat,” tambah dia.

Upaya menembus hutan untuk pencarian jatuhnya pesawat juga terhalang oleh buruknya cuaca.
Tim yang tergabung dari beberapa instansi, seperti tim SAR, tim polisi dari Polres Langkat yang menurunkan puluhan personel Samapta dengan mengendarai sepeda motor, tim Paskas TNI AU, personil TNI, terpaksa menunda keberangkatan pencarian dan memilih bermalam di salah satu perladangan milik warga bernama Coles, tepatnya di Desa Lau Damak, Kecamatan Bahorok. Pasalnya, hujan deras dan kabut tebal memaksa mereka untuk menunda pencarian.

Tanpa dilengkapi peralatan tenda, semua tim yang akan melakukan pencarian, memilih beristirahat di pondok-pondok kecil di ladang yang hanya terbuat dari papan. Dinginnya malam menusuk tak lagi dihiraukan. Meski belum tahu persis dimana titik lokasi pesawat jatuh, namun semua tim gabungan tersebut melanjutkan perjalanan pagi hari ini (30/9).
Kapolsek Bahorok AKP Biston Situmorang mengaku, pihaknya belum mendapatkan atau menemukan di mana tepatnya pesawat jatuh. “Belum, belum tahu kita di mana ini. Saya bersama dengan petugas Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) masih melakukan pencarian, kita masih di seputaran kawasan Gunung Kapur,” ujar Biston.
Dikatakanya, ia juga sudah kordinasi dengan petugas TNGL yang sering patroli di hutan, namun mereka juga belum menemukan titiknya. “Kita semua terus bergerak menyusuri hutan, kondisi di sini hujan, jadi pencarian agak mengalami kesulitan,” bilangnya. (mag-7/mag-5/rud/dan/jon/mag-4/war/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/